Islam merupakan agama yang indah lagi menawan. Ajarannya identik dengan kerahmatan, kebalikan dari kelaknatan. Tetapi akhir-akhir ini, wajah islam yang menawan itu dilumuri oleh keberingasan sebagain kecil kelompok islam yang mengaku memperjuangkan islam. Namun bertindak radikal dan teror kepada yang tidak sepahaman.
Lebih parah lagi, sebagaimana dirilis hasil penelitian Alvara Research Institut (2017), pemahaman yang radikal dan teror ini sudah mulai digalakkan melalui instansi pendidikan kelas menengah dan kelas atas. Lembaga pendidikan, terutama pendidikan islam, menjadi ladang subur gerakan radikal,sekarang adalah gambaran masa depan bangsa di masa depan. Seperti apa masa depan Indonesia tergantung seperti wajah pendidikan sekarang.
Wajah islam yang anggun harus dikembalikan untuk masa depan islam dan bangsa yang baik. Kerena Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah Islam telah lama meneladankan dan mengajarkan ajaran rahmat, bukan ajaran laknat. Keteladanan dan kerahmatan islam telah dipraktikkan secara apik oleh Nabi Muhammad SAW, sahabatnya, dan para pewarisnya. Tidak hanya melalui doktrin semat, akan tetapi juga praktik nyata bagaimana islam memberikan teladan untuk hidup dengan mengedepankan rahmat, yang merupakan ajaran inti dari islam. Lebih dari itu, seluruh Al Quran diturunkan Allah dalam rangka mewujudkan sifat kasih sayang (rahmaniyyah) Allah SWT, yang juga harus di implementasikan oleh semua Hamba-Nya.
Kerahmatan Islam salah satunya ditegaskan melalui QS. Al Anbiya ayat 107 :
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
“... dan tidaklah Kami mengutus Kamu, malinkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta”
Para Mufassir memahami maksud ayat di atas bahwa Islam, kepada yang berbeda keyakinan tidaklah melaknati. Esensi ajaran Islam yang berarti merahmati ini jelas bertentangan dengan pemahaman dan tindakan kelompok teror yang gemar menyalahkan, bahkan menghalalkan darah siapapun yang berbeda paham dan keyakinan. Kelompok radikal dan teror tidak sama sekali sedang memperjuangkan Islam.
Apa yang telah dilakukan olek kelompok radikal dan teror seperti ISIS dan HTI telah membalikkan fakta tentang kerahmatan Islam. Herannya, mereka mengaku sebagai ummat islam namun abai dengan ajaran inti agama Islam. Mereka berwajah menakutkan untuk memaksakan ajarannya kepada orang lain, bahkan dengan cara-cara teror dan bom bunuh diri. Mereka lebih mengedepankan melaknati ketimbang merahamati.
Ironisnya, mereka membunuh dan mengebom ribuan orang tanpa dosa dengan mengatasnamakan rahmat Tuhan. Hobinya memperkosa ayat-ayat suci Al-Quran. Kelakuan kelompok teror inilah yang sangat dipertanyakan dan patut diragukan seragu-ragunya sebagai umat Islam. Mereka mengaku memegang teguh Al-Qur-an namun gemar mengesampingkan ajaran-ajaran Al-Qur’an.
Ajaran Islam harus dikembalikan pada wajah aslinya sebagai ajaran yang penuh kasih dan rahmat-Nya. Dalam sebuah hadist nabi, Rasulullah SAW bersabda : “Jika ada orang yang mencela dan memaki mu dengan celaan yang dia tau ada pada dirimu, maka janganlah engkau balas dengan celaan yang engkau tau ada pada dirinya. Karena akibat celaanya itu hanya kembali pada dia (HR. Abu Daud)
Hadits ini mengandung makna bahawa kepada orang yang telah mencela kita saja Islam mengharuskan untuk tidak membalas celaan lagi. Terhadap orang yang berbuat dzalim dan aniaya Islam tidak memperkeankan untuk membalasnya walaupun sedikit. Maka hadits ini pun memberi isyarat akan perintah keharusan berlaku ramah dan kasih sayang kepada setiap orang.
Pada ayat yang lain, yaitu QS. Thaha ayat 44 Allah berfirman :
فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
”Maka berbicaralah kamu berdua dengan firaun dengan kata-kata yang lemah lembut. Mudah-mudahan ia menjadi sadar dan takut.”
Ibnu Katsir mengatakan bahwa dalam ayat ini terdapat pelajaran yang sangat berharga yaitu Fir’aun, manusia yang sudah berapa pada puncak pembangkangan, keangkuhan dan kesombongan terhadap Nabi Musa AS.
Sementara Nabi Musa AS Adalah manusia terbaik pilihan Allah saat itu, namun Allah memerintahkan Nabi Musa AS untuk tidak berkata pada fir’aun kecuali dengan perkataan yang santun dan lemah lebut. Islam mengajarkan sikap rahmat kepada semua manusia dalan alam semesta, bahkan kepada yang telah mengaku tuhan sekalipun.
Wajah islam yang cantik dan senyumnya yang indah harus terus diajarkan kepada setiap umat, terutama kepada generasi masa kini agara memahami esensi agama Islam yaitu sebagai agama yang memgedepankan rahmat, bukan laknat. Baik secara doktrinal maupun praktik dilapangan.
Islam, melalui Al-Quran dan sunnah Nabi, mengajarkan karakter Islam yang mengasihi. Sebaliknya, Islam tidak sekalipun mengajarkan umatnya untuk membenci, sekalipun kepada musuh. Wajah Islam yang sesungguhnya adalah wajah islam yang menawan dan penuh riang. Sehingga Ibn ‘Asyur menegaskan bahwa Islam adalah agama keselamatan, kedamaian, dan peningkatan ketakwaan dengan saling menghargai satu sama lain. []