KisahUlama

Gus Maksum yang Humanis, Menolong Keturunan PKI hingga Dijewer Ibunya

Salah satu buku yang mengulas tentang ketokohan Gus Maksum.

Ahad (06/10) kemarin, saat ada undangan mantenan di Lirboyo, saya meminta istri agar menghadiri acara mantenan, sedang saya turun di pondok induk menuju makam. Setelah itu, saya melihat santri yang sedang ngaji (syawir/musyawarah) dalam lingkaran-lingkaran kecil yang masing-masing lingkaran terdiri sekitar 5 santri yang semuanya membuka kitab kuning.

Tidak lupa saya mampir ke toko kitab dan beli buku. Di antara buku yang saya beli adalah “Gus Maksum, Sosok dan Kiprahnya”. Buku terbitan tahun 2004 dan cetakan kedua tahun 2011 dengan tebal 174 ini menceritakan biografi singkat Gus Maksum, wabil khusus masalah sepak terjang beliau di dunia persilatan.

Hal yang menarik, buku ini menceritakan sifat kemanusiaan Gus Maksum. Gus Maksum yang dikenal sebagai komandan penumpasan PKI ternyata beliau begitu welas asih kepada keturunannya. Tidak hanya disantuni, tapi ada juga keturunan PKI yang malah dihajikan oleh Gus Maksum.

Welas asih lain dari Gus Maksum juga ditunjukkan saat terjadi kerusuhan Sampit (1996-1999) yang pada tahun 1999 terjadi bentrokan massal dengan menelan korban 200 nyawa, 1600 rumah hangus dan 23 ribu keturunan Madura mengungsi. Gus Maksum dengan inisiatif sendiri menampung sekitar 50 anak dan beberapa orang dengan biaya dari beliau ditempatkan di Kanigoro.

Tidak hanya sisi humanis yang ada pada diri Gus Maksum, tapi juga sikap tawadlu, taat dan patuh kepada ibunda tercinta. Bayangkan, pada tahun 1998 (dalam usia 54 tahun dan sudah berumah tangga), Gus Maksum saat berada di kolam yang jaraknya dengan ndalem (rumah) beliau sekitar 200 meter yang dengan tiba-tiba didatangi ibunda tercinta. Sang ibunda menarik dan menjewer telinga Gus Maksum mulai dari kolam ikan hingga ke rumahnya yang melewati pondok putra dengan ratusan santri putra melihat kejadian tersebut.

Baca Juga:  Peran KH Mahfudh Salam dan KH Zubair Dahlan dalam Mendidik Keturunannya Jadi Ulama Besar

Gus Maksum tidak melawan dan tetap tawadlu kepada ibundanya. Ini adalah pelajaran penting bagi pemuda-pemudi milineal, siapapun Anda, maka taat kepada orang tua adalah wajib dan bermanfaat. Kepada seluruh Kiai Lirboyo serta Gus Maksum dan orangtuanya lahumul Fatihah.

Ainur Rofiq Al Amin
Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, Penulis Buku "Membongkar Proyek Khilafah Ala HTI", dan Salah Satu Tim Penulis Buku "Tambakberas, Menelisik Sejarah, Memetik Uswah"

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Kisah