Kehadiran Anak Berbakat (AB) sejak kelahirannya tidak bisa dibiarkan. AB harus mendapat perhatian yang memadai, minimal cukup. Untuk menghindari kerugian dan kegagalan, sangat diperlukan tindakan sedini mungkin. Laksana tumbuhan, perlu diairi dan dipupuk sesuai dengan kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang. Tidak boleh kurang atau berlebihan, karena bisa membuat mati. Untuk itu menangani AB sedini mungkin sangat diperlukan.
Gallagher, J.J. Dan Gallagher, S.A (1994), mengemukakan ada 3 ikhtiar tang bisa dilakukan untuk memberikan pengalaman berarti di usia dini, yaitu konseling orangtua, latihan keterampilan, dan pengayaan kurikulum berdasarkan setting-nya. Diharapkan tiga hal ini bisa menyertai pertumbuhan dan perkembangan AB, sehingga AB dapat meraih capaian optimal.
Selanjutnya Dell (Gallagher and Gallagher, (1994) juga memeberikan suatu panduan untuk orangtua AB, sehingga kehadiran orangtua fungsional. Pertama, AB mendambakan ilmu pengetahuan (Gifted kids crave knowledge), (2) AB kemerlukan suatu rasa kemajuan dari apa yang mereka pelajari (Gifted kids need to feel a sense of progress in what they are learning), (3), AB memiliki suatu dorongan yang sangat menarik untuk melahap suatu subjek ilmu pengetahuan, (Gifted kids have an irrestible to de our a subject, (4) AB perlu melakukan observasi, menegakkan hubungan yang bersifat serial dan memberikan komentar terhadap aktivitas-aktivitasnya (Gifted kids need to make observation, eshtablish serial relationships, and comment to them, dan (5) AB sensitif terhadap nilai (Gifted kids are sensitive to values). Betapa berartinya tindakan dini bagi AB, karena bisa memberikan sentuhan baik itu yang terkait dengan kemampuan kognitif dan sikap-nilai, maupun psikomotorik secara seimbang.
Setidak-tidaknya ada tiga hal penting dalam menangani anak usia dini yang berbakat. Pertama, bahwa AB usia dini memiliki keragaman potensi dan kekuatan, sehingga tindakan dini itu baru berarti jika disesuaikan dengan keragaman jenis keberbaka. Kedua, bahwa anak usia dini itu memerlukan perlakuan yang didasarkan pada Developmentally Appropriate Practices. Artinya bahwa potensi AB dapat diaktualisasikan dengan optimal jika dalam aktivitasnya harus mempertimbangkan tugas perkembangannya. Walaupun anak itu memiliki potensi unggul, namun pada prakteknya jangan dianggap AB sebagai orang dewasa kecil. Ketiga, walaupun AB memiliki kemampuan unggul yang sangat memerlukan perlakuan demokratis, tapi di usia emas, sangat perlu penanaman sifat-sitat penting terutama terkait dengan kepribadian dan sikap keagamaan, karena dalam menjadikan setiap individu sebagai insan beragam perlu ditanamkan tauhid secara doktrinir, sehingga AB mengenal Tauhid sedini mungkin.
Akhirnya bahwa untuk menyelamatkan AB, maka semua orangtua dan pendidik perlu mengenal karakteristik umum AB. Memang secara profesional sangat diperlukan dalam identifikasi AB, tapi untuk kepentingan sementara bahwa setiap orangtua atau orang dewasa bisa mengenali AB tanpa harus menguasai teori tentang Keberbakatan secara detil. Secara umum bahwa secara kasuistik jika dijumpai anak yang menonjol di antara teman seusia atau sebayanya dalam perilakunya, apakah itu aktivitas fisik, bahasa, pengetahuan, dan sebagainya, maka secara hipotetik anak itu diduga memiliki potensi keberbakatan. Konsekuensinya anak perlu difasilitasi sekondusif mungkin baik pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga anak itu bisa beraktualisasi diri secara optimal.
Yogyakarta, 06/01/23, pk 07.25