Risalah Rihlah Jaringan Keilmuan Syaikhona Kholil Madura di Tatar Sunda (4) : Makam KH. Zaenal Arif (W. 1939) dan KH. Ahmad Adzra'i Sukaraja Garut

Tujuan muhibah berikutnya dalam rihlah sejarah jaringan keilmuan Syaikhona Kholil Bangkalan Madura di Tatar Sunda adalah makam Kiyai Zaenal Arif dan menantunya, Kiyai Ahmad Adzra’i, di Pesantren Sukaraja, Garut.

Jaringan keilmuan Pesantren Sukaraja Garut terhubung dengan Syaikhona Kholil Bangkalan (w. 1925) melalui dua sosok ajengan di atas. Kiyai Zaenal Arif (1850–1939), pendiri Pesantren Sukaraja, adalah murid langsung dari Syaikhona Kholil Bangkalan. Sementara itu, Kiyai Ahmad Adzra’i (w.?), yang tersohor sebagai “Syaikhul Alfiyyah Ibn Malik di Tatar Sunda”, adalah murid langsung dari Kiyai Kholil Harun Rembang (w. 1939) yang terkenal sebagai “Sibawaih Tanah Jawa”. Kiyai Kholil Harun Rembang sendiri adalah murid langsung dari Syaikhona Kholil Bangkalan Madura.

Pesantren Sukarja pada masa kepemimpinan Kiyai Ahmad Adzra’i tercatat sebagai kiblat studi kitab Alfiyyah Ibn Malik sebagai rujukan ilmu tata bahasa Arab tingkat lanjutan. Kiyai Ahmad Adzra’i Sukaraja menurunkan sejumlah murid yang menjadi para ajengan besar Sunda, yang pesantren-pesantrennya terkenal dengan “Jaringan Pesantren Alfiyyah di Tatar Sunda” pada paruh kedua abad 20 M.

Di antara para murid Kiyai Ahmad Adzra’i Sukaraja tersebut adalah Kiyai Utsman Sadang, Garut (Pesantren Riyadhul Alfiyyah); Kiyai Sanja Kadukaweng, Banten (juga bernama Pesantren Riyadhul Alfiyyah); Kiyai Ahmad Maribaya Bogor; Kiyai Saifuddin Benjot, Cianjur (pesantrenya juga bernama Riyadhul Alfiyyah) dan lain-lain.

Saya mendapatkan informasi hubungan antara Kiyai Zaenal Arif Sukaraja sebagai murid Syaikhona Kholil Bangkalan dari Ajengan Iip D. Yahya Iip Dzulkipli Yahya . Beliau sendiri mendapatkan informasi ini dari cicit Kiyai Zaenal Arif Sukaraja, yaitu KH. Deden Abdul Hakim.

Sementara itu, perjumpaan Kiyai Ahmad Adzra’i Sukaraja dengan Kiyai Kholil Harun Rembang terekam dalam kitab “Tawârikh Ba’dh al-A’lâm al-Syâfi’iyyah ma’a Ba’dh Kutubihim wa Ba’dh al-Muhadditsîn wa al-Nahwiyyîn wa al-Qurrâ al-Sab’ah wa Ba’dh al-Ishthilâhât” (Sejarah Para Ulama Madzhab Syafi’i dan Kitab-kitab Karya Mereka, Para Ulama Hadits, Nahwu, dan Qira’at Sab’ah serta Beberapa Istilah yang Penting). Kitab ini merupakan karya seorang ulama Sunda dari wilayah Banten, yaitu KH. Afifuddin Azhari asal Kampung Bondon, Cipanas (Rangkasbitung). Kitab ditulis dalam bahasa Arab dalam format “mesin ketik”. Sesuai dengan judulnya, kitab ini berisi kajian hagiografi (sejarah hidup para orang-orang suci) atau bisa dikatakan biografi para ulama Muslim yang mencakup pelbagai bidang disiplin keilmuan, yaitu fikih madzhab Syafi’i, hadits, nahwu, dan juga qira’at sab’ah (tujuh).

Baca Juga:  Risalah Rihlah Jaringan Murid Syaikhona Kholil Madura di Tatar Sunda (1) : Pesantren Sukamiskin Bandung

Tertulis di halaman 64 kitab tersebut:

كياهي أحمد خليل: العلامة كياهي أحمد خليل رمباغ صاحب كتاب “إعانة الطلاب” (الفقه). وممن أخذ عنه كياهي أحمد الأذرعي سوكا رجا، وممن أخذ عن كياهي الأذرعي شيخنا مما أحمد بن الحاج آفي مريبيا وشيخنا كياهي سنحا كادو كاوغ. توفى الشيخ أحمد خليل سنة 1358 هـ

(Kiyai Ahmad Kholil: al-‘Allamah Kiyai Ahmad Kholil Rembang, pengarang kitab “I’ânah al-Thullâb” dalam bidang fikih. Di antara yang menjadi murid beliau adalah Kiyai Ahmad Adzro’i Sukaraja [Garut]. Di antara yang menjadi murid Kiyai Adzro’i Sukaraja adalah guru kami Mama Ahmad b. Haji Epi Maribaya [Jasinga, Bogor], dan guru kami Kiyai Sanja Kadukaweng [Pandeglang, Banten]. Kiyai Ahmad Kholil Rembang wafat pada tahun 1358 Hijri [1939 Masehi]).

