“Jadi nanti kalian belajar dirumah terlebih dahulu, karena himbauan pemerintah yang menginstruksikan untuk kegiatan pembelajaran diliburkan terlebih dahulu, mungkin untuk libur sekarang masih belum bias ditentukan kapan waktu masuknya, yang penting sekarang adalah kesehatan kalian, Akang juga pasti akan sangat rindu degan kalian, tetap jaga kesehatan dan tetaplah diam dirumah, ingat kita harus taat pada agama dan negara.” Begitulah mungkin pesan Akang Fuad sebelum memulangkan kami sebagai santri-santrinya.
Bukannya merasa bahagia bisa pulang kerumah dalam jangka waktu yang sangat lama, entah kenapa hati ini sangat sulit untuk menerima, biasanya ketika saat akan libur seluruh santri merayakannya dengan bahagia, pasti selalu saja ketika malam terakhir sebelum pulang ada yang namanya Muwadda’ah yang beisi penampilan – penampilan para santri yang berbakat dan juga pengumuman dari para Asatiz, namun sekarang malam itu hanya berupa pengumuman dan haru, semua santri akhirnya kembali terpecah ketika Akang Fuad memberi amanat terakhirnya.
“Ingat ini adalah Muwadda’ah bukan Mufaraqah, Laisal firaq bil firak lakinal firak bisyauk.” ujar Akang Fuad.
“Mungkin kita akan berpisah namun bukan perpisahan selamanya melainkan perpisahan yang akan mendatangkan kerinduan” jelas Ustaz Kholid yang merupakan salah satu pengurus di Pondok Pesantren Al-Barokah.
Namaku Irsyad, aku merupakan Santri Pondok Pesantren Al-Barokah, Pondok Pesantren yang dipimpin oleh seorang Ulama yang sangat karismatik, Akang Fuad Abdul Ghaful adalah pimpinan pesantrennya, memang aku bukanlah santri nomor satu disana tapi aku selalu menempatkan guruku yang paling utama dari siapapun, karena aku ingat dalam kitab Ta’lim Muta’lim bahwa untuk mencapai manfaatnya ilmu maka harus dengan memuliakan juga pemilik ilmunya. Aku sangat sedih bahkan terpukul ketika para Asatiz dan juga pengurus mengucapkan kata-kata perpisahan yang memang tidak biasa diucapkan oleh mereka, namun mau tidak mau seluruh santri harus pulang tanpa terkecuali, memang biasanya ketika libur lebaran aku tidak pulang kerumah karena aku ingin bersama sama guruku selalu, tapi untuk kali ini aku terpaksa harus pulang, dengan perasaan yang sangat terpukul aku pulang bersama para rombongan santri yang lainnya, santri yang lainnya pun mungkin merasakan perasaan yang sama sepertiku, mereka pulang dengan penuh haru juga bersiap siap menahan rindu.
Walaupun kami seluruh santri Pondok Pesantren Al-Barokah dipulangkan, namun kegiatan pembelajaran di pesantren tidak diliburkan, untuk kegiatan mengaji, kini berjalan melalui media sosial di grup online kelas whatsapp, memang setiap hari aku menatap wajah Akang Fuad, namun ada sesuatu yang berbeda dari biasanya, sekarang aku hanya bisa menatap Akang fuad lewat layar monitor, hanya bisa mendengar suaranya dari rekaman voice note, untuk sekarang aku tidak bisa menatapnya langsung, aku tidak bisa mencium tangannya setelah usai pembelajaran, ini sangatlah hampa bagiku, biasanya ketika libur aku selalu menyempatkan untuk bersilaturahmi ke guru yang ada didekat rumahku, namun karena sekarang dunia masih dihantui oleh pandemi covid-19 aku hanya bisa diam dirumah dan merindu dengan orang-orang yang aku cintai dan orang-orang yang aku sayangi, bukannya aku tidak menerima keadaan sekarang, namun aku hanya kecewa saja, aku sedih karena semua kegiatan diberhentikan, tapi dibalik semua itu pasti akan ada hikmahnya, terkadang aku berpikir apakah dunia ini memang benar-benar sudah tua? Sampai-sampai ada kasus atau musibah yang menimpa seluruh dunia, ini bukan kasus yang main-main, jika memang ini ujian aku menerimanya dengan sabar, namun jika ini semua azab dari Allah SWT, aku bisa apa? Ya Allah maafkan aku yang selalu mengingat-Mu dikala aku sedang susah, yang hanya mengingat-Mu dikala aku mendapatkan kebingungan dan terkadang aku melupakan-Mu ketika aku merasa bahagia, aku melupakan-Mu ketika aku benar-benar mendapatkan nikmat yang sangat banyak. Semoga saja dengan adanya musibah ini semua orang sadar bahwa sekarang bukan lagi saatnya bersaing untuk saling mempertahankan kedudukan, jabatan, pangkat ataupun ketenaran, namun sekarang saatnya bersaing meningkatkan keimanan dan juga ketakwaan.
Empat belas hari dirumah, memang sangatlah membosankan, setiap hari hanya diam dirumah, mengaji online dan juga mengerjakan tugas sekolah yang begitu banyaknya, untuk mengaji sekarang ada salah satu syairan yang diajarkan oleh Akang Fuad.
Li khomsatun uthfi bihaa haral wabail hatimah #
almusthofaa walmurtadhoo wabna humaa wa faa timah
Syairan ini adalah ijazah dari gurunya Akang Fuad yaitu K.H Hasyim Asy’ari merupakan sholawat penolak wabah dan penyakit, Alhamdulillah aku bersyukur walaupun tetap dirumah aku masih bisa menimba ilmu, dan juga mengaji walaupun itu online.
Memang waktu ini sangatlah singkat, namun jika hanya berdiam diri dirumah rasanya aku sangat lama sekali, aku sangat rindu dengan teman-teman dan guru-guruku di Pondok Pesantren, aku sadar jika dalam waktu empat belas hari ini ada hal yang sangat aku rindukan, ada banyak hal yang harus aku kerjakan, mungkin empat belas hari yang dirasakan oleh semua orang berbeda walaupun sama waktunya namun pasti hasilnya berbeda, ada yang dalam waktu itu menghabiskan dengan bermain gadget, ada yang menghabiskan dengan membaca buku, ada juga yang menghabiskannya untuk mengikuti kajian online disana sini, namun bagiku empat belas hari ini aku hanya merindu kepada guruku, Akang Fuad Abdul Ghafur semoga beliau tetap diistikamahkan dalam membimbing para santrinya, dan juga semoga beliau dipanjangkan umurnya dalam keadaan taat kepada-Mu ya Allah, Aamiin. [HW]
Finalis 10 Besar Sayembara Menulis Santri 2020 (Ramadan, Santri, dan Covid-19).