Beberapa hari ini di WAG, IG, FB cukup ramai tentang Zaujatun Nabi, Istri-istri baginda Nabi Muhammad. Dan ada lirik lagu yang cukup viral, bahkan di-cover oleh beberapa penyanyi yang mengangkat tema salah satu Istri beliau, Aisyah.
Sedikit saya menanggapi, berangkat dari beberapa pendapat tentang lirik lagu Sayyidah ‘Aisyah. Ada yang yang menganggap terlalu romantis. Liriknya tidak pantas untuk didendangkan. Sehingga harus diganti. Kemudian muncul cover berikutnya dengan beberapa perubahan kata, entah itu apa namanya.
Bahkan ada yang menganggap nyanyian begitu santuinya. Ada pula yang mengangap tidak sopan karena tidak diawali dengan sayyidah. Mengkritik, karena terlalu detail romantismenya tidak baik menceritakan Istri Nabi seperti itu.
Lebih menonjolkan fisik Sayyidah Aisyah dari pada keilmuannya. Dan masih banyak ungkapan lainnya antara yang sepakat dan tidak dengan lirik tersebut.
Belum lagi terkait dengan penyanyinya, “Kok bisa ya dinyanyikan oleh laki-laki? Masak laki-laki menceritakan Istri Nabi, tidak sopan banget”, ada pula pendapat lainnya, “Masak perempuan-perempuan yang menyanyikan tidak pakai kerudung”,
Ada pula “Ada pula penyanyinya yang mencubit hidungnya, dan bermesraan dengan penyanyi laki-laki-nya”, belum selesai “Banyak anak kecil ikut-ikutnya nyanyi mesra, ini tidak baik untuk anak kecil”. Dan masih banyak komentar, tanggapan, pendapat terkait lirik lagu ini.
Ya begitulah dalam hidup, bila karya sudah dilemparkan ke khalayak umum, maka siap-siaplah untuk dipuji, dikritik, dihakimi, dan lainnya. Karena ada maqal, “Li kulli Ra’sin Ra’yun”, setiap kepala punya ide, pendapat, tanggapan. Semakin banyak yang menanggapi, semakin banyak wawasan yang akan diperoleh dan didapatkan.
Tapi apa pun yang terjadi, munculnya lirik lagu ini sangat luar biasa, ia laksana syiar. Banyak yang kemudian mencari sosok Sayyidah Aisyah, dan mereka menemukan berbagai tulisan antara yang mengkritik dan yang memuji kehidupan Sayyidah.
Beliau memang sosok yang banyak ditulis dalam berbagai kitab. Penulis temukan misalnya, Ad-Durru al-Stamin min Sirah Sayyidah ‘Aisyah Umm al-Mu’minin Radhiallah ‘Anha, dari Markaz Buhust wa Dirasat.
As-Sirah al-Mu’atharah fi Manaqib Ummi al-Mu’minin Aisyah, karya Turki bin Hasan. Qoshirah al-Waidh al-Andalusi fi Manaqib umm al-Mu’minin Al-Ashdiqah al-Aisyah, karya Abi Imran Musa. Dan banyak sekali kitab yang menceritakan beliau.
Kembali kepada tema di atas, mengapa penulis mengangkat tema Aisyah dan keadaan perempuan yang semasa dengan beliau. Hal ini penting untuk membuat perbandingan. Apa hubungan romantisme Nabi yang meminum di bekas bibir Ummul Mu’minin. Lari-lari dengan beliau.
Satu selimut, dan lainnya. Misalnya, kebiasaan orang Arab ketika Istrinya Haid (menstruasi), maka istri mereka dianggap kotor dan najis, tidak boleh menyentuh alat makanan (piring, gelas dll), dan menjahui mereka.
Dan ada yang meninggalkan mereka di rumahnya. Sehingga perlakuan Nabi saw terhadap Sayyidah Aisyah dengan meletakkan bibirnya di bekas minumnya, diantaranya untuk menghilangkan anggapan perempuan yang haid itu kotor, tidak boleh bersama, bahkan boleh juga untuk tidur bersama kecuali melakukan hubungan suami istri.
Ishna’u kulla syain illa nikah, lakukan apa pun pada istrimu, kecuali melakukan hubungan” Sabda Nabi.
Beberapa tahun yang lalu saya membaca buku yang ditulis oleh seorang al-mustasyriq (orientalis), saya lupa judul bukunya. Penulis tersebut menulis banyak tuduhan yang kurang baik, bahkan sangat tidak pantas kepada Nabiyuna dan ummahatul mu’minin, terutama kepada Sayyidah Aisyah, terkait dengan umur pernikahannya, umur anabi dan lainnya.
Mengapa anggapan ini muncul, karena penulis ini, membaca dan membandingkan dengan perempuan zamannya (modern, zaman ini), tidak melihat bagaimana kondisi perempuan pada masa Sayyidah Aisyah lahir, juga perempuan sebelum kelahiran beliau, dan juga mungkin beberapa tahun setelah beliau tiada.
[…] dini) untuk menghindari zina, seseorang bisa menundukkan pandangannya atau berpuasa. Sunnah pernikahan itu, ada pada sakinah, mawaddah, warahmah-nya. Bukan pada cepet-cepetannya. Pernikahan itu 100% […]