Menipu Tuhan (Tafsir : Ayat 8-10 Surah Al-Baqarah)

Membaca judul di atas, saya jadi ingat ada seorang manusia yang mendapat predikat sebagai “penipu Tuhan”. Ia adalah Abu Nawas dengan syair “ilahilas“-nya.

Menipu di sini adalah gaya ia bertadlarru’ kepada Tuhan, dan rayuan-rayuan agar ia diampuni. Tapi, Abu Nawas tidak pernah benar-benar menipu Tuhan.

Tuhan sendiri tidaklah bisa ditipu. Dalam kitab Fathul Majid, ilmu Tuhan meliputi hal-hal yang wajib, mustahil dan jaiz. Singkatnya Tuhan mengerti segala-galanya.

Ilmu Tuhan pun sampai hal-hal yang rinci. Serta, ilmu Tuhan tidak saja mendekati kebenaran, tapi persis sama dengan kebenaran.

Namun ada saja orang yang dengan sengaja ingin menipu Tuhan. Iya, benar-benar menipu. Yakni menipu yang dengan niat menyembunyikan kebenaran itu.

Dalam menafsirkan ayat 8-10 surah Al-Baqarah, tafsir al-Ibris menjelaskan bahwa ketika Nabi Muhammad Saw telah menetap di Madinah, serta mendapatkan kemenangan hingga beberapa kali, lalu bermunculan beberapa orang yang mengaku-ngaku beriman, tapi aslinya tidak.

Mereka hendak menipu Tuhan dan orang-orang mukmin. Agar diakui Islamnya, dan mendapatkan keuntungan yang hanya diperoleh oleh orang-orang Islam kala itu.

Namun, bukannya keuntungan yang mereka peroleh. Pada hakikatnya mereka hanya mendulang kerugian demi kerugian, tapi mereka sendiri tidak merasa.

Kata yukhadi’u memiliki arti menipu, dan dalam ayat 9 Al-Baqarah objek dari kata menipu adalah Tuhan dan orang-orang mukmin. Betapa pe-de-nya si pelaku hingga ia merasa bisa menipu Tuhan.

Padahal seperti yang saya sebutkan di awal, tidak ada yang bisa menipu Tuhan. Bagaimana Tuhan bisa ditipu, jika pengetahuan Tuhan meliputi segala hal, hingga hal-hal yang detail dan tak kasat mata pun Tuhan tahu.

Dengan begitu, dalam urusan keyakinan janganlah seseorang berusaha memanipulasi kebenaran. Sudah apa adanya saja. Karena Tuhan tidak bisa ditipu.

Baca Juga:  Nyawer Pembaca Ayat Tuhan

Begitu juga dengan penipuan terhadap antar sesama manusia. Janganlah seseorang menipu satu sama lain, karena pada dasarnya menipu hanya akan merugikan diri sendiri, walaupun kita tidak merasakannya. []

Muhamad Isbah Habibii
Santri Alumni PP Bahrul Ulum Tambakberas Jombang dan Santri Alumni PP Sabilurrasyad Gasek Malang

    Rekomendasi

    1 Comment

    1. […] demikian, tidak aneh bila di ayat kedua surah Al-Baqarah, dijelaskan bahwa Al-Qur’an adalah “petunjuk” bagi orang-orang yang bertakwa. […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini