Al Qur’an merupakan salah satu kitab Allah yang diturunkan ke muka bumi ini, kitab yang paling sempurna di antara kitab-kitab sebelumnya. Oleh karena itu Al Qur’an merupakan suatu mukjizat terbesar yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi kita semua yaitu Nabi Muhammad SAW. Al Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang menjadi pedoman hidup manusia. Seluruh umat muslim tentunya harus pandai membaca Al-Quran dan memahami maknanya agar hidupnya sesuai dengan petunjuk yang diberikan Allah SWT.
Namun ternyata di dalam alquran tidak semua ayat-ayatnya bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena ayat al qur’an itu terbagi menjadi dua kategori yaitu ada yang tergolong ayat muhkam dan juga ayat mutasyabih. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, akan disajikan penjelasan mengenai kedua macam ayat tersebut.
Menurut Ahmad Syadali dalam bukunya yang berjudul Ulumul Quran, Muhkam berasal dari kata ihkam yang secara bahasa berarti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan dan pencegahan. Akan tetapi semua pengertian tersebut kembali pada arti dasarnya yaitu pencegahan. Seperti pada kalimat “ahkam al amr” yang berarti dia menyempurnakan suatu hal dan mencegahnya dari kerusakan. Sedangkan kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh secara etimologis berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal.
Ayat-ayat mutasyabih merupakan ayat yang bersifat mujmal (global), sehingga membutuhkan takwilnya (keterangan atau penjelasan) dan juga memang tidak terlalu banyak adanya. Misal pada awal surah yang terdiri dua huruf atau tiga huruf dan juga ada yang berupa sebuah kalimat namun maknanya perlu di takwil. Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah SWT. Selain itu juga ada sebagian ulama lagi yang mengetahui takwilnya karena memicu pada kalimat “Dan orang-orang yang berilmu mendalam”. Begitu pula ayat muhkam, berupa ayat yang dijadikan sebagai pedoman bagi kehidupan kita di dunia ini.
Untuk pembagian kategori ayat ini terdapat pada surah Ali imran ayat 7.
هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ مِنْهُ اٰيٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ اُمُّ الْكِتٰبِ وَاُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌ ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاۤءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاۤءَ تَأْوِيْلِهٖۚ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهٗٓ اِلَّا اللّٰهُ ۘوَالرَّاسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ اٰمَنَّا بِهٖۙ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۚ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ
Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur’an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.
Pada ayat tersebut menjelaskan bahwa ayat Al-Qur’an terbagi menjadi dua kategori, yaitu ayat mutasyabihat dan ayat muhkam. Penerapan bagi ayat mutasyabihat itu ada dua cara yaitu sebagai bacaan ayat al quran dan mengimaninya. Adapun ayat muhkam itu ada tiga cara yaitu sebagai bacaan ayat Al-Qur’an, untuk diimani, dan sebagai acuan atau pedoman bagi kehidupan sehari-hari.
Di sana menerangkan bahwa ada dua golongan. Pertama golongan orang-orang yang lacut atau tersesat. Yang termasuk pada golongan ini adalah orang-orang yang mengikuti atau menggunakan ayat mutasyabihat ini. Padahal ayat ini masih samar atau tidak jelas. Tujuan mengikuti ayat mutasyabihat ini yaitu ingin mencari fitnah dan mencari takwilnya. Contoh seperti pada ayat :
الرَّحْمَانُ عَلَي الْعَرْشِ اسْتَوَي
Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam diatas ‘Arsy
Nah golongan yang sesat ini menggunakan ayat-ayat seperti ini untuk menimbulkan fitnah. seperti hal Allah itu di atas arsy. Padahal Allah itu suci tidak bertempat. Tapi kalau orang-orang sesat, mereka mengikuti ayat mutasyabihat ini untuk sebagai fitnah. Fitnah dalam artian di sini yaitu kesesatan tersebut yang menjelaskan bahwa Allah itu benar-benar di atas arsy. Mereka mentakwil sendiri, padahal ayat tersebut terbukti bahwa ayat mutasyabihat. jadi mereka itu menyimpulkannya secara cepat yaitu Allah itu di atas arsy. Padahal sudah dijelaskan bahwa yang mengetahui takwilnya hanyalah Allah SWT.
Kedua golongan orang-orang yang berilmu. Golongan ini merupakan golongan yang mempercayai kepada Al-Qur’an secara seutuhnya. Untuk menghadapi ayat mutasyabihat, golongan ini lebih memilih mempercayainya saja. Karena tadi sudah dijelaskan bahwa yang mengetahui takwilnya itu hanyalah Allah SWT. []
Wallahu a’lam
Referensi:
Syadali, Ahmad dan Rofi’I, Ahmad. 1997. Ulumul Quran I. Bandung: CV.Pustaka Setia.