berbuat-baik-itu-tidaklah-mudah

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al Anbiya: 35)

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah swt menjadi pembuka tulisan ini atas nikmat yang tak terhingga. Karena pertolongan-Nya, saya bisa menulis kembali status yang biasanya update setiap hari. Suatu kebahagian yang tak ternilai karena bisa menyapa kembali pembaca di manapun berada. Ternyata belajar berbuat baik itu tidaklah mudah, karena ujian berupa apapun tidak bisa dihindari.

Sejak tanggal 29 Juni 2020 hingga 11 Juli 2020, saya benar-benar diuji oleh Ilahi Rabbi dengan tiba-tiba tidak bisa menulis status. Tidak tahu penyebabnya, tiba-tiba facebook saya temporally locked. Mungkin ada kekeliruan mengoperasi atau penyebab lainnya. Yang jelas saya tidak bisa menulis status atau kirim gambar pun tidak bisa. Yang bisa saya lakukan hanya merubah profil dan mengirim kembali beberapa tulisan yang keluar setahun atau beberapa tahun sebelumnya di tanggal yang sama. Yang di luar dugaan, bahwa yang nge-like profil saya yang baru sebanyak 740. Suatu yang patut disyukuri, bahwa sahabat saya yang aktif berinteraksi dan memberi perhatian hingga saat ini terhadap tulisan saya sebanyak 740, bahkan di antara tulisan saya ada yang nge-like lebih dari 1300 dengan komentar sebanyak 300-an. Saya benar-benar menghargai atas perhatian dan sharing-nya.

Memang saya sempat tergoda hati saya, karena mau berbuat baik saja tidak mudah. Tidak luput dari ujian. Beberapa teman ada yang kontak dengan japri, mengapa tidak posting lagi, apa yang sakit, sakit, sibuk tunaikan tugas atau lainnya. Saya sungguh menghargai teman-teman yang memberi perhatian akan kejadian ini. Saya memang sempat dibuat hampir frustasi, karena saya kehilangan momentum yang baik untuk berbagi. Setiap hari membawa cerita dan kenangan tersendiri yang sangat baik untuk ditulis. Saya punya cukup banyak ide dan informasi, tapi apa artinya itu semua, jika tidak ditulis. Karena dengan tulisan, ide dan informasi menjadi lebih mudah bisa diakses oleh orang lain kapanpun dan di manapun. Untuk mengisi kekosongan itu dengan terpaksa saya resent tulisan sebelumnya, yang memang konteksnya berbeda, sehingga respon sahabat tidak sebaik dengan postingan yang baru. Hanya sekedar mengisi waktu. Kondisi ini memperkuat hipotesis bahwa tulisan baru itu lebih menarik dan bermakna daripada tulisan daur ulang. Walau ada juga beberapa tulisan yang tetap masih relevan.

Baca Juga:  The Power of Istighfar

Memang berbuat baik atau berbagi bisa dilakukan melalui orasi yang jika dikemas dengan baik, dengan gaya yang memukau, dapat memikat dan bermanfaat bagi banyak pendengar (mustami’ atau hadirin). Demikian juga berbuat baik atau berbagi dapat dilakukan dengan perbuatan atau tindakan. Apalagi memiliki cukup harta dan kekayaan, serta keahlian. Membantu orang lain melalui keahlian sangat diperlukan juga terutama untuk memecahkan persoalan yang terkait.

Kedepan, jika tak ada hambatan, saya ingin sekali terus belajar berbagi tulisan, walau hanya secercah ide dan info yang mudah-mudahan ada artinya bagi sahabat. Berbagi tulisan dapat dilakukan dengan gaya bahasa dan bentuk tulisan sesuai dengan setting dan konteksnya sehingga memiliki relevansi yang tinggi. Bahkan dengan tulisan, message bisa menjangkau lintas waktu dan tempat. Dengan berbagai pertimbangan, saya berkomitmen insya Allah ingin menjaga niat baik ini untuk berbagi melalui tulisan yang mudah-mudahan dengan seijin Allah swt dan doa restu sahabat semuanya terus bisa menyapa sahabat setiap waktu atau setiap hari.

Berbagi melalui tulisan tidak selalu dapat dilakukan dengan mudah. Walau sudah menguasai materi tulisan dan keterampilan menulis, karena banyak juga hambatan yang menghalanginya. Bisa sakit dan semangat atau passion menulis melemah. Bahkan yang di luar dugaan, persoalan teknis kadangkala sangat menentukan. Sebagaimana yang saya alami saat ini, menghadapi stuck, temporally locked. Persoalan teknis ternyata bisa juga menghentikan aktivitas menulis. Dengan begitu dapat dimaknai bahwa produktivitas menulis sangat dipengaruhi oleh multi faktor yang bersifat kontekstual. Penyebab utamanya bisa berbeda di antara satu individu dan lainnya. Bisa substansial, bisa bersifat teknis. Bisa bersifat internal, bisa juga bersifat eksternal.

Terlepas dari itu semuanya, bahwa komitmen dan iktikad baik untuk berbuat baik merupakan faktor yang paling penting. Karena bisa membuat bangkit dan semangat untuk terus mencari solusi untuk bisa survive dan berkembang. Kita tidak boleh overconfident dengan kebaikan yang kita dapat, karena boleh jadi kebaikan itu menjadi ujian dan tidak baik di mata Tuhan. Sebaliknya kita tidak boleh frustasi dan patah hati ketika menghadapi kegagalan atau kesulitan, karena kegagalan dan kesulitan itu menjadi ujian dan boleh jadi baik di mata Tuhan. Sebagaimana Allah swt firmankan, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al Baqarah: 216).

Baca Juga:  Pak, Mak, Jangan Marah!

Kita dalam usia berapapun, telah mengalami hidup dengan penuh suka dan duka. Kita seharusnya tidak boleh mudah terjebak oleh perjalanan hidup yang kita lalui. Kita sebaiknya selalu membersihkan hati dan meng-upgrade pikiran kita untuk terus husnudzdzon kepada Allah swt, sehingga sisa umur kita dapat diwarnai dengan amal-amal yang baik. Sebarkan kebaikan melalui ucapan, tulisan dan tindakan. Yang ujung-ujungnya berbuah manis dan bisa petik kebaikan baik di dunia maupun di akhirat. Kesulitan yang kita hadapi dalam berbuat kebaikan jangan sampai membuat kita frustasi, melainkan menjadikan lebih semangat dan optimis untuk terus berbuat kebaikan dengan mengharapkan rida Allah swt. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini