Sore itu, ruangan pengajian ki ageng Margajul dipenuhi bau kentut. Spontan kosentrasi para santri yang mengaji di situ buyar dan tak fokus. Mereka saling tuding-tudingan satu sama lain karena tak ada yang mau mengaku.
Sementara itu guru Margajul tetap fokus memberikan pelajaran. Ia cuek terhadap kentut. Seolah tak pernah ada.
Beliau baru berkomentar tentang kentut setelah baunya hilang.
“Kalian semua ini bagaimana, sih? Ada bau kentut kok dipermasalahkan sampai sebegitunya. Kentut itu kan ‘aib. Aib itu gak boleh dibuka di depan umum. Karena aib itu kekurangan yang harus disembunyikan, biar gak ada yang tahu. Kalau harus dibuka di depan umum kan kasihan.
Kalian ingat pelajaran kemarin, nggak? Kalau kalian mau menutupi aib orang lain niscaya Allah akan menutupi aibmu. Bahkan bisa saja menghapus semua keburukanmu. Tapi sebaliknya, kalau kalian suka mengumbar aib orang maka suatu saat aib yang kau sembunyikan akan terbongkar dengan sendirinya.
Kalian ingat cerita Hatim Al-Asham?”
Para santri guru Margajul gelengkan kepala.
“Beliau itu diangkat jadi wali gara-gara kentut.
Begini ceritanya;
Suatu ketika, ada seorang perempuan yang hendak membeli suatu barang, mungkin pakaian, kepada Hatim. Ndilalah saat menanyakan harga perempuan itu kentut. Wajahnya memerah.
Karena merasa kasihan Hatim pun membuat sebuah siasat supaya perempuan tadi tidak malu padanya. Ia pun pura-pura tuli dan menyuruh perempuan itu untuk mengeraskan volume suaranya.
“tolong keraskan suaramu! Aku tak mendengarnya””
Hati perempuan itu plong. Wajahnya yang semula merah menjadi padam. Ia menyangka kalau Hatim memang tuli.
Dari kejadian itulah Hatim diangkat sebagai wali Allah. Dan semenjak itu pula ia hidup pura-pura tuli sampai perempuan itu meninggal dunia. Walhasil, dia adalah satu-satunya orang yang diangkat jadi wali gara-gara kentut.”
Belum sempat Margajul melanjutkan cerita tiba-tiba Darkum memotong.
“Tapi tadi kentutnya bau sekali, yi. Siapa sebenarnya yang kentut?”
“Saya!” –jawab ki Ageng Margajul sambil cengengesan.
Spontan satu kelas tertawa. Pantesan dari tadi beliau nggacor tak ada habisnya. Ternyata dia sendiri yang kentut. Tapi bagi Sidul yang kentut bukan beliau. Karena menurutnya, Ki ageng Margajul sekarang sedang tampil sebagai Hatim Al-Asham untuk menutupi aib orang yang kentut, yang tidak lain adalah dia sendiri (Sidul). []