Terkait ulasan atas kitab “Tawârikh Ba’dh al-A’lâm” karya KH. Afifuddin Azhari Rangkasbitung di atas, sila rujuk tulisan alfaqir dalam tautan berikut:
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10157914140989696&set=pb.570469695.-2207520000..&type=3

Di antara ulama asal Jawa Barat lainnya yang juga tercatat sebagai murid dari Kiyai Kholil Harun Rembang adalah Kiyai Mahrus Ali (Gedongan, Cirebon, w. 1985), yang di kemudian hari menjadi pengasuh pesantren Lirboyo (Kediri, Jawa Timur). Kiyai Mahrus Ali adalah menantu dari Kiyai Abdul Karim Manaf (w. 1954), pendiri Pesantren Lirboyo, yang juga murid langsung Syaikhona Kholil Bangkalan. Hingga saat ini, Pesantren Lirboyo tercatat sebagai salah satu pesantren besar di Nusantara yang masyhur akan kedalaman kajian ilmu-ilmu keislamannya, termasuk di dalamnya akan kajian ilmu tata bahasa Arab dan kitab Alfiyyah Ibn Malik.

Kiyai Kholil Harun Rembang juga memiliki murid kesayangan sekaligus menantunya yang sangat mahir dalam ilmu tata bahasa Arab, yaitu Kiyai Bisri Musthofa Rembang (w. 1977). Beliau adalah ayah dari Kiyai Musthofa Bisri (Gus Mus). Murid Kiyai Kholil Harun dari Jawa lainnya yang terkenal akan kepakarannya dalam ilmu tata bahasa Arab adalah Kiyai Muhammadun Pondowan (Pati, Jawa Tengah, w. 1981). Beliau adalah kakek dari Gus Ulil Abshar Abdalla Ulil Abshar Abdalla dari jalur ibu, juga kakek dari sahabat saya Gus Najih Ramadhan Najih Ramadhan.

Baca Juga:  Belajar Keteladanan dari Syaikhona Kholil Bangkalan: Pecinta Tamu dan Ahli Sedekah 

* * * * *
Syaikhona Kholil Bangkalan sendiri selain terkenal dengan kewaliannya, juga terkenal dengan kepakarannya dalam bidang ilmu tata bahasa Arab. Dalam data yang dihimpun oleh para cicit beliau di “Lajnah Turats Ilmi Syaikhona Kholil Bangkalan”, Syaikhona Kholil tercatat meninggalkan sejumlah naskah tulis tangan (manuskrip) atas kitab Alfiyyah Ibn Malik. Beliau juga memiliki “taqrirat” (penjelasan) atas kitab tersebut.

Kepakaran ilmu tata bahasa Arab dan kitab Alfiyyah Ibn Malik ini kemudian diturunkan oleh Syaikhona Kholil Bangkalan ke sejumlah muridnya, di antaranya adalah Kiyai Kholil Harun Rembang. Dari Kiyai Kholil Rembang, kepakaran ilmu tata bahasa Arab dan kitab Alfiyyah Ibn Malik ini kemudian juga menurun kepada salah satu muridnya yang berasal dari Tatar Sunda, yaitu Kiyai Ahmad Adzra’i Sukaraja (Garut). Dari Kiyai Ahmad Adzra’i Sukaraja, kemudian lahir jaringan murid-muridnya yang menjadi pilar dan pusat studi ilmu tata bahasa Arab dan kitab Alfiyyah Ibn Malik yang tersebar di seantero Tatar Sunda (Jawa Barat dan Banten) pada paruh kedua abad 20 M.

Setelah makam Kiyai Zaenal Arif dan Kiyai Ahmad Adzra’i, saya dan tim Lajnah Turats Ilmi Syaikhona Kholil Bangkalan (Kiyai Usman Hasan Su Kakov, Kiyai Ismail Amin Kholili Muhammad Ismael Al Kholilie, Ustadz Mufti) dan tim Sanad Media (Ustadz Mabda Mabda Dzikara, Ustadz Abdul Majid Abdul Majid, Ustadz Harir) bergeser menuju makam Kiyai Nahrawi Pesantren Keresek Garut, yang juga masih tercatat sebagai jaringan murid dari Syaikhona Kholil Bangkalan di Tatar Sunda.

Wallahu A’lam
Garut, Jumadil Awal 1442/Desember 2020
Alfaqir A. Ginanjar Sya’ban

Ahmad Ginanjar Sya'ban
Alumnus Mahasiswa Al Azhar, Dosen UNUSIA Jakarta, dan Peneliti Ulama Islam Nusantara.

    Rekomendasi

    2 Comments

    1. […] kita bekal data sejarah, bahwa pada abad ke-17 sudah terdapat sejumlah ulama asal wilayah Tatar Sunda (Jawa Barat dan Banten) yang bermukim di Madinah dan terkoneksi dengan jaringan keilmuan ulama […]

    2. […] bagaimana kisah KH. Abdul Karim (pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri) ketika berguru pada Syaikhona Cholil (Bangkalan). Dikisahkan saat itu KH. Abdul Karim bersama temannya yang bernama Abdullah Faqih […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Pustaka