Merayakan 58 Tahun Muhammad Aamir Hussein Khan (14 Maret 1965-14 Maret 2023)

Setiap kali tampil dalam berbagai filmnya, gaya rambutnya seringkali berubah. Disesuaikan dengan watak yang dikembangkan di filmnya. Dia tidak ikut trend atau melawan arus, melainkan menciptakan trend tersendiri.

Ini adalah beberapa model rambut Aamir Khan yang berubah dinamis. Yang saya tampilkan adalah gaya ketika dia membintangi Qayamat Se Qayamat Tak (1998), Akele Hum Akele Tum (1995), Ghulam (1997), Mann (1999), Lagaan (2001), Dil Chahta Hai (2001), Mangal Pandey: The Rising (2005), Rang De Basanti (2006), Taare Zameen Par (2007), 3 Idiots (2009), Talaash (2012), Dhoom 3 (2013), P.K (2015), Dangal (2016) dan Thugs of Hindostan (2018).

Yang tidak saya tampilkan fotonya di sini adalah ketika dia membintangi Baazi (1995), Raja Hindustani (1996), Sarfarosh (1999), Fanaa (2006), Ghajini (2008), dan Secret Superstar (2018), juga di Laal Singh Chadda (2022).

Dia dijuluki Mr. Perfectionist, lantas citarasa idealismenya dalam membikin karya dan memerankan sosok di dalamnya. Totalitas, itu yang mengena pada pribadinya. Ketika memerankan Mangal Pandey, serdadu sepoy dalam brigade infanteri Inggris yang menggerakkan pemberontakan Indian Mutiny (1857), dia memilih memelihara kumis dan memanjangkan rambutnya secara natural.

Saat membuat Dangal (2018), dia melahap banyak porsi makanan dan cemilan demi memerankan Mahavir Phogat gaek yang tambun, lantas mengerahkan tenaganya di ruang fitnes selama empat bulan untuk menurunkan bobot tubuhnya dan membentuk otot badannya demi memerankan Mahavir Phogat di usia muda. Melihat totalitasnya, akan mengingatkan kita pada Christian Bale yang kering kurus dalam The Machinist (2004) dan Rescue Dawn (2006), gagah ganteng berotot dalam Batman Begins (2005) dan The Dark Knight Rises (2012), gembrot tambun dalam American Hustle (2013) dan kembali kece dalam Hostiles (2017). Eksperimen atas tubuh yang dilakukan secara brutal.

Baca Juga:  Aamir Khan dan Sentuhan Poskolonialisme dalam Sinema Bollywood

Selain Shah Rukh Khan, mungkin Aamir adalah di antara sedikit aktor yang mimik bibirnya cocok dengan suara playback singer, siapapun dia: Udit Narayan, Kumar Sanu, Abhijeet, Sonu Nigam, Suresh Wadkar, Shaan, Mika Singh hingga Siddarth Mahadevan. Atau ketika dia menyanyi sendiri lagu “Aati Kya Khandala” (Ghulam, 1997) berduet dengan Alka Yagnik, dan “Holi Re” dalam Mangal Pandey (2005).

**

Kalau tidak salah, Aamir Khan sudah 3 kali melawan Inggris meski hanya dalam film. Semua bersetting era penjajahan Britania atas anak benua India, zaman feodal.

Melalui film Lagaan (2001) Aamir sukses meraih penghargaan, baik secara individual maupun berdasarkan kualitas filmnya.

Jalan cerita Lagaan yang baik didukung durasi khas film ala Masala yang panjang, nyaris 3 jam, memang membuat Lagaan menjadi tipikal film bertele-tele ala Bollywood. Lagi pula, di film ini, lagu-lagunya tidak sedap dinikmati. Maklum, saya bukan penikmat karya musik A.R. Rahman. Telinga saya lebih hangat disapa karya Jatin-Lalit, Nadeem-Shravan, Anu Malik, Anand-Milind, yang rata-rata lebih ndangdut.

Kedua, Aamir melawan Inggris ketika dia memerankan sosok pejuang di abad 19, Mangal Pandey. Gondrong, berkumis, dan bersuara lantang. Keren. Pas sebagai kepala pemberontak. Sayang, film The Rising: The Ballad of Mangal Pandey (2005) ini jeblok di pasaran. Alur cerita yang bagus, didukung keterlibatan Rani Mukherje dan Amisha Patel, tak bisa mengangkat reputasinya. Lagu-lagunya juga tidak hangat di telinga. Sekali lagi, komposer A.R. Rahman yang menangani lagu-lagunya. Apa boleh buat.

Ketiga, melalui Thugs of Hindostan (2018). Ini perlawanan paling mutakhir Aamir melawan Inggris. Dia memerankan Firangi Mallah, pemberontak, atau dalam istilah lain pejuang kemerdekaan. Settingnya tetap di era feodal. Abad ke-18 ketika Inggris mulai mencabik tubuh India.

Baca Juga:  Aamir Khan dan Sentuhan Poskolonialisme dalam Sinema Bollywood

Dirilis pada Diwali tahun 2018, Thugs of Hindostan tidak sesuai espektasinya. Melejit di awal perilisan, mulai jeblok di bulan Desember ini. Padahal, Aamir sudah menyeret si gaek Amitabh Bachchan (ini duet pertama mereka dalam sebuah film. Aneh juga ya?), Katrina Kaif yang menjadi lawan main dalam Dhoom 3, dan Fatima Sana Shaikh, aktris yang dikader Aamir sejak film Dangal. Banyak alasan kegagalan film ini. Di antaranya karena tidak melibatkan aktor Indonesia bernama Rijal Mumazziq Kapoor.

Ya, apa boleh buat, Tuan Thakuuuur?

Selamat ulangtahun Aaamir Ji… []

Rijal Mumazziq Zionis
Pecinta Buku, Rektor INAIFAS Kencong Jember, Ketua LTN NU Kota Surabaya

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini