imam bukhari

Bagi yang menjadi langganan sasaran bullying, harap bersabar. Dahulu Imam Bukhari pun pernah merasakannya. Tapi beliau tidak larut dalam nuansa menyakitkan hati itu. Beliau bangkit dan akhirnya menjadi ulama rujukan ilmu hadis.

Bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhari, beliau tak hanya pernah dibully saat belajar oleh temannya. Bahkan, Imam Bukhari kecil pernah mengalami kebutaan, hingga ibunya merasa sedih dan terus mendoakannya setiap hari agar diangkat penyakitnya itu. Berkat ketulusan doa, sang ibu bermimpi bertemu Nabi Ibrahim yang mengabarkan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan Imam Bukhari.

Banyak karangan yang ditulis Imam Bukhari. Salah satunya yang paling populer adalah kitab Shahih Bukhari. Kemudian disyarahi (diberi keterangan) oleh Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kitab Fathul Bari. Selain itu, Ibnu Hajar juga menulis kitab khusus yang membahas biografi Imam Bukhari bernama Hidayah As-Sari, atau lebih terkenal dengan sebutan Huda As-Sari.

Perihal kenapa Imam Bukhari dibully, beliau saat masih menuntut ilmu pernah hanya menulis dua hadis saat pelajaran berlangsung. Padahal teman-temannya menulis banyak. Beliau ditanya, “Berapa hadis yang kamu tulis wahai Bukhari?” Imam Bukhari menjawab, “Aku menulis dua ayat (hadis).”

Akhirnya, teman-temannya tertawa. Mereka senang sebab ada seorang anak yang lamban dalam berpikir. Jadilah Imam Bukhari sasaran bullying. Saking parahnya, sang guru dalam forum tersebut sampai berkata, “Jangan menertawakan Bukhari. Bisa jadi suatu saat nanti dia jadi orang besar, malah kalian yang akan ditertawai.”

Benar saja, di tahun berikutnya Imam Bukhari mengembara ke Bashrah, suatu kota besar kedua di Irak. Jarak dari tempat tinggalnya di Bukhara, Uzbekistan, terbilang sangat jauh. Sekitar 2500 kilometer, atau tiga kali jarak Surabaya-Jakarta. Kira-kira beliau melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, atau paling bagus dengan mengendarai unta atau kuda. Bisa dibayangkan bagaimana ikhlasnya dalam menuntut ilmu.

Baca Juga:  Langkah Teknis Cegah Perundungan di Pesantren

Dalam rihlah ilmiahnya di Basrah, Imam Bukhari belajar selama enam belas hari. Beliau kalau mengaji hanya duduk diam menyimak, tidak seperti temannya yang rajin menulis seribu hadis perhari. Karena beliau tidak mencatat, banyak temannya yang nyiyir. Akhirnya beliau pun dibully setiap hari. Datang jauh-jauh kok cuma diam, begitu mungkin pikir teman beliau.

Setengah bulan dibully, Imam Bukahri pun angkat bicara kenapa selama ini diam. Beliau tunjukkan kalau dirinya tidak hanya berdiam diri saat belajar. Maka dibacalah lima belas ribu hadis yang selama lima belas hari ditulis oleh temannya dengan tanpa melihat, ‘an dzahri Qalbi. Sampai-sampai kalau ada catatan temannya yang berbeda, yang dimenangkan malah hafalan beliau.

Tak sampai dibully temannya, Imam Bukhari pun pernah mengalami kejadian tidak mengenakkan dengan gurunya. Satu saat, gurunya yang bernana Ad-Dakhili pernah meriwayatkan hadis dari Abu Zubair dari Ibrahim dan seterusnya. Kemudian Imam Bukhari menyangkal, “Salah wahai syaikh. Bukan Abu Zubair.”

Karena merasa disalahkan muridnya, Ad-Dakhili pun membentaknya. Imam Bukhari kecil membela, “Yang meriwayatkan bukan ayah Zubair, melainkan Zubair sendiri. Kalau tidak percaya coba cek kitab guru yang dipelajari dari guru anda.” Setelah dibuka Ad-Dakhili tercengang. Ternyata muridnya benar. Lantas ia berkata, “Bagaimana kamu bisa begitu?”. [HW]

Muhammad Miqdadul Anam
Mahasantri Ma'had Aly An-Nur II Al-Murtadlo

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini