Urgensi Santri Menggenggam Dunia Literasi

Peran santri dalam masyarakat sangatlah aktif. Bahkan santri sendiri bisa dikatakan sebagai penopang bagi masyarakat maupun penggerak untuk mengajak kebaikan dengan prinsip Fastabiqul Khoirot. Kehebatan santri sudah eksis dari zaman dahulu, lihat saja ketika melawan penjajah Indonesia, santri hanya bermodal menggunakan bambu runcing yang tidak ada bandingannya dengan kekuatan bom yang begitu dahsyat. Mengutip perkataan dari KH. Agoes Ali Masyhuri Pengasuh Pondok Pesantren Sidoarjo Bumi Sholawat bahwa “Santri oleh kalah rupo kudu menang dungo, santri kalah duit tapi kudu menang wirid, santri kalah pangkat tapi kudu menang tirakat”. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa santri memiliki ciri khas kharismatik keunikan dan kehebatan tersendiri. Bahkan sampai sekarang eksistensi santri semakin meningkat pesat, di mana semua bidang pekerjaan ataupun pendidikan terdapat peran santri.

Zaman yang disebut sebagai zaman millenial ini yang notabenya era digital yang semakin maju, bahkan media sosial digunakan sebagai genggaman dan hiburan sehari-hari. Santri harus cerdas dan tangkap akan adanya berita hoax yang semakin merajalela di dunia maya. Dunia ilustri tersebut sangatlah kejam, maka dari itu peran santri dalam mengajak masyarakat bertabayyun sangatlah penting. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Q.S Al-Hujarat ayat 6 yang artinya : “ wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya (tabayyun), agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu”. Hal tersebut menjelaskan bahwa Al-Qur’an telah menjadi penunjuk ke jalan yang lurus.

Akan tetapi ironisnya sekarang adalah kurangnya minat untuk menjadi santri literasi. Akhirnya santri kurang memiliki wawasan pengetahuan luas dalam membaca dan menulis di era modern ini. jika literasi sendiri diterapkan dalam pesantren maka sangatlah ideal. Apalagi ketika santri terjun ke masyarakat dengan dibekali ilmu literasi maka santri akan menjadi penggerak yang baik bagi bangsa dan negara.

Baca Juga:  Santri, Say No To Racism!

Menulis adalah budaya ulama yang tidak dapat ditinggalkan, banyak karya tafsir maupun tulisan arab pegon yang kini dijadikan sebagai rujukan pembelajaran santri. Dengan menulis maka pengetahuan akan semakin luas, dengan menulis juga nama penulis akan semakin eksis dimana-mana. Walaupun eksistensi santri sekarang semakin meningkat, namun peduli literasi adalah sebuah cara yang harus ditempuh untuk menunjukkan jalan yang lurus dan menebar kebaikan maupun perdamaian. Kini persaingan sengit dalam dunia maya sangatlah menonjol, apalagi masalah tulisan tentang akidah yang berkaitan dengan  perbedaan aliran Islam. Maka santri yang sama sekali tidak dibekali dengan iman yang tinggi maupun pengetahuan yang luas akan terperangkap dan terjerumus ke dalam jalan sesat.

Peduli literasi merupakan ajaran ulama’ dan kyai. Dengan meneruskan estafet perjuangannya, Insya Allah eksistensi santri tidak akan punah. Literasi di dalam Al-Qur’an sendiri juga sudah diisyaratkan pada QS.Al-‘alaq ayat pertama yang berbunyi iqro’ (bacalah). Perintah Allah kepada hambanya memang tidak ada yang salah, bahkan terdapat beberapa hikmah yang luar biasa. Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca maka peran akal akan semakin aktif berfikir dan mengetahui. Dengan membaca juga, maka akan piawai dalam hal tulis menulis. Sebagai seorang santri tidak hanya mengaji, mengabdi, dan ngopi, akan tetapi harus benar-benar peduli literasi. Dengan aktif dalam literasi maka santri akan guncangkan dunia. Adapun perihal menulis sendiri tidak hanya dilakukan dalam media sosial ataupun website saja. Akan tetapi bisa membuat karya tulis yang nantinya bisa diwariskan dan dijadikan sebuah ‘ibroh untuk generasi yang akan datang. Dengan begitu, eksistensi santri akan terus dimiliki.

Adapun Hal yang paling diutamakan di era digital sekarang adalah literasi media, karena didalamnya terdapat beberapa juta pengguna yang aktif dalam mensuarakan bakatnya. Menurut UNISCO yang dikutip oleh Nasution bahwa “Media Literacy merupakan seperangkat keterampilan, sikap dan pengetahuan yang diperlukan untuk memahami dan memanfaatkan berbagai jenis media dan format di mana informasi di komunikasikan dari pengirim ke penerima, seperti gambar, suara, dan video”. Dari kutipun tersebut peran santri dalam menginformasikan sesuatu hal yang baik sangatlah penting, apalagi sebagai penangkal berita hoax yang berefek menimbulkan perpecahan umat. Semoga dengan eksistensi santri peduli literasi berdampak positif bagi agama, nusa dan bangsa. []

Miftahur Rohmah
Pondok Pesantren Darussalam Bermi, Mijen, Demak

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini