KH Maimoen Zubair

Indonesia berduka, Ulama kharismatik KH Maimoen Zubair, hari ini, Selasa (06/08) meninggal dunia. Kabar tersebut banyak beredar di Grup WhatsApp yang juga kemudian dibenarkan langsung oleh putra beliau, KH Taj Yasin Maimoen, “Nggeh leres (red, iya benar),” balasnya di pesan WhatsApp tersebut. Sontak kabar duka tersebut secara cepat menyeruak dan membuat duka banyak warganet.

Gus Yasin juga menuangkan kabar wafat beliau melalui akun Instagramnya @tajyasinms,

“Berbeda sekali tatapan raut wajahmu tatkala aku bersimpuh sungkem dan menatap wajahmu ada yang engkau tahan dari guratan wajahmu di balik senyum terindah yang belum pernah aku lihat sebelumnya, ada air mata aku rasakan dalam pandanganmu, seketika aku tundukkan wajahmu sambil menitik air mataku. Bah sejak saat itu sebenarnya ada kehilangan teramat dalam seumur hidupku, melepas keberangkatanmu menunaikan ibadah, berbeda sekali dengan biasanya,” tulis Gus Yasin.

Ulama kelahiran Rembang, Jawa Tengah, 28 Oktober 1928 (90 tahun) tersebut wafat di RS An Nur, Kota Makkah, pukul 04.17 WAS. Keberangkatan beliau ke Makkah tidak lain adalah hendak melaksanakan Ibadah Haji.

Seperti yang dituliskan oleh Alissa Wahid dalam akun Instagramnya @alissa_wahid, diketahui Mbah Moen, sapaan akrab beliau memang ingin wafat dalam keadaan Haji.
“Hampir 30 tahun selalu tindak haji, saya sudah tua, bisa jadi ini yang terakhir,” tulis Alissa.

Mbah Moen bukan Ulama biasa, kedalaman ilmunya, kearifan budinya menjadikan beliau sebagai rujukan berbagai khazanah keilmuan di Indonesia, khususnya dalam bidang fiqh dan ushul fiqh.

Mbah Moen mendapat didikan langsung dari Ayahnya dalam menghafal dan memahami ilmu Shorof, Nahwu, Fiqih, Manthiq, Balaghah dan bermacam Ilmu Syara’ yang lain. Ayah beliau, Kiai Zubair, adalah murid Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky.

Baca Juga:  7 Rahasia KH Maimoen Zubair Mendidik Anak dan Santri Menjadi Kader Bangsa dan Dunia Masa Depan

Sekitar tahun 1945, beliau memulai pendidikannya di Pondok Lirboyo Kediri, dibawah bimbingan KH. Abdul Karim yang biasa dikenal sebagai Mbah Manaf. Selain kepada Mbah Manaf, Beliau juga menimba ilmu agama dari KH. Mahrus Ali juga KH. Marzuqi.

Kemudian pada usia 21 tahun, beliau melanjutkan studinya ke Makkah Al-Mukarromah. Perjalanannya ke Makkah ini diiringi oleh kakeknya sendiri, yakni KH. Ahmad bin Syu’aib. Beliau menerima ilmu dari sekian banyak orang kompeten di bidangnya, antara lain Sayyid ‘Alawi bin Abbas Al-Maliki, Syaikh Al-Imam Hasan Al-Masysyath, Sayyid Amin Al-Quthbi, dan Syaikh Yasin bin Isa Al- Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya.

Sekembalinya dari tanah suci, beliau juga meluangkan waktunya untuk mengaji ke beberapa ulama di Jawa, di antaranya Kiai Baidhowi, Kiai Ma’shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain. Mbah Moen juga menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan santri, di antaranya, kitab berjudul al-ulama al-mujaddidun.

Saat ini telah banyak santri lulusan Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang, Jawa Tengah yang diasuh langsung oleh beliau yang berkiprah di pelbagai bidang.

Selain mengabdikan diri untuk menjaga khazanah keislaman melalui Pesantren, beliau juga aktif di ranah publik. Beliau sempat menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang selama 7 tahun, selain itu beliau juga pernah menjadi anggota MPR RI dan Ketua Dewan Syuro Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Namun, politik yang dilakoni oleh KH Maimoen Zubair bukan untuk kepentingan pribadi, namun untuk tetap menjaga kesinambungan hubungan kebangsaan dan keagamaan.

Menurut kabar dari akun Twitter Kementerian Agama RI, Mbah Maimoen akan disemayamkan di Kantor Urusan Haji Indonesia Kota Makkah, disholatkan di Masjidil Haram dan kemudian akan dimakamkan di Ma’la/Jannatul Muala, di dekat kuburan Sayyidah Khadijah, di Makkah.

Baca Juga:  Dinamika Sejarah "Pesantren" Mahasiswa (1)

Penting diketahui, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) juga menginstruksikan seluruh warga nahdliyyin untuk melaksanakan Sholat Ghoib, Pembacaan Yasin, dan Tahlil.

Selamat Jalan Syaikhona KH Maimoen Zubair, di tengah kesedihan bangsa ini, kami yakin engkau berpulang dengan bahagia, bertemu dengan Rabb panjenengan.

*Dihimpun dari berbagai sumber

Redaksi
Redaksi PesantrenID

Rekomendasi

Aset Anda
Hikmah

Aset Anda

Selain anugerah umur dan waktu yang sangat berharga dan bahkan tak ternilai, anugerah ...

Tinggalkan Komentar

More in Ulama