إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Kami sekeluarga ikut berduka yang sedalam-dalamnya atas kembalinya ke rahmatullah Almaghfur lahu KH. R. Muhammad Najib Abd Qodir Munawwir, semoga Almarhum husnul khaatimah, diampuni dosa-dosanya, diterima amal sholehnya dan diterima di sisi-Nya, serta keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ
Aamiin yaa mujiibas saailiin.
Lahul Faatihah.
Masyarakat DIY dan Indonesia berduka. Ulama penjaga Al Qur-an yang merupakan pengasuh utama Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Bantul DIY dan Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat ini, KH. R. Muhammad Najib Abdul Qodir, wafat pada Senin (4/1/2021) sekitar pukul 16.30 WIB. Insya Allah kembalinya beliau ke rahmatullah dalam keadaan husnul khaatimah.
Al Maghfur lahu KH. R. Muhammad Najib Abdul Qodir Munawwir adalah salah satu cucu dari KH Munawwir pendiri Pesantren Munawwir Krapyak Yogyakarta. Demikian juga beliau adalah salah satu putera dari KH. R. Abdul Qodir Munawwir. Ketika KH. R. Abdul Qodir Munawwir wafat pada Kamis malam Jum’at Kliwon, Beliau meninggalkan seorang istri dan 5 anak dari 8 anak, yaitu Ummi Salamah (9 tahun) Muhammad Najib (6 tahun, kini pengasuh Pesantren Al-Munawwir Krapyak), Munawwaroh (4 tahun), Abdul Hamid (2 tahun, kini pengasuh Pesantren Ma’unah Sari Bandar Kidul – Kediri), dan Abdul Hafidz (6 bulan dalam kandungan, kini telah wafat). Tiga anak lainnya wafat ketika masih kecil, yaitu Fatimah, Nur Jihan, dan Widodo.
KH Muhammad Najib adalah sosok ahli ilmu Al Qur-an yang menguasai Qira-at Sab’iyyah. Beliau mengaji hingga tuntas dari KH Arwani Kudus. Ilmu Qira-at Sab’iyyah, adalah cabang dari ilmu-ilmu Al Qur-an (yang jumlahnya tidak kurang dari 28 cabang) tentang cara baca al Qur-an ‘ala rasm ‘Usmani, dan merujuk kepada 7 imam besar ilmu qira’at. Ketujuh Imam itu yaitu: Imam Isa Ibnu ‘Amr di Bashrah, Imam Nafi’ bin ‘Abdurrohman di Madinah, Imam ‘Asim bin Abun Najud di Kufah, Imam Hamzah di Kufah, Imam al-Kisa’i di Kufah, Imam ‘Abdulloh bin ‘Amir di Syam, dan Imam ‘Abdulloh bin Kasir di Makkah. Kesemua para imam itu hidup pada jaman Tabi’in. Kemudian masing-masing mempunyai mata rantai riwayat pembacaan hingga era kekinian. Sedang ilmu itu bisa dipelajari di Pesantren Krapyak. Adapun cara baca al Qur-an yang umum dipakai oleh kita, merujuk kepada Imam Hafsh yang merupakan murid dari Imam ‘Ashim bin Abun Najud, Kufah.
Sebagaimana diketahui bahwa Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak memiliki banyak komplek, salah satunya adalah Madrasah Huffadz I Al-Munawwir yang berdiri secara otonom di bawah asuhan KH. R. Muhammad Najib Abdul Qodir dengan melandaskan impian KH. Munawwir untuk membumikan Al Qur-an. Berbagai kegiatan pengajian seperti setoran hafalan Al Qur-an takror, dan semaan Al Qur-an pun rutin berjalan dengan baik.
Keistimewaan Ponpes Al Munawwir Krapyak adalah berkomitmen tinggi menjadikan Al Qur-an selalu dirasakan semarak, seperti melalui pengajian talaqqi secara tahqiq setiap pagi bersama Kiai Muhammad Najib, sorogan bacaan Al Qur-an (binnadzor), di komplek masing-masing dan setoran bacaan Al Qur-an (bilhifdzi) di komplek-komplek tahfidz. Selain itu ada program setiap pekan tartilan Al Qur-an yang bisa diikuti setiap hari Rabu Wage. Selain mempelajari Al Qur-an, ponpes Al Munawwir juga mempelajari lainnya, misalnya kitab-kitab kuning (kutubussalaf ashsholih) yang cenderung bersifat individual. Selanjutnya juga dikembangkan sistem pendidikan madrasi (klasikal). Yang jelas bahwa secara historis ponpes Al Munawwir merupakan pesantren yang menfokuskan pada penguasaan Al Qur-an.
Dalam khidmahnya, KHM Munawir sebagai perintis dan pendiri, berhasil membentuk kader bagi ahli-ahli Al Qur-an di berbagai daerah. Mereka antara lain, KH Umar Magkuyudan Solo, KH Arwani Kudus, KH Umar Cirebon, KH Muntaha Wonosobo, KH Murtadlo Cirebon, KH Yusuf Agus Indramayu, KH Aminuddin Bumiayu, KH Zuhdi Kertosono, KH Abu Amar Kroya, KH Hasan Tholabi Kulonprogo, KH Dimyathi Bumiayu, KH Fathoni Brebes, KH Basyir Kauman Yogya, dsb. Setelah pulang dari Krapyak, umumnya mereka mendirikan pesantren tahfidhul Qur-an dan menjadi ahli-ahli dalam bidang Ulumul Qur-an.
Di awal penjajahan Jepang, rakyat Indonesia benar-benar mengalami penindasan yang berat, saat itu pesantren Krapyak berkabung dengan wafatnya KH Muhammad Munawir, pada hari jum’at, 11 Jumadil Akhirah 1361H (1942 M) sementara putera puteri Almarhum masih terlalu muda untuk diberi tanggung jawab mengelola pesantren. Menyadari akan kondisi ini akhirnya kelurga bersepakat mengambil menantu KH Ali Maksum dari Lasem.
Selanjutnya KH Ali Maksum tunjukkan komitmennya dengan menjaga amanah melalui bekerja keras dengan mengajak anak dan cucu serta santri pilihan untuk membenahi ponpes Krapyak. Mereka adalah Abdul Qadir, Mufid Mas’ud, Nawawi Abd Aziz, Dalhar, Zainal Abidin, Abdullah Affandi, Ahmad dan Warson. Dengan memperhatikan dan mengoptimalkan potensi yang ada, ponpes Krapyak tidak hanya berkonsetrasi pada Al Qur-an saja, tetapi juga penguasaan kitab-kitab kuning. Untuk pengajian Al Qur-an ditangani oleh KH Abdul Qadir, KH Mufid Mas’ud, KH Nawawi Abd Aziz, KH Ahmad, KH Zaini, KH Najib Abdul Qodir, KH Hafid Abdul Qadir. Sedangkan pengajian Kitab Kuning oleh KH Ali Maksum, KH Zainal Abidin, KHA Warson dan KH Dalhar.
Untuk membuktikan bahwa Ponpes Al Munawwir Krapyak itu homebase-nya penguasaan Al Qur-an, maka dua anggota keluarga diamanati membuka pesantren yang mengkonsentrasikan pada pengajian Al Qur-an. KH Nawawi Abd Aziz membuka dan memimpin pesantren An-Nur, Ngrukem, Bantul dan KH Mufid Mas’ud membuka dan memimpin pesantren Sunan Pandanaran, Ngaglik, Sleman. Dengan demikian KH. R. Abdul Qodir Munawwir bersama anak-anaknya mengawal pengembangan pesantren Al Qur-an di Ponpes Al Munawwir Krapyak.
Karena qodarullah, KH. R. Abdul Qodir Munawwir kembali ke rahmatullah, pada 2 Februari 1961, di RS Panti Rapih, dalam usia 42 tahun, KH R. Hafid Abdul Qodir Munawwir menyusul pada Senin (5/3/2018), sekitar pukul 16.30 WIB di kediamanannya Krapyak dalam usia 57 tahun. Selanjutnya KH R. Muhammad Najib Abdul Qodir Munawwir kembali ke Rahmatullah pada hari Senin, (4/1/2021), sekitar pukul 16.30 di kediamannya Krapyak, dalam usia 66 th. Ini serba kebetulan kakak beradik wafat di hari dan jam yang sama.
Suatu yang patut yang patut disyukuri bahwa apa yang telah dirintis oleh sesepuhnya, KH Munawwir Abdul Rasyid dalam menguasai Al Qur-an sudah nampak hasilnya. Sekarang bakat dan minat Tahfidzul Qur-an nampak mewabah di tanah air. Bukan hanya bertempat di pondok pesantren salafiyah saja, melainkan juga di pondok pesantren moderen. Bahkan ada yang menghafal al Qur-an di luar pesantren. Kerinduan dan kecintaan pada Al Qur-an pada dasarnya telah teladani oleh agenda hifdzul Qur-an di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Kita bisa melihat dan menyaksikan ketika kita menunaikan umrah. Hampir setiap hati pagi dan sore banyak anak-anak asyik menghafal Al Qur-an.
Saya meyakini bahwa karena izin Allah swt, kini para hafidz dan hafidzah di Indonesia sudah banyak yang mendapatkan privilege baik dalam studi atau kerja. Ini sinyal yang dan positif. Memang dengan hafal Al Qur-an, individu itu menjadi baik perilaku atau akhlaqnya. Jika tidak demikian maka secara otomatis akan terancam hafalannya. Supaya tidak merugi maka penghafal Al Qur-an itu akan cenderung memprotek dari kegiatan yang sia-sia. Kita bisa perhatikan Al Maghfur lahu Kiai Najib merupakan sosok kiai yang sederhana, bersahaja, dan amat mencintai santri-santrinya.
Akhirnya semoga para santri dan ummat nahdliyyin selalu ingat pada nasehat, didikan, dan asuhan yang penuh kasih sayang, dan selalu bersemangat mengamalkan ilmunya sebanyak dan seluas mungkin, yang dilandasi dengan mengharapkan ridlo Allah swt. sehingga mendapatkan limpahan barakah-Nya. Selamat jalan pak Kiai, telah ditunggu oleh Allah swt di syurga-Nya. Aamiin. []
[…] KH. R. Abdul Qadir (putra beliau dari Nyai R.A. Mursyidah asal Kraton Yogyakarta). Pada tahun 1953, para santri […]