Perempuan

Sayyidah Aisyah dan Seputar Pernikahannya dengan Nabi #2

Aneh menyoal umur Sayyidah Aisyah ketika menikah dengan Rasulullah saw. Memang anehnya di mana? Coba cek dalam mesin pencari di internet, di buku-buku, majalah dan lainnya, ketika berbicara tentang beliau yang muncul adalah tentang umur ketika menikah dengan Nabi yang masih berusia muda, masih anak-anak dan lainnya.

Malah akhir-akhir ini perdebatan tentang umur beliau semakin dipertajam, karena dalam pikirannya umur seusia Aisyah mana mungkin sudah dewasa, mana mungkin Nabi menikahi Anak-anak dan seterusnya. Silahkan yang berbeda dengan mengajukan dalil dan rasionalitas.

Ada yang berpendapat umur 6 tahun menikah, 9 tahun satu rumah. Ada pula 15 tahun menikah, kemudian umur 18 tahun satu rumah. Dan selanjutnya.

Saya mulai dulu tidak pernah kaget, atau tidak pernah mempermasalahkan umur beliau. Mengapa? karena sebelum berbincang tentang seseorang, maka kita harus melihat ahwal dirinya, kondisi masyarakatnya, kebiasaannya dan lainnya. Misalnya, Nabi menikah lebih dari satu, lihat masyarakat sebelumnya dan masyarakat ketika Rasulullah hidup.

Misalnya istri-istri para Nabi. Istri Nabi Sulaiman- dalam berbagai pendapat, ada yang berpendapat Nabi Sulaiman memiliki seratus Istri, bahkan dalam cerita Israiliyat mendekati seribu.

Dalam hadis shahih, jumlah istri beliau ada seratus (Bukhari, 5242). Nabi Daud as menikah dengan sembilan perempuan, ada yang berpendapat 99. Sedangkan istri Nabi Ya’qub dan Nabi Musa empat.

Apakah semua istri Nabi itu banyak?, tidak. Ada yang satu seperti Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Ishaq dan beberapa Nabi lainnya, ada pula yang juga menikah dengan dua dan tiga istri.

Bagaimana dengan pernikahan pada masa pra-Islam (Jahiliyah)?. Sedikit penulis sudah singgung di atas (Asiyah #1). Ada satu perempuan yang menikah lebih satu bahkan mendekati sepuluh.

Baca Juga:  Wanita Berbisnis, antara Anjuran atau Polemik

Ada pula perempuan yang meletakkan bendera depan rumahnya, kemudian laki-laki bebas masuk, satu dua laki-laki, bisa lebih. Sedangkan laki-laki pada masa itu ada yang menikah lebih dari satu, bahkan banyak.

Misalkan Ghailan As-Tsaqafi ketika ingin bersyahadat, waktu itu ia memiliki 10 istri. “Ikhtar minhunna arba’an, pilihlah empat istri dari mereka”. Sabda Rasul. (Riwayat Bukhari).

Umair al-Asady ketika menemui Nabi dan menyatakan keislamannya, sedangkan ia memiliki delapan istri, “Ikhtar minhunna arba’an, pilihlah empat istri dari mereka”. Sabda Nabi. (Riwayat Abu Dawud).

Dan masih banyak yang lainnya. Pada masa itu poligami merupakan hal yang biasa. Bahkan poligami di seantero dunia itu lebih kepada penyimpangan, penyiksaan terhadap perempuan. Dan tidak ada batasan yang jelas.

Namun sejak hadirnya Islam, poligami itu dibatasi, bahkan sangat ketat dengan ketentuan-ketentuannya. Dan pratik-pratik pernikahan jahiliyah dihapus dalam syariah Islam, kecuali pernikahan al-Wiladah. (yang ada seperti sekarang). Maka banyak tuduhan miring Nabi menikah lebih dari satu. Kadang dijelaskan pun tetap sama, begitulah kadang orang yang dengki. Bersambung!

Halimi Zuhdy
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Pengasuh Pondok Literasi PP. Darun Nun Malang, Jawa Timur.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Perempuan