TVNU Hadir Sebagai Penggerak Media Keislaman di Zaman Kekinian

Ada kutipan begini: “Sungguh Allah tidak menilai kamu pada tubuh dan wajahmu melainkan pada tindakan hatimu”

Penulis berkhusnudzon bahwa peradaban keilmuan islam hari ini yang dikumandangkan para pendakwah baik melalui mimbar khutbah jumat di masjid atau di tayangan channel youtube selalu mengedepankan visi kedamaian, rahmatan lil alamin. Sebuah langkah yang kemudian perlu ditindaklanjuti.

Pada sisi lain keberagaman manusia ditunjukkan Allah sebagai cara untuk mendidik dan mengarahkan manusia agar saling mengerti bahwa setiap orang dengan jenis kelamin, kebangsaan, ras, agama atau identitas lainnya adalah makhluk Allah yang paling terhormat dibanding ciptaan-Nya yang lain. Karena memang manusia diberi anugerah berupa akal budi, mental, dan spiritual. Seluruh potensi ini kemudian melahirkan refleksi ragam kebudayaan yang berbeda-beda.

Rosulullah SAW berkata: “Ikhtilafu ummatiy rahmatun,” (Perbedaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat).

Sebagai penduduk muslim mayoritas di negeri ini. Indonesia yang berlandaskan asas Pancasila pun menguatkan konsep ketauhidan pada Sila Pertama ; Ketuhanan Yang Maha Esa (YME). Secara etimologis tauhid berasal dari bahasa Arab masdar dari kata wahhada (وحد) yuwahhidu (يوحد). Dan menjadi pondasi terdalam yang dimiliki oleh seorang muslim mayoritas, khususnya bagi para jamaah ASWAJA (Ahlussunnah Wal Jama’ah) atau kalangan nahdliyin.

Spirit humanisme ketauhidan merupakan ajaran Islam dalam gerak denyut nadi humanisme yang dipadukan dengan nasionalisme. Hal itu tidak banyak dilakukan oleh media lokal maupun media nasional, yang serta dapat diterima dengan baik dari penerapan metode program yang ditayangkan TVNU (Televisi Nahdlatul Ulama).

Hal ini bisa menjadi pedoman dan teladan bagi kalangan generasi muda millennial yang semestinya menjadi Solidarity Maker dan Administrator Maker yang lebih mengedepankan strategi retorik untuk mengumbar gelora dan penyatuan solidaritas dengan memainkan simbol-simbol identitas. Sedangkan administrator lebih mengedepankan kecakapan administratif guna kelancaran implementasi visi dan misi dari ketauhidan dan moderasi beragama di era kekinian.

Baca Juga:  Dorong Santri Kuasai Media, DINUN Adakan Pelatihan Konten dan Videografis

Dalam hemat saya, TVNU bukan semata produk media keislaman yang menampilkan corak warna islam-nya NU, tetapi TVNU menjadi semacam iuran pemikiran bagi peradaban dunia Islam di era digitalisasi kini dan diperuntukkan bagi seluruh umat muslim di Indonesia.

Keislaman sangat identik dengan kebangsaan. Karena membangun bangsa tak lepas dari konstitusi dan kontribusi umat Islam sebagai penduduk mayoritas di negeri ini. Termasuk melalui media dalam menyampaikan ajaran-ajaran islam. TVNU sebagai “Lokomotif Pembaharuan” di industri media hari ini.

Islam di Indonesia tak hanya menjadi wacana dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara dengan landasan kebangsaan (Pancasila), melainkan prinsip yang menjadikan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) “Menjadi Bangsa Yang Besar dan Diakui Dunia Melalui Media.”

TVNU hadir untuk semua golongan dan bukan milik jamaah nahdliyyin saja. Karena nilai-nilai ketauhidan dan keislaman harus disebarluaskan dan diperkuat dalam prakteknya. Tauhid harus diajarkan kepada setiap generasi termasuk pada generasi milenial hari ini. []

Abdul Majid Ramdhani
Penulis merupakan lulusan Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Depok dan melanjutkan mondoknya di Pesantren Al-qur'an Syihabudin Bin Ma'mun, Caringin Banten. Bagi diri penulis, "Menulis bisa menjadikanmu optimis, romantis & humanis". Penulis juga lulusan KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam) di kampus STAI INDONESIA JAKARTA dan Penulis buku "Jurnal: Jurus Nulis Anak Milenial".

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini