Mbah Nyai Dlomroh Lirboyo

Saya mendapatkan flayer ini pertama kali dari story di IG bude nyai nurhayah anwar. Mungkin flayer ini dibuat pertama kali oleh akun santrimengaji. Karenanya, saya meminta izin untuk me-repost gambar ini, sebagai penguat bagi kerinduan hati pada piyantun-piyantun mulia yang telah mendahului menghadap-NYA.

Sejak awal melihat postingan ini, cukup lama saya memandangi foto Mbah nyai Dlomroh, piyantun mulia yang tertera dalam flayer ini. Tak banyak tulisan tentang beliau. Bahkan saat mencoba googling nama beliau. Misalnya dengan keyword “nyai dlomroh lirboyo” atau keyword semacamnya, maka masih sulit menemukan tulisan tentang beliau. Begitu juga saat suatu kali saya mencoba untuk googling dengan kata kunci nama putri-putri beliau.

Mbah nyai Dlomroh binti Kiai Sholeh merupakan istri KH. Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo. Mbah nyai Dlomroh adalah putri asli kediri. Kiai Sholeh, abah dari nyai Dlomroh tinggal di Banjar Mlati, sekitar 4 km dari desa Lirboyo. Cikal bakal Pondok Lirboyo sendiri, adalah buah perjuangan pendirinya, yakni KH. Abdul Karim dan Mbah Nyai Dlomroh. Yakni putri dan menantu Kiai Sholeh Banjar Mlati.

Jarak usia Nyai Dlomroh dan Kiai Abdul Karim cukup banyak, namun meski demikian, Nyai Dlomroh dapat mendampingi perjuangan sang suami dengan luar biasa. Dalam cerita cerita singkat yang saya dengar dari mbah putri saya dulu, beliau sering menggambarkan mbah nyai Dlomroh sebagai sosok yang dalam istilah kekinian disebut multitalenta. Di satu sisi beliau cekatan dalam mencari ma’isyah. Dan di sisi lain beliau kuat dalam tirakat.

Saya lahir ketika mbah nyai Dlomroh telah wafat. Tapi dari melihat secara lebih dekat bagaimana sikap hidup sederhana, sekaligus karakter kuat yang ditunjukkan oleh putri-putri mbah nyai Dlomroh yang pernah saya temui, saya sungguh meyakini, bahwa semua itu tak terlepas dari bagaimana cara mbah nyai Dlomroh mendidik putra putrinya.

Baca Juga:  Diplomasi Santri ke Haramain

Mbah nyai Dlomroh dan KH. Abdul Karim sendiri sebenarnya memiliki seorang putra dan beberapa orang putri. Namun putra satu satunya yang beliau miliki wafat sebelum berkeluarga. Dan hanya putri-putri beliau yang akhirnya melahirkan generasi-generasi penerus perjuangan beliau hingga saat ini.

Saya sebenarnya sering merasa malu menuliskan tentang piyantun-piyantun saleh/salihah yang masih memiliki hubungan kekerabatan secara langsung dengan diri saya. Karena bagaimanapun, saya merasa tak layak untuk sekedar menjadi bayang-bayang kemuliaan beliau beliau. Tapi di sisi lain, ada perasaan dalam diri saya, sehingga merasa terpanggil untuk menuliskan kesaksian tentang kemuliaan para pinyantun mulia itu. Walau hanya dalam bentuk tulisan tulisan pendek.

Tentu, catatan pendek tersebut saya tuliskan dengan sepenuh hati. Sembari berharap, semoga catatan yang tak seberapa itu bisa menjadi wasilah diri saya untuk mendapatkan pertolongan Allah. Sehingga didekatkan dengan sifat mulia dan semangat perjuangan beliau.

Kagem mbah nyai Dlomroh dan orang orang kesayangan yang telah mendahului kita, al-Fatihah. [HW]

Tutik Nurul Janah
Wakil Pengasuh PP Albadiiyah Kajen, Dosen IPMAFA Pati

Rekomendasi

1 Comment

  1. […] Kegigihan Nyai Hj. Dlomroh untuk mengembangkan pondok pesantren Lirboyo Kediri, salah satunya terekam dalam buku “Pesantren Lirboyo, Sejarah, Peristiwa, Fenomena dan Legenda”. Di dalamnya tercantum juga kesaksian-kesaksian dari beberapa tokoh agama yang menyebutkan bagaimana kehebatan Nyai. Hj. Dlomroh. […]

Tinggalkan Komentar

More in Kisah