Memahami Thariqah Tijaniyah

Thariqah merupakan sebuah istilah yang merujuk kepada aliran-aliran dalan dunia tasawuf atau sufisme islam. Tujuan tarekat yaitu untuk menghidupkan sunnah Nabi Muhammad SAW, menghidupkan syari’at Allah dan berkhidmat padanya (Syekh Sayyid Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al Jilani). Thariqah juga dapat diartikan sebagai hasil dari pengalaman seorang sufi yang dilakukan dengan aturan atau cara tertentu yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada allah. Dalam perkembangannya, thariqah menamai kelompok mereka yang menjadi pengikutnya dengan nama Syekh yang mempunyai pengalaman tertentu dalam cara mendekatkan diri kepada allah atau Syekh yang mendirikan tarekat tersebut.

Thariqah tidak hanya dalam ruang lingkup satu organisasi saja, melainkan banyak macam-macam thariqah dengan ajarannya masing-masing, meskipun begitu tujuan dari berbagai macam thariqah adalah satu, yaitu untuk berkhidmat kepada allah dan rasul. Macam-macam thariqah sendiri yaitu: thariqah Naqsabandiyah, Qadariyah, Sadziliyyah. Rifa’iyah, Khalawatiyah, Khalidiyah, Sammaniyah, ‘Aidrusiyyah, Al Hadad dan begitupun tarekat Tijaniyyah.

Tarekat tijaniah merupakan sebuah tarekat yang didirikan oleh Syekh Ahmad al-Tijani lahir pada tahun 1150 H di ‘Ayn Madi, yang merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad SAW. Asal dari nama Tijani sendiri merupakan nama dari sebuah suku asli di ‘Ayu Madi yang tepatnya terletak di Algeria Selatan. Yang merupakan bagian dari suku al-Tijani sendiri yaitu ibu dari Syekh Akhmad al-Tijani yang bernama Sayyid’Aisyah binti Abdullah al-Sanusi al-Tijani, sedangkan sang ayah yang bernama Muhammad bin Mukhtar yang merupakan jalannya nasab dari Nabi Muhammad SAW. Silsilah lengkap yang membawa nasab Syekh Ahmad al-Tijani sampai pada Rasulullah adalah Abu al-Abbas Ahmad Ibnu Muhammad Ibn Mukhtar Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Salam Ibn Abi al-Id Ibn Salim Ibn Ahmad al-‘Alawi Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Abbas Ibn Abd Jabbar Ibn Idris Ibn Ishak Ibn Zainal Abidin Ibn Ahmad Ibn Muhammad al-Nafs al-Zkiyyah Ibn Abdullah al-Kamil Ibn Hasan al-Musana Ibn Hasan al-Sibti Ibn Ali Ibn Abi Thalib, dari Sayyidah Fatimah al-Zahra putri Rasulullah SAW (Ikhyan Badruzzzaman: 2007)

Baca Juga:  Kitab “Misykât al-Anwâr” Karya Syaikh ‘Alî b. Abdullâh al-Thayyib al-Azharî: Jejak Ulama Besar Madinah dan Mursyid Tarekat Tijaniyah di Tasikmalaya

Dasar pembentukan tarekat Tijani bermula dari beliau yang sudah sedari muda banyak menguasai beberapa bidang ilmu pengetahuan, salah satunya yaitu mempelajari ilmu Tasawuf. dalam mendalami ilmu Tasawuf, beliau berguru kepada tokoh-tokoh pengikut tarekat Khalwatiyah sehingga secara tidak langsung Syekh Tijani juga belajar seputar Tarekat Khalwatiyah. Selain itu beliau juga banyak mendalami ilmu hadits yang membawa beliau untuk memasuki tiga tarekat sekaligus, yaitu: Qadariyah, Nashiriyah, dan tarekat Ahmad bin al-Habib Muhammad. Dan berlajut pada beliau yang mendirikan trekat sendiri dengan nama Tarekat Tijaniyah pada tahun

Selain bergerak dalam bidang tasawuf, tarekat tijaniyah juga bergerak dalam bidang politik yang berusaha menentang politik penjajahan prancis di Afrika Utara pada masa itu, bahkan tarekat ini termasuk yang reformis dan Neo-Sufisme, (Rivay Siregar: 1999). Ciri dari tarekat Tijaniyah ini selalu menentang terhadap sisi eksatik dan metafisis sufisme dan lebih menyukai pengalaman yang ketat mengenai ketentuan-ketentuan syari’at, serta selalu berupaya untuk menyatukan diri dengan ruh Nabi Muhammad SAW sebagai wujud pengganti untuk menyatu dengan Allah SWT.

