Bupati Ngawi dan Gus Sa'dulloh Syarofi Hadiri Acara Haflah Akhirussanah dan Wisuda Santri Madrasah Islam Syarifatul 'Ulum Katerban

Pesantren.id – Tepat pada Hari Sabtu, 28 Mei 2022, Madrasah Islam Syarifatul ‘Ulum Katerban mengadakan perhelatan tahunan berupa Haflah Akhirussnah. Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono hadiri Haflah Akhirussanah dan Wisuda Santri di Madrasah Islam Syarifatul ‘Ulum, Katerban, Sekaralas, Widodaren, Ngawi Jawa Timur

Dalam sambutannya, Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono mengatakan ditengah perkembangan peradaban zaman yang penuh dinamika ditambah pengaruh teknologi informasi serta media sosial minta orang tua lebih ekstra lagi untuk mengawasi anak, “Kalau kita tidak bisa mengawasi anak 24 jam, luar biasa bahayanya. Jadi media sosial serta perkembangan teknologi informasi harus dibarengi keilmuan agar bisa bijak dalam menghadapi perubahan,” tuturnya.

Keberadaan Pondok Pesantren, menurut Bupati Ngawi menjadi salah satu solusi ditengah derasnya arus informasi dan teknologi saat ini, “Kalau tidak bisa bijak memanfaatkan teknologi informasi akan banyak mudaratnya dari pada manfaatnya,” tandasnya.

Hal Senada Juga disampaikan oleh Gus Sa’dulloh Syarofi, Putra dari KH Husein Ilyas Mojokerto.Perkembangan zaman semakin pesat dan cepat. Segala tuntutan kehidupan dalam memenuhi kebutuhan pun meningkat yang tidak bisa dihindari. Banyak orang tua disibukan mencari nafkah untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Baik itu dari pihak bapak maupun ibu, yang semuanya bekerja untuk menopang perekonomian keluarga. Hal inilah yang mengakibatkan kurang tersentuhnya secara intensif pendidikan agama maupun moral yang tercipta di lingkungan keluarga.

Jawaban atas permasalahan di atas yaitu pendidikan pesantren. Tempat yang sangat mulia ini telah menyuguhkan pendidikan agama serta membina moral. Tidak hanya itu, pesantren juga menyuguhkan pendidikan formal. Artinya dalam merespon perkembangan zaman, pesantren memberikan terobosan yang tidak menyalahi aturan. Pendidikan agama dan moral sudah menjadi kekuatan pesantren sejak zaman dahulu, lalu di masa sekarang pesantren memiliki nilai lebih atau tambahan dengan adanya pendidikan formal, seperti MA, SMP dan Diniyah.

Baca Juga:  20 Wisudawan al-Ahgaf Raih Gelar Sarjana Dan Hafiz Al-Qur’an Sekaligus

Ketika si anak sudah dipasrahkan di pesantren oleh orang tuanya. Tentu saja ada proses penyerahan secara dhohir maupun batin. Dhohir yang artinya merelakan harus pisah jauh dari orang tua. Sedangkan pasrah secara batin yaitu harus sepenuhnya percaya dan terima apa yang diberikan kiai maupun pengurus pesantren kepada anaknya. Sebab hal ini merupakan pendidikan terbaik bagi setiap anak sebagai proses pembentukan karakter yang baik, tangguh, dan mandiri. Sehingga orang tua tidak perlu khawatir atas masa depan anaknya. Kiai atau Ulama adalah pewaris para nabi. Setelah kenabian ditutup dengan diutusnya Rasulullah saw., maka warisan keilmuan keagamaan berada dalam tanggung jawab para ulama. Penting untuk menengok, mempelajari, dan belajar langsung kepada para ulama untuk menjaga kesinambungan ilmu dari Rasulullah saw.

Seyogianya, masyarakat harus memiliki guru yang mempunyai kemampuan dan sanad keilmuan yang jelas. Ini penting karena sanad ilmu menunjukkan pentingnya otoritas dalam berilmu agama. Terlebih bagi masyarakat muslim yang masih awam dan tidak memiliki kemampuan menggali serta meneliti suatu persoalan dalam ilmu agama, maka ia diwajibkan memiliki guru yang dapat membimbingnya agar tidak tersesat dalam pemahamannya.

Aktivitas di pesantren berlangsung secara terus-menerus hampir berjalan penuh selama 24 jam. Jadwal kegiatan ditata rapi sedemikian rupa oleh pihak pengurus pesantren. Menjadikan santri lebih teratur dalam memanfaatkan waktu. Hal ini menggambarkan bahwa di pesantren tidak ada waktu yang terbuang dengan sia-sia. Pendidikan pesantren memiliki nilai lebih dibandingkan dengan pendidikan lainnya. Sebab di sana ada seorang kiai yang menjadi fiqur teladan bagi para masyarakat.  Kiai menjadi pemangku atau pengasuh pesantren, yang selain mendidik dalam mengajarkan ilmu agama yang bersumber pada ajaran para ulama yang jelas sanadnya, juga sering melakukan riyadhoh (tirakat) untuk mendoakan setiap murid (santrinya).

Baca Juga:  Asal Mula Baju Toga dalam Wisuda

Memondokan anak merupakan suatu usaha untuk membangun generasi yang kuat dan mandiri. Jangan sampai kita sebagai orang tua meninggalakan keturunan atau anak yang lemah dalam bidang ilmu, lemah dalam iman, lemah dalam akhlak, dan lemah dalam ekonomi. Sebab kelak di akhirat generasi atau keturunan seperti ini (yang lemah) tidak bisa membela dan menolong orang tuanya di hadapan Allah SWT. Perjuangan orang tua dalam memondokan anaknya merupak suatu perjuangan yang sangat mulia, menjadikannya sebagai modal kehidupan di akhirat yang sangat abadi. Bagi orang tua , keuntungan memiliki anak yang saleh memiliki implikasi di akhirat. Amalan-amalan anak senantiasa berkorelasi dengan kedua orang tuanya walaupun sang orang tua telah wafat. Jika sang anak melakukan kebaikan atau mendoakan orang tuanya maka amal dari kebaikannya juga merupakan amal orang tuanya dan doanya akan segera terkabul oleh Allah Subhannahu wa Ta’ala. []

Redaksi
Redaksi PesantrenID

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Berita