Syeikh Ali Jum’ah adalah sosok ulama moderat yang sangat berpengaruh di Timur Tengah yang pendapat-pendapatnya sering dirujuk dalam menyikapi problem fikih di masyarakat.
Syeikh Ali Jum’ah adalah sosok ulama moderat yang sangat berpengaruh di Timur Tengah utamanya di Mesir. Para alumni Mesir di Indonesia dan juga pegiat Aswaja sering merujuk pendapat-pendapat beliau dalam menyikapi problem fikih di masyarakat. Bukunya yang berjudul al-Bayān li mā Yashghal al-Adhhān, al-Kalim al-Tayyib Fatāwā al-‘Asriyyah menjadi rujukan utama disamping karya-karya beliau lainnya. Video-video pengajian beliau yang mudah diakses banyak menguatkan tradisi Aswaja di Nusantara. Tercatat sampai saat ini ada 100-an buku yang telah beliau tulis, juga ada 6 ensiklopedia yang mana beliau terlibat sebagai salah satu kontributornya, muhaqqiq 7 kitab-kitab klasik, penelitian dan makalah berskala internasional lebih dari 16 karya telah ditulisnya.
Beliau tergabung sebagai redaksi ahli di 6 jurnal ilmiah, yaitu jurnal ekonomi Islam yang bermarkas di Shalah Kamil, Jurnal Rābitat al-Jāmi‘āt al-‘Arabiyyah yang dikeluarkan oleh Universitas al-Azhar, Jurnal al-Muslim al-Mu‘āsir, Jurnal al-Tajdīd, Jurnal al-Islāmiyyah al-Ma‘rifah dan Jurnal Kulliyah al-Dirāsāt al-Islāmiyah wa al-‘Arabiyyah. Beliau juga terlibat aktif sebagai pendiri atau editor pada 8 proyek ilmiah di antaranya adalah Jam‘iyyah al-Maknaz al-Islāmī yang bergerak pada digitalisasi kitab-kitab klasik dan kajian kontemporer, Fatāwā Shirkah al-Rājihḥī al-Masrafiyyah dan lain sebagainya.
Nama beliau adalah Ali bin Jum‘ah bin Muhammad bin Abd al-Wahhab. Dilahirkan pada hari Senin 6 Jumadil Akhir 1371 yang bertepatan dengan 3 Maret 1952 di Propinsi Banī al-Suwaif. Mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Perdagangan di Universitas ‘Ain Shams tahun 1973 dan juga gelar sarjana pada Fakultas Dirāsah al-Islāmiyyah di Universitas al-Azhar tahun 1979, lalu mendapatkan gelar Magister di bidang Usul Fikih Universitas al-Azhar tahun 1985 dan Doktor di bidang Usul Fikih di Universitas al-Azhar Mesir tahun 1988 dengan prediket summa cum laude.
Beliau dalam kesehariannya bermazhab Syafi’i dan mendapatkan sanad fikih Imam Syafi’i dari Syeikh Ismail Usman Zain al-Yamani, juga keilmuan lainnya yang bersanad dari beberapa masyayikh besar di antaranya adalah Syeikh Abdullah Siddiq al-Ghumari (faqih, musnid, muhaddits dan mursyid tarekat), Syeikh Abdul Aziz al-Zayyat (pemimpin para pakar ilmu Qiraah di zamannya), Syeikh Ismail al-Hamdani (pakar ilmu Qiraah), Syeikh Abdul Hakim Abdul Latif (pakar ilmu Qiraah, sosok para guru ahli Qiraah di zamannya), Syeikh Abunnur Zahir (Guru Besar dan pakar usul fikih di zamannya), Syeikh al-Husain Yusuf al-Syeikh (Guru Besar usul fikih), Syeikh Jadurrab Ramadhan sosok yang bergelar al-Shafi‘ī al-Ṣaghīr (pakar fikih dan kaidah-kaidahnya), Syeikh Jadul Haq Ali Jadul Haq (Imam Agung al-Azhar), Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah (pakar fikih Hanafi), Syeikh Yasin al-Fadangi (pakar sanad di zamannya), Syeikh Ahmad Mursi al-Naqsyabandi, Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki (muhaddis), Syeikh Shalih al-Ja’fari (muhaddis), Syeikh Muhammad al-Hafid al-Tijani (muhaddis), Syeikh Iwad al-Zubaidi al-Syadzili (muhaddis) dan lain sebagainya. Sedangkan guru-guru beliau dari jalur keilmuan umum di antaranya Isa Ibrahim Abduh (pakar ekonomi Islam), Yahya Uwais, Ali Lutfi, Manis Abdul Malik ketiganya adalah Dosen Ahli dalam bidang ekonomi konvensional dan lain sebagainya.
Beliau pernah menjadi Mufti Agung Mesir pada 28 September 2003 sampai tahun 2013. Mushrif ‘Āmm Univ. Al-Azhar tahun 1999 sampai tahun 2013. Aktif di Lembaga Riset Islami al-Azhar sejak tahun 2004, anggota Dewan Ulama Besar al-Azhar, anggota Muktamar Ulama sedunia yang ada di Jeddah-Arab Saudi, guru besar Usul Fikih di Fakultas Dirāsah Islāmiyyah wa Arabiyyah Univ. al-Azhar Mesir, dan anggota Muktamar Fikih yang berpusat di India. Selain itu, beliau juga menjadi pendiri dan penggagas pendirian Kulliyah al-Sharī ‘ah di Negara Oman, terlibat dalam penyusunan perkuliahan di School of Islamic and Social Sciences (SISS) Washington, mengisi beberapa seminar dan berperan dalam aspek penguatan dan pengawasan para dosen pembantu di International Islamic University Malaysia, terlibat sebagai promotor luar di Universitas Oxford dan Universitas Harvard di bidang kajian Timur Tengah dan Kajian Keislaman, menjadi salah satu redaktur ahli pada Organisasi Bahasa Arab dalam penyusunan ensiklopedia mustalahāt al-usūl, anggota Mustasyar organisasi Ṭābah di Negara Abu Dhabi, dan sering menjadi pembicara pada seminar-seminar berskala Internasional di berbagai negara.
Syeikh Ali Jum‘ah tidak hanya seorang akademisi dan cendekiawan Muslim dengan kedalaman ilmu yang menjadi rujukan para dosen-dosen muda di Mesir, sebut saja Dr. Amru Wardani dan Dr. Usamah al-Azhari adalah beberapa murid beliau. Beliau juga seorang guru sufi, Umar Hasyim, anggota Dewan Ulama Besar al-Azhar yang juga sebagai ketua tertinggi Majlis al-A‘lā di bidang tarekat sufi telah menyatakan dan mengesahkan Syeikh ‘Ali Jum‘ah sebagai sosok mursyid tarekat Siddiqiyah Shadhiliyyah. Nama tarekat ini dinisbatkan pada guru beliau; Sayyid ‘Abd Allah Muhammad Siddiq al-Ghumari al-Hasani, sosok yang juga menjadi guru spiritual Syeikh Yusri Rusydi.
Kemasyhuran dan pengaruh beliau mengundang beberapa orang yang tidak setuju dengan beberapa pendapat beliau melakukan provokasi dan membuat berita hoax dan fitnah. Mengatakan beliau sesat, Syiah, ahli bidah atau pro pemerintah bertebaran di dunia maya. Dampak dari fitnah tersebut bahkan membuat nyawa beliau terancam. Pasca-digulingkannya Moh. Mursi dari presiden Mesir tepatnya pada hari Jumat tanggal 5 Juli 2016 sesaat beliau keluar rumah mau menuju Masjid menunaikan ibadah Jumat, dua orang tidak dikenal berhasil melepaskan beberapa tembakan ke arah beliau, kejadian ini membuat ajudan beliau mati syahid dan beliau sendiri berhasil selamat dengan luka ringan di kaki. Namun kegigian beliau untuk menebar Islam moderat yang rahmatan lil alamin, kejadian seperti itu tidak menyurutkan beliau untuk tetap beraktivitas seperti biasanya, yaitu memberikan pengajian dan pengajaran di masjid dan di kampus.
Moderatisme yang dibangun Ali Jum’ah dapat dijumpai dalam karya-karya beliau, seperti al-Mutashaddidūn; Manhajuhum wa Munāqashah Ahamm Qaḍāyāhum, di mana beliau menyampaikan bantahan-bantahan ilmiah kepada kelompok radikal atas pola pikir dan perilaku mereka. Buku ini dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan nama Bukan Bid’ah dengan pengantar Prof. M. Quraish Shihab, MA. Buku serupa juga diterbitkan dengan judul Menjawab Dakwah Kaum Salafi. Dengan kedalaman pemahaman dan keluasan ilmunya, Syeikh Ali Jum’ah secara rinci mengurai lemahnya dalil dan argumen yang digunakan oleh kaum Salafi ekstrem dalam memahami ajaran Islam, dimana mereka yang acapkali menghakimi kelompok lain yang berbeda dengan mereka.
Beberapa sikap moderat beliau di antaranya adalah kebolehan hormat bendera dan bunga bank, niqab adalah adat bukan ibadah, haram penggunaan senjata pemusnah masal, kebolehan penyematan nama keluarga untuk anak yatim yang diadopsi dan sebagainya. Sikap moderat beliau yang demikian menjadikannya terpilih sebagai 50 sosok yang paling berpengaruh di dunia Islam selama 11 tahun. Beliau juga termasuk figur penting dan salah satu tokoh yang menandatangani Risālah ‘Ammān (The Amman Message) 1425 H./2004 M, yaitu sebuah deklarasi yang memuat seruan Toleransi dan Persatuan dalam tubuh umat Islam yang diinisiasi oleh Raja Abdullah II bin Al-Hussein Yordania. Lebih dari 500 ulama dan Umara dari 83 negara hadir dalam deklarasi ini. Berbagai penghargaan telah beliau dapatkan dari beberapa Negara Arab dan lainnya atas perannya dalam mereduksi pola pikir ekstrem di kalangan umat Islam di dunia. Artikel ini pertama kali diterbitkan di https://arrahim.id/ . [HW]