Hikmah

Fundamentalis ke Kejumudan

www.sorenmosdal.com

Masyarakat fundamentalis yang bercengkrama syahdu dengan tradisi adalah mereka yang memilih jalan damai untuk menapaki hidup. Mereka ditarik oleh gelombang budaya yang kokoh. Kesederhanaan paradigma mereka melahirkan sistem berpikir yang stabil kalau boleh kritik; jumud dan stagnan tidak mudah terduksi oleh paham luar yang modern dan aneh.

Ini menarik, tidak saja bagi para peneliti dan periset tetapi juga bagi pemerhati sosial seperti saya ini, menarik. Bagaimana tidak? Mereka memiliki dunia kecil yang harmonis, memiliki sistem berpikir, sistem nilai dan sistem gerak yang sangat simple. Harmonis artinya sederhana, selaras dan apa-adanya, mengacu kepada tradisi, budaya dan lingkungan.

Isolasi paradigmatik yang kuat membentuk masyarakat fundamen sangat kokoh dengan pola pikirnya, ini tidak salah, hanya saja perubahan dunia yang ‘pasti’ terjadi memaksa mereka untuk secara mendesak memahami paradigma lain yang berserakan. Tetapi, alih-alih memahami masyarakat fundamen justru merasa tereduksi atas asas ‘kejumudannya’.

Misalnya saja masyarakat pesantren dalam hal ini termasuk masyarakat fundamen salaf, masih menerapkan peraturan ‘larangan’ membawa barang elektronik seperti handphone, komputer, kamera dll., tetapi di sisi lain pelarangan dan pencegahan terhadap barang elektronik justru tidaklah efektif diterapkan bahkan melulu salah aplikatif.

Artinya, pelarangan terhadap barang elektronik oleh pesantren salaf saya menilai kurang efektif, karena peradaban modern yang terus mendesak memaksa kita untuk juga ikut melek teknologi. Ini berarti, jika arus teknologi dibendung, bahkan dinilai sebagai biang kerok kebobrokan masyarakat modern tidaklah tepat, karena prioritas pendidikan adalah mendidik.

Secara luas mendidik berarti memberi pengetahuan, pemahaman, contoh bahkan aplikasi standar yang diperlukan. Bukan menutup-nutupi, membuat perhentian, kejumudan bahkan melarang satu arus informasi yang semestinya diterima dan diakomodir. Yang pasti sesuai kebutuhan dan jika masih khawatir filter yang ketat.

Baca Juga:  Mengembalikan Marwah Nyai dan Pesantren

Terakhir, masyarakat fundamen bukan salah sama sekali, tetapi kekokohan itu harusnya juga dibangun beriringan dengan perkembangan zaman. Karena bendungan yang sehat adalah bendungan yang memiliki open-close yang tersistem, akurat serta dengan operasi posedur standar yang memadai, bukan ditutup rapat yang akhirnya meciptakan bom waktu, bukan?

Shofiyullah Hasyim Hariri
Ustadz di Pondok Pesantren Assanusi Babakan Ciwaringin Asal Indramayu, Kader PC MATAN Indramayu.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Hikmah