Stop Insecure, Tanamkan Nilai Syukur

Insecure merupakan suatu kondisi dimana seseorang merasa kekurangan, cemas dan rendah diri atas apa yang dia miliki maupun tidak miliki. Rasa insecure juga dapat timbul karena seseorang melihat apa yang dimiliki orang lain tetapi tidak dapat dimilikinya atau orang tersebut tidak dapat mencapai tujuannya meskipun dia ingin.

Perasaan ini dapat timbul pada orang-orang yang selalu mencari-cari kekurangan dirinya sendiri dan terlalu fokus pada kelebihan orang lain atau bahkan merasa iri tanpa didampingi rasa semangat untuk mencapainya. Orang dengan tipe ini akan cenderung menutup diri pada lingkungan dan menjauhkan diri dari interaksi sosial. Karena dirinya merasa tidak pantas bergaul dalam masyarakat, tidak dapat melakukan apapun dan merasa hanya akan membebani orang lain.

Perlu diketahui, “sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tapi ia melihat hati dan amal kalian” (HR. Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah). Kita tidak perlu merasa rendah diri terhadap kondisi kita didunia ini. Entah seberapa banyak rejeki kita, kondisi tubuh kita, jodoh atau kondisi lain.

Karena sungguh Allah menilai diri kita apa yang dapat kita kerjakan sekiranya dapat bermanfaat bagi orang lain. Seberapa banyak perbandingan harta kita dengan orang lain, seberapa putih atau hitam kulit, sungguh kita memiliki derajat yang sama dimata Allah SWT. Sebab, yang akan menjadi pembeda antara hamba satu dengan yang lain adalah ibadah kita, hubungan baik kita antar manusia dan sesama makhluk, amal jariyah dan seberapa banyak ilmu yang kita sehingga  memiliki manfaat bagi orang lain.

Sungguh penawar dari racun insecure adalah dengan selalu bersyukur, karena dengan bersyukur kita akan selalu merasa cukup atas apa yang Allah berikan kepada kita, sehingga kita tidak akan merasa rendah diri dan membandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Yang perlu kita contoh adalah selalu berusaha dan menjadikan keberhasilan orang lain sebagai pembelajaran untuk mencapai tujuan dan tentunya sesuai dengan jalan yang diridhoi Allah.

Baca Juga:  Mensyukuri Nikmat di Musim Pandemi Covid-19 Tanpa Mematikan Kepekaan Terhadap Sesama

Selain itu, apabila kita ingin mencapai suatu tujuan maka juga harus diselingi dengan usaha dan do’a bukan rasa pesimis. Allah menciptakan hambanya bukan untuk bermimpi dan melihat apa yang dicapai oleh orang lain. Dengan bekerja keras dan do’a yang maksimal, maka tidak ada yang tidak mungkin apabila Allah menghendaki. Aamiin ya robbal alamin. []

Fahmi Ali Kurniawan
Mahasiswa Fakultas Ekonomi UIN Sunan Ampel

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini