Sore ini, tanpa ada rencana jauh hari sebelumnya, saya ziarah ke makam sayyid sulaiman. Setelah pagi habis subuh hati saya tiba-tiba tergerak pengen ziarah ke mojoagung, maka saya putuskan untuk berangkat kesana setelah bangun tidur siang tadi.
Makam sayyid sulaiman sendiri adalah salah satu tempat utama bagi bapak ketika ingin berwasilah, meminta kepada Allah melalui kekasihnya. Laku berwasilah ke Mojoagung ini sudah biasa bapak lakukan sejak masih mondok, hingga saat ini. Dan alhamdulillah, semua hajat seringkali terwujud karena barokah mbah sayyid.
Sebetulnya saya sudah lama ingin meniru laku bapak ini, namun masih belum bisa meniru cara beliau berwasilah secara penuh 100 persen. Dan karena itulah juga, membuat saya belum mendapatkan yang diwasilahkan 100 persen. Ini bukan sekedar terkaan saya, namun berdasarkan keterangan yang ada didalam kitab-kitab.
Teori ini sama dengan keadaan para santri atau bahkan kiai yang banyak mengaji kitab-kitab besar, namun tidak pernah mengamalkan isinya. Maka dia tidak akan maksimal mendapatkan hasil dari ngajinya. Kata bapak waktu itu: ”ilmu kang gampang metu buahe niku kang diamalken. Al ilmu huwal amal. Enten kang ngaji kitab gede-gede, tapi mboten nduwe wiridan. Niku geh hasile hasil moco niku (ilmu yang akan menghasilkan buah adalah ilmu yang diamalkan. Al-Ilmu Huwal Hal. Ada yang ngaji kitab besar-besar, tapi tidak punya amalan yang diwiridkan. Maka yang didapatkan ya hanya bacanya saja)”.
Bapak melanjutkan: “Lek pengen buahe ilmu yo sampean amalne. Nopo maleh ten kitab ihya niku. Ten juz 1 nopo pinten. Enten keterangan habib ajami niku wong ajam, mboten arab. Dungane sakitik tapi teruus mawon diamalke. Tapi metu keramate. Dungane allahummajj’alni jayyidain. Ngoten tok tapi mandi dungane (kalau anda igin mendapatkan buah dari ilmu, maka harus mengamalkan ilmu yang anda dapatkan. Apalagi telah diterangkan dalam kitab ihya’ juz 1 kalau gak salah. Ada cerita tentang habib ajamy, bukan orang arab. Beliau punya amalan doa yang sedikit, namun terus saja diamalkan istiqomah. Hingga keluar karomahnya. Doanya ya Allahummaj ‘alni jayyidain itu. Cuman itu saja, tapi doanya sangat mustajab)”.
“Sehinggo menawi lewat pasar katah wong nguber njalok dungo. Lek dungakne namung ngoten tok. Tapi ketok mandine (saking terkenal mustajabnya, hingga akhirnya setiap beliau lewat suatu pasar, banyak orang yang mengejar untuk minta didoakan. Dan didoakannya pun hanya singkat sebagaimana doa diatas. Namun kelihatan mustajabnya)”.
Kemudian bapak melanjutkan sambutannya dengan membagikan tips sukses santri: ”Lek wes krungu ngono kuwi, tapi lek mboten ngamalaken geh mboten saget ketularan. Iso cerito tok tapi gak iso ngamalaken (kalau anda sudah mendengar cerita sukses seperti itu, akan tetapi tidak mengamalkan ilmunya, ya tidak akan bisa ketularan keramatnya. Nanti hanya bisa cerita saja, tapi tidak bisa mengamalkan)”.
Tidak hanya dalam cerita imam ajam ini, disemua cerita orang sukses, atau cerita wali yang punya keramat pun sama; ”Sampean lek pengen nduwe keramat koyok wong seng keramat, selidikono amal-amal e ki opo. Lakune opo, lek wes ngerti banjur lakonono (kalau anda ingin punya kesuksesan atau keramat sebagaimana orang yang sukses atau orang punya keramat, maka selidikilah apa amalan-amalannya yang diistiqomahkan. Bila sudah tahu, maka tirulah laku tersebut)”.
Tak hanya meniru kesuksesan ataupun kehebatan orang, setiap dari kita punya potensi untuk mendapatkan kesuksesan pribadi bila mau mengamalkan ilmu yang kita dapatkan. Sebagaimana rumus paten dalam kitab yang diterangkan bapak: ”Sopo seng seneng ngelakoni ilmu, dirubung buahe ngilmu (barang siapa yang suka mengamalkan ilmu, maka akan dikelilingi oleh buahnya ilmu)”.
Dan terakhir, sebagaimana doa bapak bagi kami: ”Mugi-mugi disamping dikersakake maos geh dikersakaken ngamalaken (semoga, disamping dikehendaki oleh Allah untuk mau ngaji kitab, juga dikehendaki untuk mengamalkannya)”. []
Amiinn.
#salamKWAGEAN