Pesantren.id-Akhlaq yang baik merupakan salah satu perbuatan yang sangat dicintai Allah SWT. Nabi Muhammad SAW telah memberikan banyak contoh terkait akhlaq karimah kepada umatnya. Salah satu akhlaq yang baik yang sangat diperhatikan oleh Nabi Muhammad SAW adalah akhlaq kepada anak-anak. Antara lain bentuk perhatian yang diberikan Beliau adalah berinteraksi atau ngemong anak-anak agar mereka mendapatkan pengaruh yang baik dan mejadi penerus sujud di masa mendatang. Antara lain hadits-hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah:
إِذَا مَاتَ ابن آدم الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثلاث ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Apabila anak Adam meninggal, maka terputus darinya semua amalan kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim 4310)
Lebih spesifik lagi, Nabi Muhammad SAW menegeaskan bahwa bagi orang tua dan lingkungan haruslah menjaga fitrah anak dalam beriman kepada Allah dan berhati-hati dalam bersikap agar mereka tidak memilih lingkungan yang membuat mereka terjauhkan dari fitrahnya:
فقال عليه الصلاة والسلام : كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka bapaknyalah yang mebuatnya menjadi Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari No. 1319. Muslim No. 2658)
Dari hadis di atas dapat diketahui betapa pentingnya anak-anak dan mendidik mereka menjadi generasi yang sholih. Karena dengan terbentuknya keshalihan anak, maka banyak sekali keuntungannya. Misal dalam masalah keagamaan, maka mereka akan menjadi entitas yang meneruskan penghambaan di muka bumi.
Apabila dilihat dari keuntungan yang diperoleh oleh generasi tua (baik ayahnya atau bukan) yang mempengerahui pembentukan anak. Mereka akan mendapatkan amal jariyyah yang selalu mengalir yang diharapkan amal jariyah tersebut dapat menolong mereka di akhirat kelak. Amal jariyah ini biasa diredaksikan oleh Nabi Muhammad permohonan ampun kepada Allah SWT yang ditujukan kepada orang tuanya. Dalam hadits disebutkan:
وفي حديث أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (إن الله عز وجل لَيرفع الدرجة للعبد الصالح في الجنة، فيقول: يا رب، أنَّى لي هذه؟ فيقول: باستغفار ولدك لك(
Hadis riwayat Abu Huroiroh: Nabi Muhammad SAW bersabda: (Sesungguhnya Allah SWT pasti akan memuliakan derajat orang sholih di surge. Kemudia Nabi Muhammad SAW bertanya : Wahai Allah SWT, apakah aku mempunyai bagian ini. Allah SWT menjawa: Istighfar anakmu kapadamu.). العراقي (المغني عن حمل الأسفار 1/ 270 (1037)،, ابن كثير (في تفسيره 4/ 243) )
CARA INTERAKSI NABI MUHAMMAD SAW BERSAMA ANAK-ANAK
Sebagai utusan Allah SWT yang merahmati seluruh alam, Nabi Muhammad SAW mempunyai metode-metode khusus untuk mengambil perhatian anak-anak pada zamannya. Hal ini bertujuan agar generasi anak-anak dapat terjamah oleh risalah Allah SAW. Antara lain metodenya adalah:
Bermain bersama anak-anak
Nabi Muhammad SAW mempunyai kesan tersendiri dalam bermain dengan anak-anak sehingga anak-anak pada zaman itu sangan mencintai Nabi Muhammad SAW. Hal ini dapat diketahui melalui hadits riwayat Anas di mana Beliau tidak segan-segan mendahului percakapan dengan Abu ‘Umair yang kala itu sedang bermain dengan burung pipit peliharaannya:
كانَ رَسولُ اللهِ -صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ- أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا، وَكانَ لي أَخٌ يُقَالُ له: أَبُو عُمَيْرٍ، قالَ: أَحْسِبُهُ، قالَ: كانَ فَطِيمًا، قالَ: فَكانَ إذَا جَاءَ رَسولُ اللهِ -صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ- فَرَآهُ، قالَ: أَبَا عُمَيْرٍ ما فَعَلَ النُّغَيْرُ
“Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Saya mempunyai saudara yang biasa dipanggil Abu Umair. Apabila Rosululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam datang, beliau mengatakan, ’Wahai Abu Umair apa yang sedang dilakukan oleh Nughoir (Nughoir adalah sejenis burung)?
Kasih sayang
Nabi Muhammad SAW juga dikenang sebagai sosok yang sangat menyayangi anak-anak. Banyak sekali riwayat menceritakan beliau menggendong cucunya, menemani bermain dan bentuk-bentuk kasih sayang lain. Antara lain adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh:
عن أبي هريرة قال : أبصر الأقرع بن حابس التميمي النبي صلى الله عليه و سلم يقبل الحسن بن علي فقال: إن لي عشرة من الولد ما قبلت أحدا منهم فقال نبي الله صلى الله عليه وسلم : ( من لا يرحم لا يرحم ) رواه ابن حبان
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimi pernah melihat Nabi saw. sedang mencium Hasan bin Ali (cucunya), lalu ia berkata, “Sungguh, aku memiliki sepuluh anak, namun aku tidak pernah mencium satupun dari mereka.” Nabi saw. bersabda, “Siapa yang tidak menyayangi, maka ia pun tidak akan disayangi.” (H.R. Ibnu Hibban).
Ramah
Ketika sedang melaksanakan shalat pun Rasulullah SAW masih melayani cucunya yang masih ingin bermain dengan beliau tanpa aura kemarahan.
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِأَبِي الْعَاصِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا. رواه البخاري.
Dari Abu Qatadah Al-Anshari, bahwa Rasulullah saw. pernah shalat dengan menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah saw. dari Abul Ash bin Rabi’ah bin Abdi Syams, Jika sujud, beliau letakkan anak itu dan bila berdiri beliau gendong lagi.” (H.R. Al-Bukhari)
)راشد العبد الكريم (2010)، الدروس اليومية من السنن والأحكام الشرعية (الطبعة الرابعة)، المملكة العربية السعودية: دار الصميعي، صفحة 256-263(
Dari keterangam di atas, dapat kita ketahui bahwasannya untuk membangun pendidikan jangka panjang, Nabi Muhammad SAW mempunyai perhatian lebih kepada anak-anak dengen cara membuat mereka tertarik, nyaman kemudian mendidik mereka menjadi insan kamil yang memegang tonggak dakwah di masa mendatang. (IZ)