Muraja’ah adalah upaya untuk mengulang kembali atau mereview dari suatu pelajaran yang telah diajarkan. Karena muraja’ah ini yang akan dibahas merupakan bahasan di lingkup pesantren, maka disini muraja’ah dapat diartikan sebagai kegiatan dimana seorang pencari ilmu mengulang pelajaran yang telah ia terima dari seorang guru atau syeikh. Kegiatan ini sudah menjadi rutinitas bagi seorang santri di pondok pesantren. Namun, bagi kalangan pembelajar umum hal ini masih asing diterapkan. Seperti yang kita ketahui bahwasanya banyak pelajar pada zaman ini sudah melupakan kebiasan ini.
Lalu bagaimana dengan konsep العلم نور”” jika para pembelajar sendiri tidak mau mengulang apa yang telah ia pelajari.
Dikutip dari kitab الثمرة العررية
Kenapa ilmu itu bisa dikatakan cahaya?
Karena ilmu memberi pengaruh besar dalam hidup kita.
Imam Syafi’i pernah berkata :
“Ilmu itu ibarat binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.”
Maka seperti itulah selayaknya sebagai seorang pelajar atau santri jika kita malas mengasah ilmu yang kita punya, malas mencatat, malas murojaah maka tidak sedikit pun ilmu itu akan melekat pada diri kita.
Dikisahkan Ulama Hadits Syeikh Abdullah Al-Harrari الثمرة الهرريةbertanya kepada طلب (pencari ilmu) :
Berapa Kali engkau mengulang pelajaran ?
Lalu Tholib menjawab :
“Aku mengulangi sampai aku paham”
Berapa Kali? 15x ? 20x ?
Tholib menjawab:
“Tidak guruku, aku tidak sampai mengulangi sampai 15x maupun 20x”
Syeikh bertanya lagi :
” Kenapa tidak sampai 15x, apakah kamu mempunyai kajian kitab atau ilmu yang lain?”
Tholib menjawab :
“Insyaa Allah wahai guruku, aku akan mengulangi tetap membaca sampai paham.”
Syeikh berkata :
“Seseorang yang muroja’ah 1x, 2x, 3x, 10x, dan bahkan lebih banyak dari itu.”
Tholib menjawab :
“Insyaa Allah guruku”
Syaikh berkata :
“Jika ia tidak hafal, maka diperkirakan ketika Ia membacanya atau murojaah sampai Ia hampir menghafalnya, karena seringnya di murojaah.”
Tholib menjawab :
” insyaa Allah, saya sanggup melaksanakan wasiat ini wahai guruku.”
Kemudian Syeikh bercerita mengenai ulama kuno (terdahulu) bahwasanya ada ulama yang muroja’ah hingga 70x. Karena di sekolahnya ia mempunyai 70 tangga maka setiap naik tangga Ia muroja’ah 1x begitu seterusnya. Begitulah orang yang mempunyai semangat tinggi meski tidak hafal tapi karena seringnya di murojaah maka Ia hampir seperti menghafalnya. Menurut Syeikh menyedikitkan pelajaran dan memperbanyak mengulang pelajaran lebih manfaat, dan jangan menoleh kepada selain kalian dengan metode pelajaran mereka.
Sebagian ulama’ berkata :
العالم بلغ درجة العالمية ينسى ان لم يرجع
“Orang alim itu meskipun mencapai derajat yang paling tinggi, jika ia tidak murojaah maka ia akan lupa”
Banyak para ulama muhaddits mereka mengulangi pelajaran berkali-kali dan bahwasanya alim fiqh mengulang pelajaran banyak sekali.
Imam Jauzi pernah kepada wanita tua yang ikut mengaji kepadanya.
Wanita tua itu berkata : aku sudah hafal
Imam Jauzi berkata : jika kamu sudah hafal, ayo coba ulangi lagi!
Kemudian Wanita tua itu mengulanginya, namun setelah beberapa hari ia diminta mengulangi pelajaran yang telah di ajarkan ia tidak bisa dan bahkan lupa. Kemudian Imam Jauzi berkata kepada wanita tua itu, bahwasanya Ia menyuruh mengulang-ulang pelajaran agar ia tidak lupa.
Sebagai seorang pelajar atau santri sudah menjadi kewajiban kita untuk dapat mengamalkan ilmu yang kita punya. Maka dari itu sebagai seorang santri atau pembelajar kita tidak boleh jemu terhadap materi yang pernah kita pelajari meskipun ratusan atau bahkan ribuan kali diulangi.
Sesuai dengan mutiara Syeikh Abdullah Al-Harrari yaitu :
“Santri yang ikhlas dalam menuntut ilmu, tidak akan jemu untuk mengulang dan mengaji lagi apa yang telah Ia pelajari.”
Dirangkum dari kajian Kitab الثمرة الهررية karangan Syeikh Abdullah Al-Harrari. []