Puasa Itu Bentuk Cinta Dari Tuhan Kepada Hambanya

Dengan menjalankan perintah berpuasa, sebagai seorang hamba kita akan membangun kedekatan dengan Sang Pencipta melalui lelaku ibadah puasa.

Berpuasa akan mengajarkan kepada manusia betapa pentingnya proses sebuah perjuangan dalam menjalankan ketaatan dan mudah-mudahan terdapat barokah ganjaran serta kesehatan jasmani dan rohani yang senantiasa Allah limpahkan sepanjang bulan Ramadan 1444 H ini.

Dalam berpuasa ada nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran, rasa kasih sayang yang menjadi nilai-nilai inti puasa dan tetap harus kita lestarikan pada bulan-bulan lainnya nanti (11 bulan), sebagai bagian dari petikan pembelajaran yang berharga selama di bulan ramadan.

Kesempatan bertemu dengan bulan Ramadan, tentunya perlu dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Jangan sampai ada satu detik pun waktu yang terlewat dengan sia-sia, sehingga kerugian yang akan hadir menimpa kita.

Hanya orang-orang yang diberikan nikmat sehat dan panjang umur untuk bisa bertemu dan memanfaatkan kesempatan yang baik ini untuk bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada Allah swt.

Guru-guru kita di pesantren atau ustaz melalui sajian ceramahnya baik di televisi maupun di mimbar masjid acapkali mengibaratkan bulan Ramadan dianalogikan sebagai madrasah. Tempat pembelajaran seorang muslim selama satu bulan. Ibadah Puasa mengajarkan sifat sabar dari segala bentuk godaan hawa nafsu yang merendahkan derajat manusia. Selain itu, mengajarkan sikap kepedulian sosial untuk saling berbagi dan memberi kepada sesama dan output yang diharapkan setelah umat Islam menjalankan pendidikan madrasah tersebut di bulan Ramadan adalah perubahan.

Jika mengutip dari Q.S Al-Baqarah : 183 “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana orang-orang sebelum kalian, agar kalian mendapatkan predikat bertakwa”.

Perubahan yang dimaksudkan adalah bertakwa. Puasa adalah untukku (Allah) dan Aku akan memberikan balasannya, sedang sesuatu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat gandanya.

Baca Juga:  Berketuhanan Perempuan #1

Adanya pertanyaan, “Mengapa Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengkhususkan balasan puasa dari-Nya?”

Ketika semua amal untuk Allah dan Dia yang akan membalasnya, maka para ulama berbeda pendapat dalam firman-Nya, ( الصيام لي وأنا أجزي به = “Puasa untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya“). Pertanyaanya, mengapa puasa dikhususkan?.

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah telah menyebutkan sepuluh alasan dari perkataan para ulama yang menjelaskan makna hadits dan sebab pengkhususan puasa dengan keutamaan ini. Alasan yang paling kuat diantaranya yakni; (1) Bahwa puasa tidak terkena riya sebagaimana (amalan) lainnya terkena riya. Al-Qurtuby rahimahullah berkata, “Ketika amalan-amalan yang lain dapat terserang penyakit riya, maka puasa tidak ada yang dapat mengetahui amalan tersebut kecuali Allah, maka Allah sandarkan puasa kepada Diri-Nya. Oleh karena itu dikatakan dalam hadits, ‘Meninggalkan syahwatnya karena diri-Ku.’ Ibnu Al-Jauzi rahimahullah berkata, ‘Semua ibadah terlihat amalannya. Dan sedikit sekali yang selamat dari godaan (yakni terkadang bercampur dengan sedikit riya) berbeda dengan puasa. dan (2). Maksud dari ungkapan ( وأنا أجزى به = Aku yang akan membalasnya), adalah bahwa pengetahuan tentang kadar pahala dan pelipatan kebaikannya hanya Allah yang mengetahuinya.

Al-Qurtuby rahimahullah berkata, ‘Artinya bahwa amalan-amalan telah terlihat kadar pahalanya untuk manusia. Bahwa ia akan dilipatgandakan dari sepuluh sampai tujuh ratus kali sampai sekehendak Allah kecuali puasa. Maka Allah sendiri yang akan memberi pahala tanpa batasan. Hal ini dikuatkan dari periwayatan Muslim, 1151 dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya.”

Baca Juga:  Puasa: Momentum Membangun Sikap Anti Kekerasan Seksual

Karena puasa merupakan rahasia seorang hamba dengan Tuhannya, tidak ada yang melihatnya kecuali Allah. Berpuasa adalah bentuk cinta dari Tuhan, Allah swt kepada semua hamba-hambanya. Betapa kekuatan cinta telah mampu membuat orang-orang berpuasa mau menahan diri untuk tidak memakan atau minum sesuatu yang halal sebelum tiba waktunya yang pas untuk berbuka saat masuk adzan maghrib dan mereka yang berpuasa atas nama cinta menghormati mereka yang juga sedang tidak berpuasa. Peristiwa puasa dapat dikatakan sebagai peristiwa cinta yang rahasia antara hamba kepada Sang Pencipta, Allah swt. []

Tangerang Selatan, 08 April 2023.

Abdul Majid Ramdhani
Penulis merupakan lulusan Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Depok dan melanjutkan mondoknya di Pesantren Al-qur'an Syihabudin Bin Ma'mun, Caringin Banten. Bagi diri penulis, "Menulis bisa menjadikanmu optimis, romantis & humanis". Penulis juga lulusan KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam) di kampus STAI INDONESIA JAKARTA dan Penulis buku "Jurnal: Jurus Nulis Anak Milenial".

    Rekomendasi

    politisasi klepon
    Opini

    Politisasi Klepon

    Alhamdulillah. Sore ini bisa makan klepon. Biarin aja gak Islami. Yang penting kenyang. ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini