-sebuah pengantar sebelum memulai ngaji kitab qurrotul ‘uyun.
Cinta
Pernah suatu kali sehabis berbuka dengan bapak, saya menghaturkan keinginan untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri. Diizinkan oleh bapak, dan disarankan untuk menyelesaikan hafalan dulu.
Beberapa hari setelahnya, salah satu saudara mendudukkan saya, dan berpesan:”gak usah kuliah neng luar negeri, opo maneh neng timur tengah. Ngentekno biaya akeh, ko hasile yo malah ra karuan. Mending neng kene-kene ae, hasile luweh apik(gak usah kuliah ke luar negeri. Apalagi ke timur tengah. Menghabiskan biaya banyak, toh nanti hasilnya juga malah tidak jelas. Mendingan mondok dan belajar di sini-sini saja. Hasilnya jauh lebih baik)”. Sebuah pesan yang menghancurkan hati.
Keindahan mimpi belajar ke luar negeri saya hancur, dan perlahan saya simpan sendiri dalam diam.
Seminggu kemudian, setelah hataman ngaji posonan, saya putuskan untuk pergi keluar kota. Menemui seseorang yang menurut saya paling penting. Karena hanya dia, satu-satunya orang yang saya rela menghabiskan hidup bersama. Saya membagi semua hal paling pribadi dalam diri saya, hanya dengan dia. Saya ceritakan semua luka dan cerita yang kudiamkan beberapa hari belakangan. Dia mendengar, dan menanggapi secukupnya. Saya yang sudah puas bercerita, seperti mendapatkan kekuatan lagi menggapai mimpi setelah menemui dan didengarkan olehnya.
“Saya saat itu merasa, bahwa memilikinya adalah kebahagiaan terbesar hidupku. Saya rela melakukan apapun, untuk mendapatkannya menjadi pendamping hidupku”.
Setelah selesai bertemu, saya pamitan pulang, dan kemudian berziarah ke makam salah seorang wali yang termasuk dari wali songo. Disana, saya berjanji dalam hati akan melakukan ritual yang akan menjadi tirakatan atau riyadhohan demi tercapainya mimpi dan cita-cita besar saya tersebut. Yaitu dia, dan mimpi besar dalam hidup saya lainnya.
Setelah selesai berbuka puasa, saya diantar teman untuk sholat dan selanjutnya mulai bermunajat di makam wali. Saya minta ditinggal, dan dijemput bila memang sudah selesai. Saya putuskan untuk membaca sholawat nariyah sebanyak 4444 kali dalam satu dudukan.
Saya belum pernah mengamalkan amalan sebelumnya, bahkan setelahnya pun saya belum pernah mampu melakukannya lagi. Momen dimana saya mulai membaca solawat nariyah setelah solat maghrib, dan selesai pada dini hari pas waktu sahur, adalah momen yang menurut saya ajaib. Saya tidak percaya punya kekuatan sebegitu besar untuk menyelesaikannya, namun nyatanya lunas 4444 kali terbaca.
Saya mulai sadar belakangan, memang cinta mengandung potensi kekuatan yang sangat besar. Tak aneh, bila cerita romeo dan juliet, atau layla majnun bisa melegenda di seluruh dunia. Karena kisah mereka sangat relate atau berhubungan erat dengan kehidupan kita, bahwa memang cinta mengandung banyak keajaiban.
Realita
Keajaiban cinta hanya akan mendorong seseorang menuju tujuan yang diinginkan oleh pecinta. Bila kau mendorong pada kebahagiaan, maka akan banyak energi yang membantumu untuk mengusahakan sebuah kebahagiaan. Pun bila kekuatan cinta dan segala keajaibannya kau dorong menuju tuhan, maka kau akan mampu mendekat padaNya hingga titik yang mungkin belum pernah kau lampaui sebelumnya.
Namun sayangnya tak semua menggunakan energi cinta ini untuk kebaikan, banyak yang menggunakannya untuk ketidak baikan. Ada yang menggunakannya untuk memeras harta, untuk eksploitasi tubuh, bahkan untuk memperbudak. Tak semua cerita cinta membahagiakan.
Bukan cinta dan segala energi besarnya yang salah, tapi oknum pecinta yang mempergunakannya untuk kepentingan pribadi, yaitu menuruti nafsu nya.
Agama
Saat ada potensi besar yang terkandung dalam perasaan murni seorang manusia, agama hadir mencoba menata kekuatan besar tersebut. Agar menjadi energi pendorong kebahagiaan dan kebaikan bersama, dunia dan akhirat. Bukan malah menghancurkan, dan menjadi penyebab kesedihan dan kerugian.
Pernikahan sangat berkaitan erat dengan nafsu syahwat, anak keturunan penerus generasi, nafkah, dan komitmen. Semua hal yang berkait erat dengan pernikahan menurut agama ini adalah peraturan yang digariskan tuhan demi penjagaan dan keteraturan. Bila nafsu syahwat dibiarkan liar, maka akan banyak kerugian dan kehancuran yang tidak terkontrol. Pun bila nafsu yang disamarkan dan diselipkan dalam energi cinta tersebut tidak diatur dengan komitmen, maka akan banyak korban. Perasaan ataupun penelantaran jiwa.
Masih banyak hal lain yang diatur dalam kitabbun nikah yang ada dalam beberapa literatur kitab kuning. Bahkan ada banyak kitab kuning yang memang khusus menerangkan tentang nikah dan pernikahan, tentang cinta dan percintaan. Sudah selayaknya kita jadikan pengetahuan ini sebagai pemandu, sebagai penunjuk arah bagi perjalanan hidup kita.
Sekuat apapun rasa cinta yang kita pendam, sebesar apapun mimpi yang kita kejar, kita harus sadar bahwa pada kenyataannya ada yang jauh lebih besar dari hidup kita, yaitu kehidupan. Sebelum kita menabrak batasan, atau memang sudah, maka semua bukan tentang kita, dan tidak berhenti disitu saja.
Banyak orang lain, bahkan kehidupan lain yang berkait erat dengan kita dan segala akibat yang kita timbul-ledakkan. Pun masih banyak jalan lain setelah kita menabrak. Untuk memperbaiki, atau justru semakin dalam terhancurkan.
Semoga kita memahami bahwa agama tidak menghalangi keindahan cinta, tapi menjaga agar cinta tetap suci dengan segala potensi agungnya.
#salamKWAGEAN
(IZ)