NU Jakpus : Kamus Sejarah Bukti Kelalaian Kemendikbud Terhadap Tokoh Nasional

Salah satu nama tokoh nasional KH. Hasyim Asy’ari tidak tertulis dalam Kamus Sejarah Indonesia Jilid 1, banyak pihak yang kecewa dengan karya Direktur Jendral (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud ini, salah satunya Gus Syaifuddin Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Jakarta Pusat, misalnya mengatakan karya Dirjen Kebudayaan Kemendikbud ini sebagai bukti kelalaian terhadap seorang tokoh nasional di Indonesia.

“Sangat tidak masuk akal, seorang tokoh nasional tidak termaktub dalam buku kamus sejarah karya salah satu kementrian. Apa motif dan tujuan dibalik semua ini?,”kata Gus Syaifuddin, Selasa (20/4).

Gus Syaifuddin menjelaskan hal ini sangat mencederai warga NU dan warga muslim secara umun di Indonesia. Terlebih hari senin (19/4) kemarin, bertepatan juga dengan peringatan haul/hari wafatnya KH. Hasyim Asy’ari ke 76 tahun lalu menurut kalender Hijriah.

“Walau Direktur Jendral (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid sudah mengakui kesalahannya, mewakili warga NU saya berharap hal ini tidak boleh terulang kembali, karena prilaku ini tak akan terlupakan dibenak warga NU,” ujar Gus Syaifuddin.

Gus Syaifuddin mengatakan jasa KH. Hasyim Asy’ari untuk bangsa ini begitu besar. sejarah mencatat, bagaimana resolusi jihad lahir di Surabaya yang dipimpin oleh Hadrotussyaikh dalam rapat besar PBNU dan menetapkan satu keputusan yaitu “Resolusi Jihad Fii Sabilillah”, yang isinya membakar semangat seluruh lapisan rakyat.

“Isi Resolusi Jihad tersebut ialah berperang menolak dan melawan penjajah itu fardhu ‘ain. Bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh. Bagi orang-orang yang berada di luar jarak lingkaran tadi, kewajiban itu jadi fardhu kifayah,” ujar Gus Syaifuddin.

Gus Syaifuddin menambahkan di NU sudah ada 6 ulama yang menyandang sebagai tokoh nasional, dan baru beberapa yang tertulis dalam kamus ini.

Baca Juga:  Pesantren, NU, dan Islam Nusantara (1)

“Saya berharap Kemendikbud memasukkan juga semua tokoh nasional itu, sebagai bukti menghargai jasa para pahlawan nasional. Jika hal ini tidak dimulai dari sekarang bisa jadi ada tokoh-tokoh nasional lainnya yang terlewatkan untuk dicantumkan dalam buku kamus sejarah ini,” ujar Gus Syaifuddin. []

Pewarta: Farhan Maksudi

Redaksi
Redaksi PesantrenID

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Berita