Syakban merupakan bulan yang mulia, disebut sebagai bulannya Rasulullah SAW karena dianjurkan untuk memperbanyak salawat di dalamnya. Pun ayat tentang bersalawat (QS. Al-Ahzab 33:56) diturunkan di bulan mulia ini. Bulan yang di dalamnya terdapat malam paling mulia setelah malam Lailatul Qadr, yakni malam Nishfu Syakban.

Al-Habib Umar bin Hafidz mengibaratkan bahwa bulan Rajab merupakan bulan menanam, sedangkan Syakban merupakan bulan menyiram dan bulan Ramadhan nanti adalah waktu memanen.

Di provinsi Hadhramaut, tempat saya menimba ilmu, terdapat sebuah tradisi tahunan yang dilakukan secara turun temurun. Bukan sekadar tradisi biasa, melainkan sebuah bentuk adat istiadat yang dilakukan atas dasar cinta akan cahaya kenabian, yakni Ziarah Agung Nabi Hud AS pada awal bulan Syakban yang penuh rahmat ini.

Nabi Hud AS merupakan salah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui. Nama lengkapnya adalah Hud bin Salikh bin Arfakhsyaz bin Saam bin Nuh hingga berlanjut ke penghulu kita semua, Nabi Adam AS.

Berdasarkan pendapat yang paling kuat, makam Nabi Hud As terletak di Syi’ib Hud, sebuah lembah yang berjarak sekitar 80 km dari Kota Tarim dan memakan waktu 2 jam lebih di perjalanan.

Untuk mempersiapkannya, para da’i selalu mengingatkan masyarakat dengan datangnya ziarah agung ini, lantunan tahawid, syair dan kasidah yang berkenaan dengan Nabi Hud AS senantiasa dilantunkan. Tak lupa pula menghiasi unta-unta dengan secantik mungkin, yang nantinya akan dibawa kesana.

Puncak ziarah akbar nan agung ini terdapat pada tanggal 7-10 Syakban. Rentetan acara sedemikian rupa telah dijadwalkan sejak lama, yang pada penghujung acaranya diisi dengan pembacaan salam kepada Nabi Hud AS, Nabi Muhammad SAW dan para malaikat. Dilanjutkan dengan membaca surah Hud dan Yasin, kemudian ditutup dengan ceramah dan doa.

Baca Juga:  Hari Santri Nasional 2024: Pendidikan Karakter Metode Qudwah melalui Ziarah

Di sela-sela waktu tersebut kita juga disuguhi dengan acara talbis akan peninggalan para ulama, ceramah agama dan puncak dari penyejuk hati tersebut adalah mengambil berkah dari “Rambut Baginda Nabi SAW” yang diamanahkan kepada Munshib Al-Habsyi (sebuah fam dalam keluarga habaib).

Turut hadir dalam ziarah ini pembesar ulama di Hadhramaut, diantaranya adalah Habib Umar bin Hafidz, Habib Abu Bakar Balfaqih dan Habib Muhammad bin Ali Al-Habsyi. Beberapa habaib asal Ibu Pertiwi Indonesia juga hadir, yaitu Habib Jindan bin Novel bin Jindan, Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad dan sebagainya.

Dalam ziarah ini, kita juga bisa menemui sesama pelajar dari berbagai lembaga di Hadhramaut yang ikut memeriahkan acara. Pun merajut tali ukhuwah dan hubungan silaturahmi yang lebih solid lagi.

Akhirnya kita berharap agar ziarah kali ini dapat memupuk rasa cinta akan kenabian dan semoga kita juga dapat menziarahi para nabi dan rasul lainnya, khususnya baginda Nabi Muhammad SAW, sang pembawa risalah agama yang menjadi rahmat bagi sekalian alam. Aamiin.

Ahmad Raja Azani
Alumnus PP Raudlatul Hasanah kota Medan, mahasiswa Universitas Al-Ahgaff Yaman

    Rekomendasi

    Menjadi pejuang
    Hikmah

    Menjadi Pejuang

    Melanjutkan serial tulisan tentang pesan-pesan bapak kepada para guru dan pengurus, kali ini ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah