Muharram, Ladang Ganjaran Setelah Ramadan

Jika hidup ini ibarat niaga, maka tolak ukurnya adalah untung dan rugi. Hidup akan dikatakan untung apabila apabila terdapat ‘kebaikan’ yang dinamis. Akan tetapi hidup ini hanya merugi saat kita terjebak dalam rutinitas keseharian yang stagnan.

Bulan Muharram atau dalam bahasa Jawa dinamakan wulan suro, termasuk ke dalam ayhurul hurum. Muharram dikatakan bulan mulia karena didalamnya terdapat banyak peluang pahala yang bisa kita dapatkan melalui ibadah-ibadah sunnah di bulan ini.

Bulan Muharram merupakan bulan penanda dinamisasi waktu. Pergantian tahun Hijriyah ini adalah momentum untuk kita menghitung apakah posisi kita ‘untung’, ‘rugi’ ataukah malah ‘celaka’?

Aktualisasi Muharram sebagai momentum yang sangat besar bagi umat Islam diharapkan dapat mengembalikan kejayaan umat Muhammad SAW ini dan dapat membangkitkan kembali dari keterbelakangan.

Terdapat sebuah hadits mengenai keutamaan bulan Muharram dari Abu Hurairah yang termuat dalam kitab Musnad Ahmad juz 14 hal. 215 Maktabah Syamilah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” ‌أَفْضَلُ ‌الصِّيَامِ ‌بَعْدَ ‌رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ – أَوِ الْفَرْضِ – صَلَاةُ اللَّيْل “

Artinya, “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Puasa paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Allah, bulan Muharram,”

Hadits ini telah dinukil oleh banyak ulama ahli hadits, diantaranya adalah Imam Muslim, Imam Darimi, Imam Abu Daud, Imam Al-Tirmidzi, Imam Al-Nasa’i, dan masih banyak lainnya. Hal tersebut bisa tendensi bahwasannya memang hadits mengenai kemuliaan bulan Muharram adalah shahih.

Hadits diatas menunjukkan adanya keutamaan khusus yang dimiliki oleh bulan Muharram, sebab disandarkan pada lafadz ‘Allah’. Sebagian ulama menerangkan bahwa ketika suatu makhluk disandarkan pada lafadz ‘Allah’ maka itu menunjukkan pemuliaan terhadap makhluk tersebut. Sebagaimana istilah baitullah (rumah Allah) bagi ka’bah.

Baca Juga:  Ramadan dan Idulfitri yang Unik

Beribadah di bulan Muharram pahalanya dilipatgandakan dan bermaksiat di bulan ini dosa akan dilipatgandakan pula. Diantara ibadah-ibadah yang dianjurkan dalam bulan Muharram ini adalah puasa, dzikir, bersedekah, serta tidak melakukan maksiat barang sedikitpun.

Terdapat sebuah hadits yang termuat dalam kitab Shahih Bukhari juz 2 hal. 705 Maktabah Syamilah mengenai puasa di bulan Muharram, yang berbunyi

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى، عَنِ ابْنِ عُيَيْنَةَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي يَزِيدَ، عَنْ ابن عباس رضي الله عنهما قال: ‌مَا ‌رَأَيْتُ ‌النَّبِيَّ ‌صَلَّى ‌اللَّهُ ‌عَلَيْهِ ‌وَسَلَّمَ ‌يَتَحَرَّى ‌صِيَامَ ‌يَوْمٍ ‌فَضَّلَهُ ‌عَلَى ‌غَيْرِهِ ‌إِلَّا ‌هَذَا ‌الْيَوْمَ، ‌يَوْمَ ‌عَاشُورَاءَ، وَهَذَا الشَّهْرَ، يَعْنِي شهر رمضان

Artrinya: Saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih satu hari untuk puasa yang lebih beliau unggulkan dari pada yang lainnya kecuali puasa hari Asyura’, dan puasa bulan Ramadan.” (HR. Al Bukhari)

Keutamaan berpuasa di bulan Muharram, menurut Muhammad Hamid dalam bukunya berjudul puasa sunnah dan hikmahnya, puasa di bulan Muharram ada tiga tingkat: pertama, berpuasa selama tiga hari yaitu pada hari ke-9, ke-10, dan ke-11. Kedua, berpuasa pada hari ke-9 dan ke-10. Ketiga, berpuasa pada hari ke-19 saja atau biasa disebut dengan hari ‘asyura.

Syekh Jalaluddin As-Suyuthi juga mengutip pendapat Imam Al-Qurthubi yang menjelaskan, kelebihan puasa bulan Muharram dibandingkan puasa pada bulan Hijriah lainnya terletak pada posisi Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriah.

Dengan demikian, bulan ini merupakan momentum yang sangat penting bagi umat islam untuk mengawali tahun baru pada bulan pertama Hijriah dengan melakukan ibadah-ibadah yang telah dianjurkan seperti halnya puasa.

Selain merupakan awal bulan di tahun Hijriyah, bulan Muharram merupakan bulan untuk kita muhasabah, menuju perbaikan diri setelah penempaan pada bulan Ramadan. Disini efektivitas ‘tindak-tanduk’ kita selama satu tahun kebelakang, apakah semakin baik dari bulan-bulan sebelum Ramadan atau malah sebaliknya. []

Baca Juga:  Sambut Ramadan, IPNU-IPPNU Cianjur Gelar Makesta

Wallahu a’lam bisshowab.

Athi’ ’Arofatul Faricha
Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah