“Tua itu pasti, tapi Dewasa adalah pilihan”. Semua manusia pasti bertambah usia. Namun belum tentu semuanya tumbuh dewasa. Karena usia memang bukan menjadi jaminan kedewasaan seseorang. Menjadi dewasa memang tak mudah, karena semua membutuhkan proses panjang dan beberapa tahapan.
Kedewasaan bukan berarti keegoisan diri dimana malah memaksa orang lain agar mengikuti keinginan dan pola pikir kita. Kedewasaan itu muncul dari sikap arif dan bijaksana. Menghadapi masalah apapun dengan siapa pun. Jika ada yang mengatakan kedewasaaan ya jelas berani mencuri, ini contoh anggapan yang salah kaprah. Karena internalisasi kedewasaan bukanlah tindakan negatif, melainkan sebuah kebijaksanaan yang dapat diraih dengan ilmu dan amal.
“Pencapaian ilmu bukanlah kepandaian, melainkan kebijaksanaan”. Ilmu merupakan sesuatu yang mulia, dapat memberantas kebodohan, memberikan kualitas untuk bekal dalam berperan sebagai khalifah di bumi.
Dalam kitab Ihya’ ‘Ulum al-Din karya Imam Al-Ghazali dijelaskan “Tuntutlah ilmu, karena sesungguhnya, menuntut ilmu karena Allah SWT merupakan Khasyyah, mencarinya merupakan ibadah, mempelajarinya merupakan tasbih, menelitinya merupakan jihad, mengajarkannya merupakan sedekah.
Tidak hanya sekedar berilmu seseorang juga dituntut untuk mempraktekkan ilmu tegese ngamalke ilmu. Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikutnya. Karena amal yang dilandasi ilmu akan mempunyai nilai, begitu juga ilmu akan memiliki nilai jika diamalkan. Ilmu dan amal memiliki kaitan yang erat yang tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Karena keduanya bagai dua keping mata uang, yang saling memberi makna.
Bisa kita tarik kembali teori filsafat ilmu yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), salah atau benar (right and wrong). Teori tentang aksiologi yang mengacu pada etika dan estetika. Karena buah dari ilmu adalah etika atau moral. Bukanya semakin tinggi ilmu seseorang semakin menjadi-jadi perilakunya.
Seperti yang kita lihat ribuan orang menuntut ilmu baik itu menimba ilmu di bangku sekolah formal, kuliah di perguruan tinggi, menimba ilmu di pondok pesantren dan masih banyak lagi. Betapa banyak ilmu yang mereka pelajari ilmu agama, ilmu umum dan sosial.
Namun dalam prakteknya, tak jarang kita lihat dalam situs situs online atau fakta disekitar kita. Berita Dosen melecehkan mahasiswi, Anak membunuh ibu gegara warisan, Oknum guru yaitu Herry Wiryawan yang memperkosa santri hingga hamil, Juliari Batubara menteri sosial yang terjerat kasus korupsi ditengah Pandemi. Sungguh mengenaskan sekali. Kesenjangan antara ilmu dan amal terlihat jelas dan nyata.
Selain itu, dapat kita lihat dalam tingkah kita sehari-hari saja. Berapa persen kita menerapkan ilmu yang kita ketahui. Dalam hadits Arbain Nawawi dijelaskan tidak diperbolehkan marah marah tanpa alasan. Namun kita sering marah karena pikiran kita sendiri dan meluapkan kekesalan dengan menyakiti hati orang lain. Itu hanya contoh sederhana. Apakah ini yang dinamakan kedewasaan?
Disinilah pentingnya mengamalkan ilmu sebagai landasan normatif dalam menuntut ilmu dan menggunakan ilmu tersebut untuk menjadi orang yang lebih dewasa, bijaksana dan berakhlakul karimah.
Dengan ilmu yang benar dan amal maka seseorang akan lebih dewasa dalam berfikir, bertindak dari kebodohan menuju kepintaran, dari ketertinggalan menuju kemajuan dan dari kehancuran menuju kebangkitan. Pada akhirnya akan menuju kedewasaan dan kebijaksanaan. []