Zainab al-Kubro adalah gambaran perempuan yang tiada tandingannya pada zamannya, bahkan definisi ini suda ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, Khulafa’ur Rasyidin hingga pertengahan era dinasti Umayyah. Keberanian dan ketangguhan Zainab al-Kubro juga digandeng dengan ketenangan mental dan kecerdikan ketika menghadapi sesuatu.
Salah satu peristiwa yang terkenang di literatur-literatur klasik adalah bagaimana sikap Beliau ketika berhadapan dengan salah satu gubernur bagian Kufah pada pemerintahan Yazid bin Mu’awiyyah “‘Ubaidillah bin Ziyad” di rumah ‘Ubaidillah.
Beliau masuk di dalam rumah Ubaidillah bin Ziyad dengan pakaian terburuknya dan langsung duduk tanpa sekata apapun. Terjadi percakapan yang menegangkan di antara keduanya.
Ubaidillah bin Ziyad berkkata “Siapa perempuan ini?”. Sayyidah Zainab diam seribu bahasa dengan sikap acuh tak acuh hingga Ubaidillah bin Ziyad bertanya tiga kali. Pada akhirnya salah satu pelayannya menjawab “Ini Zainab binti Fathimah”.
Setelah itu, dengan ketus Ubaidillah bin Ziyad berujar; “Segala Puji bagi Allah yang telah akan membuka kedokmu, akan membunuhmu dan membuat semua perkataanmu sebagai kebohongan”.
Kemudian Sayyidah Zainab menimpalinya dengan ungkapan yang tajam dan penuh kebijaksanaan; “Segala puji bagi Allah SWT yang memuliakan kami dengan Nabi Muhammad SAW, mensucikan kami dengan sebenar-benarnya suci tidak seperti apa yang kamu ucapkan. Sungguh Allah SWT akan mengumbar orang yang fasiq dan melekatkan segala kebohongan pada orang yang hanyut dalam kemaksiatan”.
Mendengar jawaban tersebut, Ubaidillah bin Ziyad mengernyitkan giginya seraya berucap dalam kemarahan “Bagaimana Kamu tahu atas apa yang akan Allah SWT perbuat terhadap keluargamu?”. Dengan tenang Sayyidah Zainab menjawab; “Telah ditetapkan kematian atas keluargaku. Allah SWT akan mengumpulkan keluargaku dan kalian, maka saat itulah keluargaku akan mengajukan peristiwa ini kepada Allah SWT.”.
Singkat cerita, dengna penuh kemarahan Ubaidillah bin Ziyad menyeret Sayyidah Zainab beserta seluruh keluarnya –di antaranya terdapat Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib RA- menuju ke hadapan Yazid bin Mu’awiyyah di Syam. Sayyidah Zainab dan keluarnya dimasukkan sangkar hewan di depan Yazid bin Mu’awiyyah.
Walaupun dalam kondisi tersebut, tidak adalah ketakutan maupun keraguan di wajah Sayyidah Zainab dengan memepertahankan kepala Sayyid Husain yang telah terpenggap di hadapan Yazid bin Mu’awiyyah walaupun dalam kondisi yang mengancam hidup dan keimanannya.
Singkat cerita, Sayyidah Zainab mengucapkan perkataan terakhir pada persidangan tersebut;
ظننت يا يزيد حيث أخذت علينا أقطار الارض وآفاق السماء، فاصبحنا نساق كما تساق الإماء… أنسيت قول الله تعالى : وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِّأَنفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُواْ إِثْمًا وَلَهُمُ عَذَابٌ مُّهِينٌ.
Apakah kamu menduga, Yazid, dengan menyeret kami ke seluruh bumi, kamudian kami akan berjalan seperti yang berlakukan kepada para budak/pelayan. Apakah Engkau lupa akan firman Allah Swt:
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. []