ibadah atau melayani

Aku atau melihat hari-hari ini semakin banyak orang yang terpuruk secara ekonomi sebagai efek atau akibat menyebarnya Covid-19, yang sudah berlangsung 6 bulan. Akibat lanjutan dari ini adalah banyaknya kekerasan dalam rumah tangga dan meningkatnya jumlah perceraian/gugat cerai.

Sementara demikian tampak juga intensitas ibadah mahdhah, terutama yang sunnah atau ibadah sunnah. Kemarin dalam acara pengajian rutin malam minggu, aku ditanya, bagaimana jika ada orang yang mengemis yang hampir setiap hari datang secara berganti-ganti. Manakah yang lebih utama: terus tekun menjalankan ibadah sunnahnya atau melayani orang miskin?.

Aku menjawab dengan mengutip pendapat Imam Al-Ghazali dalam kitab al-Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Muluk:

لَا تَحْتَقِرْ اِنْتِظَارَ اَرْبَابِ الْحَوَائِجِ وَوُقُوفَهُمْ بِبَابِكَ. وَمَتَى كَانَ لِاَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ اِلَيْكَ حَاجَةٌ فَلَا تَشْتَغِلْ عَنْ قَضَائِهَا بِنَوَافِلِ اْلعِبَادَاتِ فَإِنَّ قَضَاءَ حَوَائِجِ الْمُسْلِمِينَ اَفْضَلُ مِنْ نَوَافِلِ اْلعِبَادَاتِ

“Jangan kau remehkan orang-orang yang menungggu di depan rumahmu, dan memerlukan bantuanmu. Jika seseorang meminta bantuanmu, tak sepatutnya engkau menyibukkan diri dengan mengerjakan ibadah-ibadah sunnah. Memenuhi hajat hidup seseorang lebih utama daripada mengerjakan ibadah sunnah”.

Aku menambahkan dengan sebuah kisah menarik tentang Amir al-Mukminin, Umar bin Abdul Aziz:

كَانَ يَوْماً عُمَرُ بنُ عَبْدِ الْعَزِيز يقْضِى حَوَائِج النَّاسِ فَجَلَسَ اِلَى الظُّهْرِ وَتَعِبَ . فَدَخَلَ بَيْتَهُ لِيَسْتَرِيحَ مِنْ تَعَبِهِ فَقَالَ لَهُ وَلَدُهُ : وَمَا الَّذِى يَؤَمِّنُكَ اَنْ يَأْتِيَكَ الْمَوْتُ فِى هَذِه السَّاعَةِ وَعَلَى بَابِكَ مُنْتَظِرٌ حَاجَةً وَاَنْتَ مُقْصِرٌ فِى حَقِّهِ؟ فَقَالَ : صَدَقْتَ . وَنَهَضَ فَعَادَ اِلَى مَجْلِسِهِ.

“Suatu hari Umar bin Abd al-Aziz baru saja melayani keperluan rakyatnya di kantornya. Lalu dia duduk bersandar di dinding untuk melepaskan lelah sebentar. Kemudian masuk ke dalam rumah untuk istirahat sejenak. Anaknya melihatnya, lalu mengatakan: “Apakah yang akan menyelamatkanmu, wahai ayah, saat kematian menjemputmu sekarang ini, sementara di depan pintu rumah ada orang yang memerlukan pertolonganmu dan engkau melalaikan haknya?. Umar menjawab : “Kamu benar. Lalu ia bangkit dan kembali ke tempat semula”.

Baca Juga:  Pembelajaran Daring (Dalam Jaringan) Persprektif Maqashid Syari'ah

Aku mengatakan: lihatlah, betapa hebat dan indahnya pribadi pemimpin umat Islam itu. [HW]

Husein Muhammad
Dr (HC) Kajian Tafsir Gender dari UIN Walisongo Semarang, Pengasuh PP Darut Tauhid Arjowinangun Cirebon, Pendiri Yayasan Fahmina Institute

Rekomendasi

The Power of Istighfar
Hikmah

The Power of Istighfar

Dalam filosofi islam, istihgfar mempunyai makna, seseorang yang senantiasa memohon ampunan atas kesalahan, ...
Opini

Pemimpin yang Adil

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن ...

Tinggalkan Komentar

More in Opini