Perbedaan Al-Khalil dan Al-Habib (Ibrahim Khalilullah, Muhammad Habibullah)

Siapa yang tidak mengenal Khalilullah?. Pasti semua umat Islam mengenalnya, dan kalimat Khalilullah mengarah kepada Nabi Allah, Ibrahim AS. Nabi dari semua agama langit, Kristen, Yahudi dan Islam. Sampai-sampai semua agama merujuk kepada Nabi Ibrahim, atau agama Abrahamik.

Khalilullah (Kekasih Allah, Kesayangan Allah) demikian gelar yang selalu disandangkan kepada beliau. Dalam setiap shalat, nama Nabi Ibrahim selalu disebut dalam tasyahhud akhir, yang juga selalu bersanding dengan Nabi Muhammad SAW. Dan kita mengenalnya dengan nama “Shalawat Ibrahimiyah”.

Tapi, apakah kita sudah tahu perbedaan Khalil dengan Habib? Habib yang sering dinisbatkan kepada Nabi Muhammad, Muhammad Habibullah (kekasih Allah). Berbeda dengan Nabi Ibrahim, Ibrahim Khalilullah. Keduanya diartikan sama, kekasih Allah, kesayangan Allah.

Tayyib. Mari kita lihat perbedaannya, menurut beberapa Mufassirin dan ahli bahasa. Menurut pengarang Kitab Ruhul Adab, Syekh Ibrahim Niyas, kata “Khalil” dan “Habib” memiliki maksud yang berbeda. Khalil Yu’tha ba’da thalab (cinta diberikan setelah mencari), sedangkan Habib Yu’tha duna thalab (cinta diberi tanpa mencari). Sama-sama memiliki arti kesayangan dan kekasih, tetapi khalil dicinta setelah ada usaha untuk dicintai dan dikasihi, sedangkan Habib, dicintai tanpa harus mencari dan berusaha.

Syekh Ibrahim Niyas mendasarkan perbedaan tersebut pada beberapa Ayat dalam Al-Qur’an, di antaranya;

وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبۡرَ ٰ⁠هِیمَ خَلِیلࣰا

Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(Nya)“.

Dari Ayat ini, Ibrahim Niyas menafsirkan perbedaan Khalil dan Habib. Kemudian beliau menyebut beberapa Ayat lainnya yang terkait dengan antara diusahakan dan tidak;

Perkataan Nabi Ibrahim (dalam Al-Qur’an)

حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.

Firman Allah

Baca Juga:  Anda juga Keluarga Nabi Kok!

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

Wahai Nabi (Muhammad)! Cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu

Perkataan Nabi Ibrahim

إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي، انه سيهدين

Dan dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya aku harus pergi (menghadap) kepada Tuhanku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku“.

Firman Allah

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَا

Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa

Menarik, dua Ayat terakhir misalnya, Nabi Ibrahim berusaha pergi menemui Tuhan dengan mengatakan “sesungguhnya aku harus pergi pada Tuhanku”, berbeda dengan Nabi Muhammad, Nabi diisra’kan (dijalankan) oleh Allah menuju-Nya, bukan datang, tetapi didatangkan menuju-Nya. Ini yang melatarbelakangi Syekh Ibrahim Niyas, dengan membedakan antara Khalil dan Habib.

Perbedaan ini juga dijelaskan dalam kitab Mirqah al-Mafatih, Syarh Misykat Mashabib.

واعلم أن الفرق بين الخليل والحبيب أن الخليل من الخلة أي الحاجة ، فإبراهيم عليه السلام كان افتقاره إلى الله تعالى ، فمن هذا الوجه اتخذه خليلا ، والحبيب فعيل بمعنى الفاعل والمفعول فهو – صلى الله عليه وسلم – محب ومحبوب ، والخليل محب لحاجته إلى من يحبه ، والحبيب محب لا لغرض ، وحاصله أن الخليل في منزلة المريد السالك الطالب ، والحبيب في منزلة المراد المجذوب المطلوب

Kata “Khalil” dari Khullah (خلة), yaitu membutuhkan. Nabi Ibrahim membutuhkan Allah SWT, maka dari itu, kata khalil ini dinisbatkan kepadanya. Khalil, mencintai karena membutuhkan kepada seseorang yang mencintainya. Sedangkan Habib, mencintai tanpa ada maksud apapun. Khalil, berada pada manzilah murid, salik dan thalib (pencari). Sedangkan Habib, sebaliknya, yang dituju (dicari).

Baca Juga:  Nabi Muhammad saw dan Bocah Santri (1): Ruang Interaksi

Allahu’alam Bishawab. []

Halimi Zuhdy
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Pengasuh Pondok Literasi PP. Darun Nun Malang, Jawa Timur.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Pustaka