Dalam proses perkembangannya, tarekat Tijaniyah mendapat sambutan hangat dari umat Islam, salah satu yang membuat umat islam tertarik pada tarekat ini ialah sosok al-Tijani yang berakhlaq Karimah, beliau selalu memperlihatkan perilaku yang baik dihadapan umat islam. Dalam tarekat Tijaniyah ini lebih menitik beratkan pada kesatuan dengan ruh Nabi Muhammad yaitu dengan dzikirnya. Oleh karena itu mereka para pengikut tarekat ini menyebutnya dengan sebutan At-Thariqah Al-Muhammadiyyah atau At-Thariqah al-Ahmadiyyah, yang mana merujuk kepada nama Nabi Muhammad SAW.

Tarekat Tijaniyah semakin berkembang diberbagai belahan dunia, yang meliputi: Afrika, Sudan, Irak, Tunisia, dan lainnya, yang kemudian berkembang di Indonesia. Perkembangan tarekat Tijaniyah di Indonesia tidak begitu pasti diketahui kapan waktunya, tetapi munculnya tarekat ini bisa ditandai dengan dua fenomena yang terjadi, yaitu adanya gerakan Tijaniyah di Cirebon pada tahun1928 dengan adanya pengajaran tarekat Tijaniyah di pesantren Buntet oleh kyai Anas dan fenomena yang kedua yaitu dengan hadirnya Syekh Ali ibn Abdullah al-Thayyib dengan mengajar tarekat Tijaniyah di Tasikmalaya

Baca Juga:  45 Thariqah NU yang Mu'tabarah (Berstandar)

Dengan kehadiran Syekh Ali Abdullah al-Thayyib di Pulau Jawa, dapat diperkirakan bahwa tarekat Tijaniyah masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20 M, dengan tujuan untuk menyebarkan tarekat Tijaniyyah ini. Cara yang digunakan yaitu dengan mendekati orang-orang yang dianggap memiliki ilmu, Syekh ali juga menyebarkan kitab-kitab Tijaniyah kepada masyarakat sekitar. Beliau juga menulis kitab Munyat al-Murid yang menjelaskan mengenai sanad tarekat ini dari guru-gurunya terdahulu, yang kemudian diajarkan kepada murid-muridnya secara meluas.

Berkembangnya tarekat Tijaniyah di Indonesia membawa banyak pengaruh bagi masyarakatnya. Peranan dalam bidang dakwah yaitu bentuk peranan pembinaan masyarakat dalam hal keagamaan dengan membangun manusia yang sempurna dan berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Pembinaan yang dilakukan yaitu dalam bentuk pengajian dalam majelis-majelis taklim, masjid,ataupun tempat lainnya.

Dalam bidang sosial-ekonomi lebih bersifat internal, belum bersifat eksternal, hanya kegiatan sosial ekonomi yang menitikberatkan pada peningkatan kesejahteraan anggota tarekat, dan juga untuk kebutuhan kegiatan tarekat saja. Kegiatan semacam ini tidak begitu berjalan dengan baik sehingga tidak semua daerah melaksanakan yang seperti itu. Untuk kegiatan sosial yang bersifat eksternal diantaranya adalah, khitanan, santunan sekolah untuk anak-anak yang kurang mampu dalam bidang ekonomi, yang bertujuan untuk meringankan beban keluarga dan memberikan pendidikan yang maksimal. Kegiatan sosial sebenarnya sudah dilakukan secara meluas yang mana terkandung dalam program pengembangan bidang sosial kemasyarakatannya, namun reaksinya belum begitu menonjol dari masyarakat sendiri.

Kehadiran tarekat Tijaniyah baik secara langsung maupun tidak telah banyak menunjukkan peranan dalam kehidupan masyarakat, peranan tersebut terlihat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para tokoh Tijaniyah baik muqaddam maupun non-muqaddam begitu juga tokoh Tijaniyah lainnya. Kegiatan warga Tijaniyah yang menonjol terlihat dalam berbagai bidang, seperti bidang dakwah sosial, politik, organisasi sosial politik, serta pendidikan. [HW]

Baca Juga:  45 Thariqah NU yang Mu'tabarah (Berstandar)

Sumber:

Badruzzaman, Ikhyan. 2007. Tarekat Tijaniyyah di Indonesia. Garut: Zawiyah Tarekat Tijaniyah

Siregar, A. rivay. 1999. Tasawuf: Dari Sufi Klasik ke Neo-Sufisme. Jakarta: PT. raja Grafindo Persada.

E-Khanza. 2011. Macam-Macam Thariqah dan Ajarannya. http://kependidikanislam2010.blogspot.com/2011/06/macam-macam-thariqoh-dan-ajarannya.html?m=1 . 21 Maret 2021

Reni Dwi Anggraini
Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Pustaka