Kisah yang tak pernah menjenuhkan meski dibaca berulang kali dan tak menggetirkan meski didengar beribu kali. Baik, saya akan tuliskan apa yang pernah saya baca serta pernah saya dengar. Tentang seorang motivator, yang sedang mengisi sebuah training motivasi pada salah satu SMA di Bogor.

Cerita ini terjadi pada tahun 1998,  dimana para siwa SMA yang hadir adalah siswa kelas 1 dan 2 saja. Yang berawal dari dia sang motivator memberikan sebuah kertas putih kepada setiap murid yang hadir saat itu. Dimana para siswa diminta untuk menggambarkan sesuatu diatas kertas putih itu tanpa terikat dengan tema tertentu. Bebas mereka bisa menggambarkan tentang kehidupan mereka, cita-cita, keluarga, ataupun lain sebagainya.

Disana para siswa yang hadir banyak yang bersenda gurau dengan sesama dan hal itu sangat dimaklumi dilihat dari usia mereka, namun dari sekian banyak siswa tersebut ada seorang siswi yang menarik perhatian pemotivatior. Seorang siswi tersebut menggambar dengan sangat serius dan tak menghiraukan teman-temannya, lalu pemotivator menghampirinya dan melihat gambaran hasil karyanya. Sangat mencengangkan, bukan karena keindahan namun lebih kemisteriusan yang dihadirkan dalam gambaran hasil karya siswi tersebut.

“Mengapa kamu menggambar sebuah mawar yang banyak durinya nak?” , tanya sang motivator terhadap siswi yang ternyata masih duduk di kelas 1 SMA tersebut. Tanpa ragu siswi tersebut menjawab “ Mawar, mawar sempurna karena durinya. Mawar itu sempurna karena duri yang ada padanya. Meskipun, banyak orang yang tidak suka dan mengatakan bahwa duri pada mawar mengurangi keelokannya juga sangat mengganggu. Padahal justru adanya duri itulah yang bisa membuat mawar dikatakan sempurna”.

Lalu pemotivator berlanjut dengan pertanyaan berikutnya “Lalu, apa tujuanmu menggambar mawar ini? Apakah ada hubungannya denganmu?”, lalu siswi itu pun menjawab “ Tentu gambar mawar ini sangat berhubungan dengan saya, saya sebagai seorang wanita. Dan duri pada mawar itu adalah aturan tuhan bagi setiap wanita”.  Dan siswi itu lanjut menjelaskan “ Seperti halnya duri pada mawar, banyak orang bilang bahwa aturan tuhan terhadap wanita mengurangi keindahan wanita, menutup semua aurat yang indah, menjadikannya susah bergaul, susah mendapat jodoh, susah mendapat pekerjaan, dan lain sebagainya. Padahal seperti mawar, aturan-aturan itulah yang membuat wanita dikatakan sebagai wanita. Aku adalah mawar berduri. Aku adalah wanita dengan apa yang Tuhan mau untuk kulakukan, akan aku lakukan, dengan apa yang Tuhan mau kukenakan, akan aku kenakan, apa yang Tuhan mau untuk kurasakan, akan aku rasakan, apa yang Tuhan mau untuk aku katakan akan aku katakan. Maka saya mawar berduri. Saya wanita dengan apa yang Tuhan mau, Tuhan mau ada pada diri saya”.

Baca Juga:  Pamer Mobil Baru, Tak Lancar Nyetir Sebuah Kisah Persahabatan

Lalu satu pertanyaan lagi terlontar dari pemotivator “ Kemudian, mengapa latar belakang dari mawar berduri ini hitam pekat? Apa karena kamu tak tertarik dengan warna lainnya atau memang ada maksud tertentu?”. Pada saat itu, siswi tersebut adalah seseorang yang memiliki pemikiran luar biasa untuk seumurannya, lalu ia menjawab “Benar saya adalah mawar berduri namun saya tak mau menjadi mawar ditengah taman yang mana banyak orang bisa memetik dan mendapatkannya dengan mudah. Meskipun ada larangan atau denda itu tak akan membuat saya lebih berharga. Disini saya ingin menjadi mawar berduri ditepi jurang, warna hitam yang ada pada latar belakang gambar ini menggambarkan tepi jurang. Karena suatu saat saya yakin bahwa akan ada seorang pria berani yang mampu dan mau memetik mawar berduri itu meskipun harus berhadapan dengan maut, bukan sembarang laki-laki. Dan laki-laki itu tak akan mudah melepas saya karena tak mudah untuk mendapatkan saya.”

Sangat menakjubkan, seketika ruangan menjadi ramai dengan tepuk tangan para siswa yang ada karena kagum dengan apa yang siswi itu sampaikan. MasyaAllah, memang benar bahwa “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah“. (HR.Muslim). [HW]

Milda Novita Vianti
Mahasiswi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

    Rekomendasi

    Kurma
    Opini

    Kurma

    Kelepon sudah berlalu, saya senang dengan tulisan sebelumnya, dilihat dari beberapa komentar, pembaca ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Perempuan