Tidak ada manusia yang tidak butuh kepada Allah, semuanya lemah dan fakir tanpa diiringi pertolongan dari Allah. Sebab sejatinya bimbingan syariatlah yang membuat manusia kuat menjalani segala yang ditakdirkan dalam setiap aspek kehidupannya. Kekuatan sejati manusia akan didapatkan ketika menjadikan Allah sebagai pusat tujuan hidup. Salah satu mendekatkan diri kepada Allah adalah melalui dzikir secara istiqomah yang biasa disebut dengan wirid.
Sebagai manusia tidak terlepas dari persoalan dan permasalahan yang tak jarang membuat hati tidak tenang bahkan berputus asa. Janji Allah banyak dalam Al-quran yang berisi perintah untuk berdzikir sebagai sarana obat penyakit hati. Jangan sampai kalam Allah yang pasti akan terjadi dikalahkan oleh satu kali bisikan setan yang mengajak untuk mengingkari keyakinan kita kepada Allah. Allah Swt berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. QS:Ar-Ra’d | Ayat: 28
Kata Warid dalam beberapa referensi keagamaan diartikan sebagai pemberian Allah kepada kita, sedangkan wirid adalah pemberian kita kepada Allah. Sebagian besar dari kita banyak yang mempertanyakan kaitan dzikir dengan wirid. Dzikir adalah lafadz-lafadz untuk mengingat Allah yang bersifat lebih umum serta tidak terikat dengan waktu, tempat atau cara-cara tertentu. Sedangkan wirid adalah bagian dari dzikir (mengingat Allah) yang dibaca pada waktu, bilangan dan cara tertentu. Bahkan terkadang membutuhkan ijazah dari guru atau ahli dzikir. Seperti contoh saat mengamalkan hizib-hizib, wirdhul lathif, wirdus sakran dan lain sebagainya.
Ibnu Athaillah As-Sakandari dalam Kitab Al-Hikam menjelaskan tentang keutamaan wirid:
Tidak meremehkan wirid kecuali orang yang bodoh (sangat tolol). Karunia Allah (warid) terdapat di akherat, tetapi wirid akan habis dengan habisnya dunia. Dan sesuatu yang utama untuk diperhatikan oleh seseorang yaitu yang tidak kunjung habis. Wirid itu sebagai perintah Allah kepadamu, sedang warid itulah hajat kebutuhanmu dari Allah. Maka dimanakah letak bandingan antara perintah Allah kepadamu dengan pengharapanmu dari Tuhan
Dari dawuh Ibnu Athaillah tersebut, pembalasan warid (karunia Allah) itu sejatinya ada di akhirat. Maka hendaklah orang yang mengamalkan wiridnya menghadirkan hatinya untuk merindukan nasib ketika di akhirat. Salah satu pesan dari Buya Yahya adalah jangan sampai ketika mengamalkan bacaan dzikir apapun atau berdoa dengan berbagai hajat ingin cepat dikabulkan di dunia. Sebab balasan di akhirat tidak sebanding dengan balasan di dunia.
Umur di dunia ini sangatlah sedikit dibandingkan di akhirat. Sebagaimana dalam hadist dikatakan bahwa “Dunia adalah tempat bercocok tanam”. Hal ini menggambarkan kepada kita bahwa apa yang ditanam di dunia adalah yang menjadi buah yang akan kita petik di akhirat. Seorang hamba yang cerdas, visi misi hidupnya tidak lagi berporos terhadap sesuatu yang tidak dibawa mati, namun ia telah mempusatkan hatinya kepada perkara yang selalu ada dan tiada akhirnya yaitu akhirat.
Lalu bentuk dari warid itu seperti apa? Jawabannya mengutip dari penjelasan Buya Yahya bahwa diantara tanda warid dari Allah adalah karomah yang Allah berikan, kerinduan untuk dekat kepada Allah, kelembutan hati untuk selalu membantu sesama dan rindu untuk menyambung silaturahmi. Selama ini, kita selalu berpikir agar Allah dapat memenuhi kebutuhan kita, namun kita jarang berpikir bagaimana kita memenuhi permintaan Allah. Salah satunya adalah dengan berdoa.
Pada hakikatnya, doa bukanlah sarana, tetapi berniat memenuhi keinginan Allah yaitu menjadi seorang hamba yang taat kepada-Nya. Salah satu tugas hamba adalah senantiasa butuh kepada Tuhan dan istiqomah mendekat kepada-Nya dengan khusyu. Tetapkan dzikir harian, jangan hanya mengandalkan kecerdasan karena kebinasaan Iblis disebabkan salah satunya karena mengandalkan ilmu yang dimilikinya.
Pesan terakhir dari Sang Murobbi adalah jika memang benar-benar mengharapkan waridah dari Allah, maka hendaknya engkau bersungguh-sungguh menjalankan wirid untuk Allah. Waridah yang Allah berikan sebanding dengan wirid yang seorang hamba tegakkan. Adab dalam menjalankan wirid adalah semata-mata menjalankan perintah Allah yaitu berdzikir dan memenuhi tugas sebagai hamba yang taat. []
[…] oleh Allah pada ujungnya berdzikir kepada-Nya. shalat, puasa, zakat pada ujungnya adalah dzikir. Maka, jangan anggap remeh dzikir. Ringan di dunia, namun berat ditimbangan akhirat. […]