Perjuangan Pesantren dalam Nasionalisme di Tanah Air

Nasionalisme adalah sikap suatu politik terhadap masyarakat bangsa, yang mana mempunyai kesamaan dan wilayah, baik cita-cita dan tujuannya. Masyarakat bangsa dengan adanya nasionalisme merasakan adanya kesetiaan di dalam dirinya sendiri.

Muncul asal mulanya nasionalisme yaitu dari Barat (Eropa) pada pertengahan abad. Inti dari nasionalisme berupa cinta tanah air dan berjuang dalam memperjuangkan bangsa dan negara. Pada zaman Rasulullah sebenarnya sudah ada, misalnya pada era nabi Ibrahim as. Beliau selalu berdoa untuk keamanan, kemakmuran, dan keberkahan negeri.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

{ وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَ ٰ⁠هِیمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَـٰذَا ٱلۡبَلَدَ ءَامِنࣰا وَٱجۡنُبۡنِی وَبَنِیَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ }

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala. [Surat Ibrahim: 35]

Dan kisah nabi Muhammad Saw. Ketika hendak di usir dari Mekkah senghingga beliau berkata “sungguh aku di usir Mekkah, sungguh aku tahu bahwa Mekkah adalah wilayah  yang paling dicintai dan dimuliakan oleh Allah. Andai penduduk Mekkah tidak mengusirku, maka aku tak kan meninggalkan Mekkah”.

Sebagai mana bukti maupun fakta di atas, sebenarnya kelompok anti nasionalisme merupakan minoritas dalam umat Islam. Dalam kasus Indonesia sendiri, bahwa umat Islam tidak nasionalis tersirat dalam kebijakan pemerintah atau wacana yang berkembang dalam dunia politik pemerintahan Indonesia.

Pesantren di Indonesia merupakan usia yang sangat panjang, yaitu kurang lebih 600 tahun. Walaupun banyak yang berpendapat bahwa pesantren adalah suatu sistem pendidikan yang berasal dari luar Indonesia, namun di lihat dari usianya sudah cukup panjang, bahwa pesantren sudah menjadi alasan untuk menyatakan menjadi milik budaya bangsa Indonesia. Hal ini, pesantren sendiri sudah kaya akan sejarah nasionalisme dan perjuangan membela tanah air. Kemerdekaan yang sudah kita jalani selama 76 tahun ini tidaklah lepas dari peran pesantren. Banyak sekali kisah sejarah yang ikut berjuang memerdekakan Indonesia, baik dari golongan santri maupun tokoh pesantren.

Baca Juga:  Kejailan Santri dan Sanadnya Hingga Sahabat Nabi

Perang Diponegoro salah satu sejarah yang melibatkan pesantren, perang tersebut adalah perlawanan para santri melawan terhadap Belanda, yang mana pemimpin dari perang tersebut yaitu pangeran Diponegoro atau bisa di sebut “kyai Diponegoro” karena beliau adalah orang yang alim ilmu agama, kemudian kyai Diponegoro menaungi ulama-ulama besar berbagai daerah.

Kekalahan perang Diponegoro, para kyai, dan santri tersebut kembali ke pesantren untuk sementara, yang mana memulai setrategi dan membangun kekuatan intelektual, tujuannya agar generasi santri setelahnya ikut meneruskan perjuangan para kyai yang telah gugur. Para kyai dan santri pengikut Diponegoro tersebut yang akan melahirkan tokoh-tokoh nasionalisme dan menjadi pahlawan Indonesia.

Nasionalisme tokoh-tokoh pesantren sudah tampak jelas dalam berjuang memertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pesantren rela mengorbankan idealismenya (mendirikan negara  agama Islam) Demi mempertahankan Indonesia yang baru lahir. Ketika Belanda ingin menguasai Indonesia setelah kemerdekaan para kyai, ulama, santri berada di garda terdepan dalam mempertahankan kemerdekaan.

Sayangnya sekarang peran pesantren dalam nasionalisme di Indonesia kurang di hargai dan tidak ada  dalam  tulisan sejarah pesantren yang di publikasikan pemerintah Indonesia, karena itulah usaha mengingat sejarah tersebut dengan cara adanya penetapan 22 Oktober sebagai hari santri  nasional. []

Ulil Albab
Santri Ma'had Aly Pesantren maslakul Huda Margoyoso Pati.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Pesantren