Pendidikan anak adalah hal yang sangat penting, dalam fasenya pendidikan dari orang tualah yang harus diaksentuasikan. Semua anak memiliki bakat yang tersimpan didalam dirinya masing-masing, dan tugas orang tua adalah membantunya membuka bakat itu sehingga  menjadikannya selalu percaya diri untuk maju berprestasi.

Kesalahan besar orang tua dalam mendidik anaknya adalah ketika ia telah salah dalam cara mendidik, memaksa anak sesuai dengan keinginannya tanpa pernah menggubris persoalan yang dimiliki sang anak, memaksanya untuk pintar tetapi tidak pernah menghargai prestasinya, memaksanya untuk baik tetapi selalu menghukumnya dengan kekerasan apabila salah. Ini merupakan hal kecil, namun apabila terjadi secara kontinu maka akan menimbulkan dampak yang besar bagi mental sang anak. Maka dari itu kita harus mengubah persepsi kita bahwa mendidik anak tidaklah harus selalu dengan cara yang formal, akan tetapi lebih baik jika menggunakan cara yang asyik, sehingga sang anak memiliki potensi kognitif  yang baik dalam mengembangkan bakatnya.

Setidaknya ada beberapa acuan dalam pendidikan anak yang telah dituliskan oleh ulama kita, namun sebelum menuju ke hal itu, alangkah baiknya terlebih dahulu kita mengetahui pentingnya peran orang tua dalam mendidik anaknya, juga pentingnya anak dalam mendapatkan pendidikan orang tua.

Al Imam al Ghazali merupakan salah satu ulama yang amat sangat peduli akan hal ini, kita bisa menemukan dari berbagi sumber yang menunjukkan pandangannya akan urgensi pendidikan anak di usia dini. Dalam Ihya’-nya beliau berkata :

كل مولود يولد معتدلا صحيح الفطرة، إنما أبواه يهوّدانه أو ينصرانه أو يمجسانه، أي : بالاعتياد والتعليم تكتسب الرذائل، وكما أن البدن في الابتداء لا يخلق كاملا، وإنما يكمل ويقوى بالنشوء والتربية والغذاء، فكذلك النفس تخلق ناقصة، قابلة للكمال، وإنما تكمل بالتربية، وتهذيب الأخلاق، والتغذية بالعلم

Setiap anak dilahirkan dengan keadaan sama yaitu dengan fitrah yang baik, sesungguhnya kedua orangtuanya lah yang membuatnya Yahudi, Nasrani dan Majusi. Atau dengan kebiasaan mengajarinya (hal buruk) ia akan memperoleh sifat buruk, seperti halnya tubuh, dalam permulaannya ia tidak diciptakan dengan keadaan sempurna, akan tetapi tubuh akan sempurna dengan pertumbuhan, pendidikan dan juga asupan. Juga berlaku bagi jiwa, ia diciptakan dengan keadaan yang tak sempurna, akan tetapi siap untuk penyempurnaan. Dan sesungguhnya penyempurnaan jiwa akan tercapai dengan pendidikan, pembentukan karakter dan memberinya asupan pengajaran.

Baca Juga:  Pendidikan Anak dari Rumah Selama Ramadan di Belanda

Dari untaian diatas kita bisa memetik beberapa poin penting, yang harus ditunjang dalam pendidikan sang anak. Apabila telah berhasil pendidikan di masa kecilnya, maka anak akan tumbuh dengan karakter yang unggul, sopan dalam tindak tanduknya dan begitu juga apabila gagal, maka ia akan menerima kecacatan karakter hingga usia dewasa.

Semua ini merupakan ladang renovasi bagi orang tua dan sebuah rekonstruksi budi pekerti yang dewasa ini sudah semakin luntur, terbawa oleh gerusan budaya kekinian, dan menyingkirkan karakter segar dari dalam lokal.

Kita bisa memulai pendidikan anak sejak dari usia dini dari beberapa aspek, semuanya akan berhasil apabila setiap pemain mengambil perannya. Terkadang hal yang remeh menurut kita justru itu penting di mata sang anak, maka hendaknya kita juga memperhatikan semua hal kecil yang dapat membentuk karakter mulia sang anak. Diantara langkah tersebut adalah:

1. Tata krama saat makan.

Makan adalah kebutuhan primer yang dibutuhkan setiap manusia dan akan menjadi lebih primer untuk anak usia dini. Peran penting yang harus dilakukan oleh orang tua akan hal ini adalah mengajarkannya tata krama dalam melahap makanan, mulai dari berdoa, memulai dengan tangan kanan, tidak berisik ketika makan, tidak makan terlalu banyak hingga mubazir, dan banyak tata krama lainnya yang berbeda dalam setiap adat istiadat masyarakat.

2. Tata krama berpakaian.

Berpakaian adalah suatu nikmat dari Allah ta’ala yang diberikan kepada hamba-Nya, dengannya tertutup segala aurat dan kekurangan yang ada, dan ia adalah pelindung tubuh dari setiap kotoran yang datang. Disini peran orang tua sangatlah dibutuhkan bagi sang anak, mulai dari membelikannya pakaian yang layak dan sopan yang sesuai dengan adat dalam setiap tempat, membiasakannya untuk berdoa dalam mengenakan pakaian, selalu menyadarkannya bahwa ini semua adalah nikmat pemberian Allah yang mana kita harus mensyukurinya sehingga karakter anak akan terbentuk untuk tidak terbiasa menuntut keadaan apabila tidak ada dan akan selalu menerima apa adanya.

Baca Juga:  Urgensi Mengajarkan Ilmu Tauhid Sejak Usia Dini

3. Tata krama duduk.

Selanjutnya adalah tata krama duduk, ia mengambil peran penting dalam tampilan sang anak. Dengan selalu membiasakanya duduk sopan, tidak mengangkat kaki diatas meja dan kursi, tidak duduk lebih atas dari orang yang lebih tua darinya dan banyak adab duduk lainnya yang harus selalu diperhatikan.

4. Tata krama berbicara.

Tata krama berbicara merupakan komponen yang urgen dalam pembentukan akhlak sang anak, semua itu dengan membiasakannya bertutur sopan, tidak mengangkat suara ketika berbicara dan berbicara sesuai kebutuhan dan keadaan. Serta banyak lagi sopan santun yang lainnya dalam berbicara yang harus diajarkan.

5. Permainan anak

Usia dini anak adalah fase mereka untuk bermain, dengan permainan yang baik akan melahirkan ketentraman dalam jiwa anak juga kecerdasannya dalam berfikir dan kemuliaannya dalam bersikap. Semua tergantung bagaimana permainan itu.

6. Menjaga pergaulan anak.

Pergaulan anak akan membentuk kepribadiannya kelak, apabila lingkungan baik maka juga akan terbentuk kepribadian yang baik juga. Peran penting bagi orang tua adalah selalu mengarahkan sang anak dalam lingkungan yang baik.

7. Pujian dan sanksi kepada anak.

Pujian dan sanksi merupakan afirmasi yang harus diperhatikan dalam pendidikan anak. Anak selalu meniru apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang tuanya, baik itu benar maupun salah. Memuji anak dan memberinya hadiah ketika dia sukses saat menyelesaikan sesuatu merupakan asupan mental baginya untuk selalu lebih maju berprestasi, dan apabila sang anak bersalah maka yang harus diterapkan adalah rasa legowo dalam hati orang tua, sesekali memperingatinya tanpa harus menghina dan memberikannya didikan kekerasan fisik, akan tetapi harus telaten mendidik dan mengajarkannya kebaikan, seperti yang diajarkan oleh pepatah jawa dalam mendidik : “Ping Sewu” ini adalah kuantitas pleonastis yang mengintisarikan harus bersungguh sungguh, sabar dan telaten dalam mendidik sang buah hati.

Baca Juga:  Mendidik Anak untuk Hidup Sederhana dengan 4B

Sebenarnya masih banyak lagi titik fokus pendidikan dari orang tua bagi buah hatinya, semua yang membuatnya baik bermula dari hal kecil yang baik, ibu adalah sekolah utama bagi anak anaknya dan ayah adalah kepala sekolahnya. Dan yang paling penting dalam mendidik adalah memberikan tauladan bagi sang buah hati dan itu akan lebih cepat sampai ke lubuk hati dan kekal di dalamnya.

Semua anak mempunyai bakat yang terpendam dalam diri mereka, semuanya berhak untuk meningkatkan kelebihan itu sehingga menjadikannya master dalam bidangnya. Dan apabila sang anak bersalah maka titik fokus yang tertuju bukan pada kesalahan yang dilakukan, akan tetapi kepada perbaikan setelahnya dan semua kelebihannya. Ada pepatah cina yang terkenal berbunyi : “Barang berguna apabila dipakai dengan cara yang salah maka akan menjadi tidak berguna, dan barang tidak berguna apabila dipakai dengan cara yang benar maka akan menjadi berguna“. Semua  anak berhak bermimpi untuk lebih baik dari orang tuanya dan tugas orang tua adalah membantunya mewujudkan semua cita cita mulianya. [HW]

Ade Rizal
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin al Azhar Kairo Mesir, Pondok Modern Gontor, Tabarukan di Lirboyo,Pondok Kwagean Kediri, Pondok Hamalatul Qur'an Jombang

    Rekomendasi

    1 Comment

    1. […] Anak Berbakat (AB) sejak kelahirannya tidak bisa dibiarkan. AB harus mendapat perhatian yang memadai, minimal […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini