Menggelorakan Dakwah di Era Digital

Perkembangan dunia digital, terutama dalam hal internet, membawa pengaruh baru bagi manusia. Informasi seakan bejalan sangat cepat, berkelanjutan, dan serentak. Ditambah internet yang biasa digunakan sekarang dipermudah aksesnya, sehingga hal tersebut tidak lagi bisa dielakan. Karena sifatnya yang cepat, terkadang konten di internet tidak begitu mendalam. Aktualitas menjadi landasan utamanya, artinya apa yang menjadi trending topic di media sosial, akan cepat berkembang menjadi isu masyarakat, bahkan isu nasional.

Hal ini lah yang dapat di manfaatkan sebagai ladang dakwah santri. Dengan kemudahan akses yang setiap orang pun mampu berargumen didalamnya. Tak dapat dipungkiri, santri sendiri pun mampu menjadi bagian dari petani untuk menanam ilmu-ilmu atau menebarkan dakwah tersebut. Peran santri pada masa ini cukup dibutuhkan, apalagi ditengah konten kajian keislaman utamanya yang sudah terpublikasi di internet, cenderung di dominasi oleh kelompok Islam radikal yang bercorak ekstrem dan fundamentalis.

Selanjutnya, berbagai ormas Islam pun juga mulai marak memanfaatkan media online, seperti website, blog, lalu media sosial lainnya facebook, twitter, instragram dan media lainnya untuk menyebarkan informasi dan ladang dakwah mereka. Isu-isu yang diangkat pun tak jauh dari persoalan ideologi mereka misalnya kembali ke al quran dan sunnah, bid’ah, keharaman nasionalisme, wajib dalam berkhilafah, hingga penetapan syari’at Islam.

Dalam era digital seperti sekarang ini, keberadaan informasi pun tak terbatas oleh ruang dan waktu. Hal ini menjadikan siapa saja termasuk santri untuk menciptakan suatau susana yang baru. Namun, disisi lain bisa juga menjadikan santri terbawa dan terpengaruhi oleh informasi yang belum tentu keberadaannya dan kebenarannya. Bahkan parahnya, terkadang sebuah informasi tersebut diolah sedemikian rupa untuk menguntungkan kelompok – kelompok tertentu. Fenomena seperti ini, perlu disikapi dengan cara santri ikut menyebarkan berdakwah dengan konten – konten yang positif. Akan tetapi, semua itu juga dibutuhkan santri dalam segi berfikir yan kreatif dan kritis.

Baca Juga:  Metode Dakwah Santun ala Umar Bin Abdul Aziz

Berfikir kreatif dirtikan sebagai penerapan daya imaginasi untuk memunculkan sebuah solusi terhadap tugas atau pemasalahan yang ada. Sedangkan maksud dari berfikir kritis, disini dimaksud sabagai penilaian terhadap apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dipercaya dengan cara yang reflektif terhadap situasi yang terjadi. Sehingga jika kedua definisi tersebut dikaitkan dalam membentuk konten-konten dakwah santri, santri perlu kreatif dalam memilih gagasan sesuai permasalahan yang sedang terjadi, kemudian kritis terhadap menyikapi suatu yang baru terjadi di masyarakat saat ini.

Dengan demikian sikap kreatif dan kritis menjadi sangat penting diterapkan dalam proses mencari konten dakwah santri, baik dalam mencari teks – teks materi maupun dalam mengaitkan teks dengan konteks. Sehingga nantinya dalam perjalanan dakwah santri mampu memunculkan pemahaman yang komprehensif, tidak kaku, dan tidak normatif. Selain itu, dalam menerima informasi santri langsung sigap dalam memilah dan memilihnya, apakah cocok atau tidak jika disampaikan ke khalayak umum. Proses semua itu tidak lain hanya untuk memberikan informasi atau kajian yang valid, dan dapat diterima di masyarakat, terlebih dapat diyakini kebenarannya dan bisa dipertanguggungjawabkan.

Kesempatan ini yang bisa dilakukan oleh santri untuk memperdalam digitalisasi literatur santri sebagai penambah konten berdakwah. Semua itu dapat dilakukan dengan cara menggalakakan pendalam materi dan mengangkat kajian-kajian kitab kuning. Digitalisasi masif kitab-kitab kuning tentu adalah kerja yang luar biasa beratnya. Akan tetapi, jika itu dapat dilakukan secara terstruktur dan didukung oleh semua lini pesantren, digitalisasi akan terkesan mudah dan istikamah.

Digitalisasi teks-teks pesantren, kalau didokumentasi dengan baik, akan berdampak positif yaitu memudahkan masyarakat dalam mencari rujukan atau dalil saat mendapati sesuatu permasalahan yang baru. Masyarakat kita hari ini membutuhkan informasi yang cepat. Dalam hal ini, konten dakwah santri bisa digalakan sebagai rujukan masyarakat. Misalnya hasil-hasil bahtsul masil NU yang notabenya juga sebgai rujukan santri, harus selalu sigap dan tanggap ketika mendapati fenomena baru di masyarakat. Tentunya, dengan tingkat keterbacaan yang tinggi, website atau blog santri atau juga bisa dengan media sosial pesantren yang akan menduduki ranking pertama di mesin pencarian karena dicari oleh banyak orang.

Baca Juga:  Sanlat Ramadhan Fatayat NU Kemayoran, Kenalkan Dakwah Islam Moderat

Salah satu bukti nyata dari peranan dakwah santri di dunia digital adalah munculnya gerakan ayo mondok. Gerakan ayo mondok ini sempat menjadi international trending topic di twitterland. Munculnya gerakan ini sbagai realisasi dari visi misi Ketua Umum Tanfidziyah PBNU KH. Said Aqi Siradj tentang kembali ke pesantren pada Muktamar NU pada 2010 di Makasar. Menurutnya, ruh dan tulang punggung Nahdlatul Ulama (NU) ada pada pesantren. Dari situlah diterjemahkan melalui aksi nyata gerakan nasional ayo mondok oleh Pimpinan Wilayah Rabithah Ma’had Islamiyah Nahdlatul Ulama (PW RMI NU) Jawa Timur. Kemudian juga muncul dukungan dari PW RMI NU Jateng denga membuat logo gerakan nasional ayo mondok pesantrenku keren.

Kemudian berlandaskan apa yang telah digelorakan oleh gerakan ayo mondok, menunjukkan bahwa berdakwah melalui dunia maya dan sosial media menjadi salah satu alternatif yang tak bisa diabaikan. Berawal dari gerakan ayo mondok, kemudian muncul beberapa akun-akun yang menggunakan bahasa khas pondok, santri, dan pesantren, seperti @alasantri, @santrimenara, @santriperumahan @santriIndonesia @galerisantri dan masih banyak lagi yang dapat kita temukan di pencarian media sosial.

Saatnya mulai sekarang, para santri berfikir kreatif dan kritis di dalam media, mulai merencanakan, mengolah bahan dan menyajikan dengan sajian yang menarik. Sehingga santri di era digital bukan hanya dituntut sebagai santri yang alim dalam agama saja tetapi juga melek teknologi dan mampu menyesuaikan perkembangan zaman. Menancapkan niat untuk semnagat mengegelorakan dakwah khas kepesantrenan dan ikut mewarnai dunia maya dengan konten – konten positif dan berbobot.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini