Siapakah dalang dibalik misteri corona? Misi apa yang direncanakan hingga dunia seolah membangun suatu peradaban baru? Berbagai teori konspirasi di Media Sosial mencoba mengungkap kambing hitam di balik munculnya makhluk kecil tanpa kasat mata. Sebagai seorang muslim, kita perlu menjawab Tiada lain kecuali Allah yang mengaturnya, Setiap insan hanya perlu ber-husnuzon, merenung, dan berusaha memperbaiki diri untuk terhindar dari bencana-Nya. Salah satu upaya melawan jajahan pandemi adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan cara bertawasul, yaitu berdoa kepada Allah dengan menggunakan wasilah atau perantara
Jika pada hari biasa bertawasul sering dilakukan dengan sowan meminta doa orang saleh ataupun melalui awliya’, maka akibat pandemi saat ini tawasul tersebut seolah tidak dapat terealisir karena akses ke wilayah publik yang dibatasi atau bahkan ditutup. Meskipun demikian, tawasul pada dasarnya masih dapat dilakukan dengan meminta doa melalui komunikasi digital, atau dengan melakukan amal saleh (Tawassul bi al’amal as-solih) baik dilakukan di rumah aja, atau bahkan di media sosial.
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhan-Nya, maka hendaklah mengerjakan amal saleh (kebajikan) dan janganlah berbuat syirik (mempersekutukan) dengan sesuatupun ketika beribadah kepada Tuhan-Nya.” – QS. Al-Kahfi Ayat 110-
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa segala perbuatan dapat disebut dengan amal salih adalah ketika perbuatan tersebut sesuai dengan syariat dan dilakukan secara ikhlas li wajhillah. Sehingga ketika dalam konteks media sosial pun, jika kita mampu bijak menggunakan kesempatan media sosial, melakukan hal-hal positive, dan memproduktivitas diri melakukan amal-amal saleh, maka dapat dijadikan pula sebagai tawasul dan langkah ikhtiar melawan pandemi covid-19.
Dalam Media sosial, Langkah tersebut dapat kita temui dalam fenomena merebaknya ngaji online seperti gerakan khataman Alquran @onejuzchallenge yang dipelopori oleh admin dari kalangan Mahasantri. Ibnu al-Qoyyum al-Jauziyyah dalam kitab at-tibbu an-nabawi menjelaskan
فالقرآنُ هو الشِّفاء التام مِن جميع الأدواء القلبية والبدنية، وأدواءِ الدنيا والآخرة، وما كُلُّ أحدٍ يُؤهَّل ولا يُوفَّق للاستشفاء به، وإذا أحسن العليل التداوىَ به، ووضعَه على دائه بصدقٍ وإيمان، وقبولٍ تام، واعتقادٍ جازم، واستيفاءِ شروطه، لم يُقاوِمْهُ الداءُ أبداً
Alquran merupakan obat penawar yang sempurna dari semua penyakit hati dan penyakit fisik, begitupula obat dari semua penyakit dunia dan akhirat. Tidak ada seorang pun yang ahli dan mampu melakukan penyembuhan dengan alquran. Jika pengobatan dengan alquran tersebut didasari kepercayaan dan keimanan, penerimaan yang sempurna, keyakinan yang mantap, terpenuhi syarat-syaratnya, maka tidak ada satu penyakit yang mampu melawan selamanya”
Mengingat bahwa Alquran merupakan syifa’/obat penawar dan rahmat bagi orang yang beriman (QS. Al-isro’ ayat 82), upaya tersebut tersebut mengajak semua elemen masyarakat untuk melakukan khataman Alquran bersama sebagai wasilah daf’ul bala’. Peserta yang ingin bergabung dapat membaca minimal 1 juz Alquran yang dibagikan di dalam grup Medsos (Whatsapp) sebagai bentuk kontekstualisasi praktek idaroh al-qur’an yang dijelaskan Imam Nawawi dalam kitab at-tibyan fi hamalati al-qur’an. Kemudian setelah itu, supaya langkah ini dapat diamini oleh banyak orang, mereka mengundang santri/tokoh tertentu untuk membacakan doa khataman dan doa daful bala’ melalui live streaming di Media Sosial (Instagram).
Jika dilakukan secara yakin dan ikhlas, praktek ngaji dan berdoa meskipun dilakukan di Media Sosial seperti diatas dapat disebut sebagai obat penawar penyakit sekaligus upaya tawassul bi al a’mal as-salihah. Dalam kitab Riyadu as-Salihin, ada sejarah menarik yang diceritakan Rasulullah tentang tiga orang yang menginap di dalam goa karena hujan deras. Tak lama mereka masuk, mereka terjebak karena sebongkah batu besar menggelinding dari gunung dan menutup rapat gua tersebut. Berbagai macam usaha untuk keluar telah dilakukan akan tetapi tidak ada satupun yang dapat menyelamatkan mereka kecuali hanya pertolongan Allah SWT. Sehingga pada akhirnya mereka berdoa dengan cara bertawasul dan menyebutkan amalan-amalan saleh yang pernah mereka lakukan.
Amal saleh yang dilakukan 3 orang tersebut adalah berbakti dan memprioritaskan orang tua, menghindari diri dari upaya perbuatan zina, dan tidak berlaku zalim dengan mensedekahkan harta kepada seorang yang berhak. Kemudian setelah mereka menyebutkan amalan tersebut, masing-masing dari mereka berdoa
اللهم إن كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك ففرج عنا ما نحن فيه من هذه الصخرة
“Ya Allah, Jikalau yang telah kulakukan tersebut adalah murni mengharap atas rida-Mu, maka beri lah celah jalan keluar kami dari batu besar yang menghalangi ini”.
Berkat keikhlasan niat dan amal, Allah-pun mengijabah doa hamba-Nya. Batu yang semula tertutup rapat tadi tiba-tiba dapat terbuka dan mereka-pun berhasil keluar dari goa tersebut.
Kisah dari hadis shahih muttafaq ‘alaih diatas dapat kita jadikan ibroh terlebih dalam menyikapi pandemi covid 19 yang menimpa saat ini. Jika dalam hadis tersebut mereka bertiga terjebak rapat di dalam goa, maka saat ini masyarakat dunia juga terjebak lockdown di dalam rumah atau wilayah nya masing-masing. Bukan karena terhalang oleh batu besar. akan tetapi terhalang oleh wabah virus yang tak terlihat secara hissi (inderawi). Oleh karena itu, Marilah untuk selalu berikhtiar, bertawakal, dan mengembalikan semua musibah pandemi ini hanyalah kepada Allah SWT.
Ya Allah, Jikalau karya yang tertulis di Media Sosial ini dapat bermanfaat dan kulakukan adalah murni mengharap rida-Mu, Maka bantulah kami untuk menjauhkan wabah virus corona dari dunia ini. [HW]
Finalis 10 Besar Sayembara Menulis Santri 2020 (Ramadan, Santri, dan Covid-19).