Hal yang tak asing bagi kita bahkan mungkin hampir setiap orang tau bahwa tanggal 14 Februari adalah hari Valentine. Berbungkus cinta dan kasih, Valentine semakin membudaya di dunia, begitu juga di Indonesia. Lebih-lebih di kalangan anak muda, hari Valentine seolah merupakan agenda tahunan yang tidak boleh terlewatkan.
Valentine pertama kali dirayakan pada tahun 496 oleh Paus Gelausius I, yang menyebut Valentine sebagai, “yang namanya dihormati di antara manusa tapi yang tindakan (kebijakan)nya hanya diketahui oleh Tuhan”. Dan gereja merayakannya sebagai penghormatan untuk Santa Valentine.
Menelisik asal-usul hari Valentine yang jatuh setiap 14 Februari mempunyai sejarah panjang dan berbagai versi yang semuanya terkait dengan Nasrani. Tetapi Santa Valentine diyakini merupakan seorang martir atau santo (orang suci) yang meninggal kemudian di kubur pada tanggal 14 Februari di pemakaman orang Roma di Via Flaminia, sebuah jalan pada zaman Roma kuno.
Sedangkan menurut legenda terpopuler tentang Valentine Santa Valentine adalah seorang pendeta Roma. Ia ditahan karena melayani pasangan Kristen yang menikah, padahal hal itu dilarang keras oleh Kaisar Claudius II pada abad ketiga Masehi, sebab pria harus fokus militer, bukan keluarga serta larangan menikah dini.
Saat Kaisar memanggilnya, ia malah bersaksi serta menyuruh Kaisar bertobat yang mengakibatkan Kaisar marah dan Valentine dihukum mati. Ia dirajam batu sebelum kepalanya dipenggal di luar gerbang Flaminia.
Menurut sejarah lainnya, di penjara ia jatuh cinta dengan putri sipir penjara dan mengirim surat pada tanggal 14 Februari sebagai ungkapan perasaan dan ucapan perpisahaan sebelum tragedi eksekusi mati.
Dengan mahkota bunga, tengkorak Santa Valentine diletakkan di Chiesa, di Santa Maria, di Cosmedin, Plaza Bosca de lla Verita, Roma.
Dengan kejadian itu para pasangan menganggap tempat tersebut sebagai situs suci yang mengisahkan keabadian dan pengorbanan cinta.
Seiring berjalannya waktu, 14 Februari disebut dengan hari Valentine yaitu hari untuk mengekspresikan cinta dan kasih kepada orang yang di cinta yang mengadopsi dari nama Santa Valentina. Bahkan dengan adanya perkembangan zaman dan cepatnya informasi menyebar di dunia, budaya ini seolah dianggap milik bersama, dengan bukti tak hanya kaum Nasrani saja yang merayakannya.
Di era ini, muda-mudi yang dilanda asmara tak mengaitkan Valentine dengan agama, bahkan Sebagian dari merekapun tidak mengerti tentang sejarah Valentine. Yang mereka pahami bahwa hari Valentine merupakan momen yang tepat untuk mengekspresikan cinta dan kasih dengan memberikan ucapan, bertukar kado semisal coklat, menyatakan cinta, membuat party muda-mudi, yang lebih parah lagi perzinahan pun mereka lakukan dengan dalih kasih sayang. Sungguh miris bukan.
Bukankah saling mengasihi dan menyayangi adalah hal yang baik di agama Islam? Adakah saling bertukar hadiah dan membuat bahagia adalah sebuah kebathilan? Alasan-alasan klise yang selalu dibawa dalam isu Valentine. Benar bahwa Nabi pernah bersabda “Jika salah satu dari kalian mencintai saudaranya, maka hendaklah ia memberitahukan hal tersebut kepadanya”. (HR. Al-Tirrmidzi dan Ahmad) dan Nabi pun juga pernah bersabda “Saling memberi hadiahlah di antara kalian, maka kalian akan saling mencintai, dan Saling berhadiahlah diantara kalian, karena sesungguhnya hadiah iut dapat menghilangkan rasa dendam dalam hati” (HR. Abu Hurairah)
Yang harus digaris bawahi adalah senandung cinta tak serta-merta sembarang terucap kepada siapa saja. Ada syarat dan ketentuan khusus pastinya. Semisal secara umum kepada orang seiman sesama jenis, kepada kerabat, keluarga, atau kepada seseorang secara khusus Ketika berniat menjalin ikatan keluarga dengannya saat khitbah, sebelum atau sesudahnya.
Dengan kondisi seperti itu, Ketika seorang muslim merayakan Valentine dengan dalih seperti diatas, atau dengan dalih di bungkus dengan acara yang lain, yang lebih agamis tidakkah malah akan membesarkan nama Valentine dan syiar orang fasiq itu sendiri? Yang mana sudah kita tau Valentine tidak hanya dilakukan di Indonesia saja tetapi di Dunia. Sehingga seolah menjadi pembenaran bahwa hari Valentine itu ada.
Hari Valentine pun juga tak ada kaitan sama sekali dengan toleransi beragama melihat kondisi budaya masa kini yang memahami bahwa hari Valentine adalah hari kasih sayang. Tetapi kasih sayang dalam islam bukanlah hari Valentine. Lebih-lebih selama ini hari Valentine di peringati para kaum muda-mudi dengan party, memadu kasih layaknya suami istri dan lain sebagainya.
Yang lebih miris lagi banyak oknum yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan peluang dihari Valentine untuk meningkatkan penjualan mereka seperti promo diskon alat kontrasepsi, diskon hotel restoran yang datang dengan pasanganya entah itu sah atau bukan khusus untuk hari Valentine. Dan benar saja setiap hari Valentine, penjualan kondom selalu meningkat secara signifikan. Maka jelas peringatan hari Valentine adalah haram.
Sedangkan apabila merayakan hari Valentine dengan menengok sejarahnya jelas pula merupakan keharaman bahkan bisa menjadi kufur ketika membenarkan atau ada kekaguman terhadap hal tersebut. [MAMH]
Referensi
Fatawa Ibn Hajar al-Haytamy IV/238
Bughyah al-Mustarsyidiin I/528
Is’aad ar-Rafiiq II/128.