Guru

Banyak guru yang berhasil mendidik, mengajar, melatih dan membimbing siswa berbakat berhasil tumbuh dan berkembang optimal. Menjadikan siswa berbakat bisa meraih sukses studi, sukses tampilkan bakat, dan sukses karir, bahkan sukses hidupnya. Namun tidak sedikit guru yang merasa kecewa dan gagal mendidik siswa berbakat, karena siswa berbakat tidak mampu mengaktualisasikan potensinya, sehingga mereka underachieving, bahkan gagal. Kondisi ini pada hakekatnya mempertaruhkan kinerja guru anak berbakat.

Ada sejumlah fenomena terkait dengan kesalahan pembelajaran yang dilakukan guru anak berbakat. Pertama, ketidaksesuaian pembelajaran terjadi ketika guru fokus kepada pertanyaan terkait dengan yang sudah dipelajari. Hal ini kurang menantang, sehingga anak berbakat tidak bisa tampilkan keberbakatannya. Kedua, ketidaksesusian pembelajaran terjadi ketika guru menanyakan hal-hal yang mudah, sehingga tidak mengundang motivasi untuk maju. Ketiga, ketidaksesuaian pembelajaran bagi anak berbakat ketika guru membiarkan siswa berbakat kehilangan relasi dengan teman sebayanya dan gurunya, karena anak berbakat dicabut dari kelas untuk waktu yang relatif lama untuk mengerjakan tugas yang lebih sulit dan cocok untuk memenuhi kebutuhan akademiknya.

Keempat, ketidaksesuaian pembelajaran bagi anak berbakat ketika guru hanya fokus pada memperlakukan anak berbakat dengan memberi tugas untuk mengisi waktu, malah aktivitasnya dengan permainan, kegiatan ekstra kurikuler dan sebagainya, sehingga kepintarannya tak tersalurkan. Kelima, ketidaksesuaian pembelajaran bagi anak berbakat ketika guru meminta siswa berbakat habiskan waktu pokoknya untuk menjadi tutor sebaya. Terakhir, ketidaksesuaian pembelajaran bagi anak berbakat ketika guru mengajar lebih fokus pada teori dan konsep, padahal yang juga diperlukan oleh siswa adalah implementasinya.

Demi kebaikan dan membantu anak berbakat bisa berkembang dengan optimal, maka sangat diperlukan pendidikan dan pembelajaran yang menarik dan efektif. Pertama, kurikulum dan pembelajaran yang baik untuk anak berbakat adalah kurikulum dan pembelajaran yang baik juga, bukan yang tak bermutu. Juga kurikulum dan pembelajaran yang kaya dan mendorong berpikir tingiat tinggi.

Baca Juga:  Anak Gagal Masuk Sekolah "A"

Kedua, pengajaran yang baik untuk anak berbakat kecepatannya seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan anak berbakat. Seringkali anak berbakat belajar lebih cepat daripada anak-anak lain yang seusianya. Para pendidik kadang-kadang menyebutnya, akselerasi. Memang anak berbakat dalam kesempatan lain dapat juga waktu sama dengan anak seusia tetapi materinya lebih mendalam, yang sering disebut dengan pengayaan.

Ketiga, pembelajaran yang baik untuk anak berbakat yang terjadi seharusnya memiliki kesulitan lebih tinggi daripada temannya yang seusia. Implikasi dari tingkat kesulitan ini bahwa isi, proses dan produk pembelajaran harus lebih kompleks, lebih abstrak, lebih canggih, dan lebih terbuka. Anak berbakat juga mampu berfungsi dengan tingkat kemandirian yang lebih tinggi daripada teman sebayanya, dengan begitu guru sebaiknya mengatur jadwal kegiatan seefisien dan seefektif mungkin untuk mengkondisikan anak berbakat bisa belajar secara optimal.

Keempat, pembelajaran yang baik bagi anak berbakat adalah mampu menanamkan suatu pemahaman terhadap resiko. Anak berbakat mungkin saja harus belajar dan bekerja tentang sesuatu hal untuk mendapatkan nilai terbaik. Untuk itu anak berbakat harus menghadapi banyak tantangan dan kondisi yang mengancam. Dengan begitu guru anak berbakat harus selalu siap menghadapi dinamika kehidupan anak berbakat, sehingga kehadirannya benar-benar fasilitatif.

Kelima, pembelajaran yang baik bagi anak berbakat, jika guru menyadari atas keragaman keberbakatan siswa, yang selanjutnya memfasilitasi siswa berbakat sesuai dengan bidangnya, dengan menghadirkan ahli-ahli yang terkait menjadi mentor atau pembimbingnya. Selanjutnya dapat dilakukan pembicaraan bersama tentang jadwal kegiatan instruksional, baik di kelas, di laboratorium, maupun di luar kelas.

Keenam, pendidikan yang baik bagi anak berbakat, jika guru apapun bidangnya mampu menanamkan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan, sehingga anak berbakat akhirnya bisa menjadi pribadi yang taat beragama dan memiliki tanggung jawab kekhalifahan, baik yang diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab kemasyarakatan maupun kebangsaan.

Baca Juga:  Dinamika Relasi Orang Tua dan Anak

Ingat bahwa guru hadir di kelas selalu menjumpai siswa dengan sega keragaman potensi dan prestasi. Mungkin di kelas itu ada satu anak berbakat, mungkin dua anak, tiga anak, dan atau seterusnya. Banyak atau sedikit anak berbakat di kelas secara demokratis dan psikologis membutuhkan perlakuan yang adil dan edukatif. Guru tidak boleh abaikan kehadiran mereka hanya untuk kemudahan penanganan kelas. Guru harus profesional, bertindak sesuai dengan koridor akademik.

Guru anak berbakat yang baik adalah mengetahui kapan siswa berbakat memerlukan bantuan, mulai dari fase identifikasi, fase penempatan, fase penanganan, sampai dengan fase evaluasi. Guru bisa bermitra dengan tenaga kependidikan, ahli medis, ahli psikologi, ahli pendidikan, ahli matematika, ahli sain, ahli teknik, ahli teknologi informasi, ahli agama, ahli medis, dll. Dengan adanya kesiapan dan kompetensi secara komprehensif, diharapkan sekali anak berbakat mampu raih prestasi tertinggi sesuai dengan talentanya, sehingga anak berbakat nantinya menjadi individu yang berkarakter, kompeten, kompetitif, kolaboratif, dan inovatif.

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini