ibnu khaldun

Kamus sosiologi mengenal tipologis masyarakat, pertama masyarakat pedesaan dengan dicirikan solidiritas yang kuat, hidup sederhana dan mayoritas pekerjaan petani atau pertenak. Kedua, masyarakat kota yang dicirikan, individualistik, heterogen dan masyarakat bekerja beraneka ragam.

Itulah konsep sederhana dalam mempelajari ilmu sosiologi. Saya mengatakan, jika mengusai materi dua konsep masyarakat ini, anda semuanya sudah menjadi seorang sosiolog. Karena, pola masyarakat di sekitar kita hanya dua tipologis itu. Mungkin, setelah itu ada elaborasi dari kedua jenis tipologis masyarakat menjadi beraneka ragam penelitian.

Kembali kepada konsepsi masyarakat, banyak sebenarnya teori yang menjelaskan masyarakat kota atau masyarakat desa. Kita pernah mendengarkan, tipologis Gemenschaft sebutan untuk masyarakat perkotaan serta Gesselschft sebutan paguyupan untuk masyarakat desa yang dikemukakan Ferdinans Tonnies sekitar 1855 di Jerman.

Konsep tipologis yang dikemukan oleh Tonnies masih kalah lebih tua daripada konsepsi Ibnu Khaldun yang lahir sekitar abad 13. ini menandakan sebelum lahirnya ilmu sosiologi muktahir, konsepsi Khaldun sangat lebih tua daripada tokoh-tokoh pemikiran modern sosiologis. Tokoh Khaldun yang memulai menyusun konsep sederhana tentang tipologis masyarakat tentang tesis Haidar dan Badui

Dalam buku epiknya, Muqaddimah menulis konsepsi tentang Haidar :

“Kemudian ketika keadaan orang-orang yang berjuang demi kehidupan itu semakin lapang dan memperoleh kekayaan melebihi menjadi orang-orang berada (al-Hadirun)- mereka berkembang menjadi penduduk perkotaan atau masyarakat negeri. Mereka bekerja sama untuk meraih kekayaan di luar kebutuhan pokok ( Zaid-Zawaid- ala al-rurrah) yaitu asesoris kehidupan. Mereka menumpuk bahan pokok, pakaian-pakaian, mempeluas tempat tinggal, merancang kota-kota, kawasan-kawasan hunian untuk meningkatkan peradaban…….

Mereka itulah yang disebut dengan disebut dengan masyarakat (kota) yang artinya orang-orang berada. Dari mereka muncul usaha kehidupan industri dan perdagangan. Dengan itu, profesi mereka lebih berkembang, penghasilan lebih tingggi dan kehidupan mereka menjadi lebih makmur daripada badui, karena standar hidup mereka melebihi kebutuhan pokok, kehidupan mereka terus meningkat sesuai dengan hasil jerih payahnya”.

Baca Juga:  Pemikiran Ibnu Khaldun tentang Pendidikan

Dalam bukunya elaborasi pemikiran Ibnu Khaldun yang ditulis Moh. Pribadi menjelaskan pernyataan di atas, Ibnu Khaldun menjelaskan adanya bentuk kesinambungan antara masyarakat Badui dan Hadar. Keduanya memiliki hubungan kesinambungan secara vertikal yang ditunjukkan oleh adanya suatu proses berkembang dari masyarakat Badui ke masyarakat Hadar. Khaldun mengatakan bahwa dari keadaan masyarakat lapang, masyarakat Badui memperoleh kekayaan dan kemakmuran kebutuhan dasarnya, sehingga menetap membangun masyarakat sipil (Haddar) dan hidul mewah (al-sukun wa-al-da’ah)

Ilustrasi tentang masyarakat Hadar tersebut adalah tiga unsur penting dalam bangunan sosial masyarakat Hadar :

Pertama, Kepentingan sekunder, unsur sekunder (al-Hajjah al-Idafiyyah) setelah unsur primer (al-Hajah al-Daruriyyah) kehidupan manusia terpenuhi secara berkeseinambungan. Oleh karena itu, kemunculan masyarakat Hadar pasti didahului oleh masyarakat Badui, dan tidak sebaliknya. Masyarakat Badui lahir secara alamiah tanpa harus disertai atau didahului oleh masyarakat Hadar. Bisa dikatakan, masyarakat hadar merupakan masyarakat Badui yang telah berhasil menjadi kaya. Mereka bisa dikatakan naik kelas, karena mampu melampui baduinya.

Kedua, Kemakmuran. Pada karakteristik masyarakat Hadar melahirkan suatu keinginan yang disebut dengan kebutuhan sekunder (al-hajjah al-idafiyyah) akibat karakter dinamisnya. Kemakmuran masyarakat melahirkan apa yang disebut oleh Ibnu Khaldun sebagai kehidupan menetap dan mewah (al-sukun wa-al-da’ah), melahirkan solidaritas al-hadar yang diwarnai oleh hal-hal bersifat asesoris kehidupan (al-ta’awun fi al-zawaid) dan melahirkan kehidupan baru dalam dagang dan industri.

Ketiga, munculnya profesi-profesi kehidupan baru dalam masyarakat Hadar sejalan dengan perkembangangannya yang cenderung membutuhkan keterampilan khusus dan beragam. Tuntuntan beragamnya profesional kerja dalam masyarakat Hadar ini lahir akibat dari kebutuhan masyarakatnya yang semakin meningkat dan beragam, sehingga diperlukan jasa profesi perdagangan, produksi barang dan rekayasa produk yang tidak dihasilkan alam.

Baca Juga:  Ibnu Khaldun dan Beberapa Pemikiran Fundamentalnya

Konsepsi Khaldun tentang masyarakat hadarnya membuka kotak pandora, bahwa konsepsi tentang tipologis masyarakat mengalami perkembangan. Transformasi dari Badui ke Haidar, jika kita tarik sekarang masih kita temukan. Menurut saya terinspirasi dari fenomena abad 13 di jazirah arab.

Di era milinium saat ini, tranformasi orang desa yang migrasi di kota merupakan tradisi tetap dilakukan. Faktor meningkatkan taraf hidup menjadi alasan utama, relevansi ini orang kota yang bekerja merupakan hasil perubahan akibat telah meninggalkan desanya.

Perilaku, cara pandang, penampilan berubah sama sekali, itu perubahan yang terjadi. Jadi bukan tafsir mungkin lebih diperluas bukan saja ekonomi menjadi tolak ukur. Karakteristik masyarakat perkotaan akan terus seperti ini, tampa ada waktu yang membatasi. [HW]

Athoilah Aly Najamudin
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Santri PP. Al-Munawir Krapyak Yogyakarta.

    Rekomendasi

    1 Comment

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini