Selain hari raya Idul Fitri, setiap tahun umat Islam menyongsong hari raya lainnya yakni hari raya kurban (Idul Adha). Hari raya yang diperingati setiap tanggal 10 bulan Dzulhijjah ini sangat lekat dengan dua hal, ibadah haji dan berkurban.
Seperti yang umum diketahui, ibadah berkurban merupakan hikmah pengorbanan Nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan putranya, Nabi Ismail untuk disembelih, namun penyembelihan itu diganti oleh Allah SWT dengan seekor domba.
Pada hari raya Idul Adha, umat Islam berbondong-bondong untuk menyembelih hewan kurban mereka. Tempat penyembelihannya bisa beragam. Ada yang menyembelih di sekitar masjid, musala, atau lapangan terbuka. Nantinya hewan kurban yang telah disembelih itu dikemas dalam kemasan lalu dibagikan kepada mereka yang berhak mendapatkannya.
Siapa saja yang berhak atas hewan kurban, banyak guru atau literatur yang bisa kita kunjungi untuk mendapat keterangan perihal tersebut. Namun yang menarik dibahas adalah pengemasan daging kurban. Biasanya masyarakat membungkusnya dengan kantong plastik. Apakah hal tersebut tetap kita lakukan, bahkan hingga tahun ini?
Kantong plastik sebagai pembungkus memang masih menjadi pilihan utama. Mudah digunakan, praktis, banyak tersedia dimana-mana. Namun, bukan berarti tak ada resiko dari penggunaan kantong plastik. Sebuah penelitian mengatakan bahwa butuh waktu hingga ribuan tahun agar kantong plastik dapat diurai oleh tanah. Selain proses penguraian begitu lama, muncul masalah baru untuk lingkungan, yakni adanya zat kimia yang dapat mencemari lingkungan dan mengurangi tingkat kesuburan tanah.
Selain masalah di atas, penggunaan kantong plastik ternyata masih sangat tinggi. Tahun lalu saja, Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) dan Badan Pusat Statistik (BPS) merilis sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun.
Mirisnya, tak kurang dari 3,2 juta ton dari total sampah plastik itu dibuang ke laut. Sedangkan kantong plastik yang terbuang ke lingkungan selain laut sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik.
Demi menjaga kelestarian lingkungan, sudah saatnya mengurangi penggunaan kantong plastik. Pada Idul Adha tahun ini, marilah beralih menggunakan wadah selain kantong plastik untuk mengemas daging kurban. Wadah tersebut bisa berupa daun pisang, daun jati, besek bambu, rantang makanan, atau wadah makanan dari plastik tebal berkode 5 (PP).
Tidak hanya masyarakat umum, santri sebagai bagian dari masyarakat juga harus mengambil peran dalam mengatasi masalah sampah plastik. Karena tiap-tiap manusia memiliki kewajiban untuk turut andil menjaga bumi dari kerusakan agar tetap layak dijadikan tempat tinggal, seperti firman Allah SWT dalam Surat al-A’raf ayat 56:
“dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.
Dengan demikian, diharapkan momentum berkurban tahun ini tidak melulu soal berkurban dan distribusi daging kurban, namun peduli juga dengan kelestarian lingkungan sekitar kita.
Penting diketahui, selain Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah menginstruksikan warga dan masyarakat nahdliyyin untuk tidak menggunakan plastik dalam menyalurkan hewan qurban. Komunitas santri seperti Dunia Santri Community, Gusdurian dan Pesantren.id juga akan launching gerakan ini.
Wallahu a’lam.
[…] dan Kehutanan (LHK) mencapai 67,8 juta ton, dari angka tersebut sekitar 14% di antaranya adalah sampah plastik. Negara kita tercinta ini, Indonesia, menempati urutan kedua tertinggi di dunia sebagai negara […]