Sudahkah memanfaatkan waktu kita sebaik mungkin?

Waktu adalah sesuatu yang keberadaannya selalu mengiringi manusia, dimanapun dan kapanpun. Tanpa kita sadari, waktu juga merupakan suatu hal berharga yang seringkali dianggap tidak penting. Tidak penting karena masih banyak dari kita yang sering menyepelekan perihal waktu, suka menunda-nunda ketika akan melakukan sesuatu misalnya.

Di sisi lain, ada yang bilang, waktu lebih mahal daripada uang dan emas. Mereka mengatakan hal tersebut karena jika dibandingkan antara waktu dan uang/emas, uang masih bisa dicari, emas masih bisa dibeli, sedangkan waktu? ketika sudah terlewat tidak akan bisa dicari ataupun dibeli. Dengan waktu pun, jika kita bisa memanfaatkannya, darinya bisa menghasilkan emas ataupun uang.

Sebelum lanjut ke bahasan selanjutnya, kalian masih inget ga salah satu ulama’ ahli fiqh yang bernama Abu Abdullah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i? yap, pasti tidak asing kan. Beliau adalah Imam Syaf’i. Sangking pentingnya waktu, beliau sampai mengeluarkan maqolah yang berbunyi “waktu itu bagaikan pedang, jika engkau tidak menggunakannya dengan baik, ia akan memotongmu”. Jika dilihat dari makna pedang sendiri, pedang adalah senjata tajam yang dapat digunakan dalam berbagai hal, seperti berperang atau membunuh orang. Dua hal tersebut kelihatannya memang sama, sama-sama membunuh.

Tapi, jika ditelaah lagi maknanya, sebenarnya berbeda. Jika berperang dapat dikategorikan dalam hal positif, karena dalam berperang mengandung unsur jihad, sedangkan membunuh orang? Tanpa kita telisik alasannya pun sudah pasti dilarang, karena dalam al-Qur’an pun sudah dijelaskan dalam Surat An-Nisa’ ayat 93 yang artinya: “Kelak pelaku pembunuhan akan mendapatkan balasan berupa neraka jahannam”. Nah, begitupun dengan kita sebagai manusia ketika mengelola waktu, jika kita bisa mengelola waktu dengan baik, kita dapat diibaratkan seperti pedang, dan begitupun sebaliknya, jika kita tidak bisa mengelola waktu dengan baik, dalam artian menyia-nyiakan waktu, mungkin saja kita bisa diibaratkan seperti pedang yang digunakan membunuh orang.

Baca Juga:  Bersegeralah menuju Sajadah Tuhan

Dalam pendapat lain, juga dijelaskan mengenai makna waktu. Ada dua kategori manusia yaitu: Pertama, orang yang mengolah waktu, yaitu orang yang bisa mengisi waktunya dengan baik sehingga waktu tidak terbuang dengan sia-sia. Dan, kedua, orang yang diolah waktu, yaitu orang yang membiarkan waktu terbuang sia-sia dengan anggapan esok masih ada waktu, padahal waktu dan kesempatan tidak akan datang dua kali.

Selanjutnya, ada salah satu kisah yang terjadi pada zaman Nabi Nuh. Perlu diingat, bahwa Nabi Nuh hidup selama ±900 tahun. Suatu hari, Nabi Nuh melihat seorang perempuan sedang menangis. Kemudian, ditanyalah oleh Nabi Nuh, “Mengapa engkau menangis?”. Perempuan itu menjawab “Saya menangisi kematian anak saya padahal dia masih muda dan masih dalam masa keemasan”. Beliau bertanya lagi, “Berapa usia anakmu?”. “300 tahun” jawabnya. Dengan maksud menghibur, Nabi Nuh bertanya lagi pada perempuan tersebut, “Apa yang akan kamu lakukan jika seandainya kamu hidup di masa umat yang usianya tidak lebih dari 60 tahun?”. Perempuan tersebut dengan terkejut menjawab, “Adakah umat yang hidup hanya selama 60 tahun? Dan dengan waktu yang singkat tersebut sempat digunakan untuk bermaksiat?”. Lantas Nabi Nuh menjawab, “Ada, kebanyakan dari mereka juga bermaksiat, terlebih banyak dari mereka yang lebih memikirkan dunia daripada akhirat. Kemudian, si perempuan bertanya lagi, “Apakah mereka akan berdebat diantara mereka sendiri tentang hal-hal yang sederhana? Dan apakah mereka juga sempat untuk membangun rumah, sedangkan hidup mereka hanya dalam waktu yang singkat?”. Nabi Nuh menjawab, “Bukan hal sederhana lagi yang diperdebatkan, melainkan hal-hal yang tidak penting. Juga sebaliknya, mereka akan membangun istana untuk ratusan tahun, kemudian mati dan meninggalkannya”. Menanggapi jawaban dari Nabi Nuh tersebut, perempuan tersebut menjawab, “Jika saya harus menggantikan umat itu, saya akan menghabiskan hidup saya dibawah naungan pohondan membangun rumah diatas kuburan, dan di sepanjang hidup saya, saya akan bersujud kepada Tuhan Yang Maha Kuasa”.

Baca Juga:  Rendahkan Hati Tinggikan Budi

Jika melihat fenomena saat ini, masih banyak dari kita yang seringkali kurang memanfaatkan waktu dengan baik, seperti menunda-nunda kewajiban atau tanggung jawab yang kita miliki. Bisa dilihat ketika kita mempunyai tugas, kadang kita lebih memilih scroll tik tok atau instagram, nongkrong, ngopi, padahal tugas kita belum selesai. Atau contoh paling sering, ketika mengerjakan sholat lima waktu, pasti kita lebih sering, “ah, nanti aja dulu, waktunya masih lama”, padahal secara tidak sadar itu bagian dari menyia-nyiakan waktu.

Kita tidak akan pernah tau, berapa kesempatan lagi yang masih diberikan Allah untuk memperbaiki ibadah kita. Bisa jadi, satu jam setelah adzan atau setengah jam atau lebih dekat lagi, kesempatan tersebut sudah hilang kesempatan. Itu masih hal sederhana yang dampaknya hanya pada diri kita, belum lagi ketika kita bekerja sama dengan orang lain, ketika kita tidak tepat waktu, pasti banyak impression negatif yang mereka lihat dalam diri kita, seperti kurang amanah, tidak menghargai orang lain, kurang profesional, dan masih banyak lagi.

Perlu diingat juga, setiap waktu yang kita gunakan dengan baik atau yang kita sia-siakan pasti ada hisabnya di akhirat kelak. Untuk itu, sebagai generasi muda, mari kita lebih produktif lagi dalam memanfaatkan waktu yang ada, sebab kita tidak tau, sampai kapan waktu, peluang, atau kesempatan yang diberikan Allah kepada kita untuk bisa beramal dengan hal sederhana yang berarti tersebut didunia ini. Wallahu a’lam bis showab. []

Sumber:

https://www.viva.co.id/arsip/248740-waktu-adalah-emas

https://majalahglobal.com/2020/07/12/waktu-ibarat-pedangini-penjelasannya/

https://kalam.sindonews.com/read/612691/70/kisah-nabi-nuh-dan-perempuan-yang-ditinggal-mati-putranya-1638112295

Gias Fatikhatur Rochma
Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah