membongkar-alibi-pacar-sebagai-penyemangat-belajar

“Hei, kenapa dirimu masih suka pacaran terus?”

“Ya untuk penyemangat ketika lagi dilanda suntuk maupun malas,”

“Ohh, begitu ya.”

Percakapan diatas sering penulis dengar dari sebagian kecil pelajar yang menjalin ‘asmara’ ditengah pengembaraan ilmunya. Ungkapan seperti itu  membuat penulis tak habis berfikir, dari mana asal-usulnya lawan jenis bisa menambah semangat gairah belajar.

Selama beberapa tahun penulis bersinggungan dengan kitab maupun buku ilmiah, rasanya tidak pernah tuh membaca dalil yang menyebutkan” Perempuan adalah penyemangat belajar, dikala malas,” Ataupun menemukan maqalah “ketika kamu merasa bosan dengan pelajaran ingatlah perempuan yang kau sayang, maka semangat akan tumbuh lagi.” Paling menemukan dalil  ‘cewek’ sebagai penyemangat cuma di novel fiksi remaja yang banyak kisah percintaannya itu.

Kalau di dalam literatur kitab kuning, tentang solusi untuk mengatasi rasa bosan pada pelajaran malahan yang penulis temukan sebuah maqalah Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adabul Alim wal Muta’alim-nya. Tepatnya begini, “ketika murid terindikasi bosan dengan mata pelajarannya, hendaknya sang guru menyuruh muridnya untuk istirahat atau mengurangi aktivitas.  Sama sekali beliau tidak memerintah untuk ‘Mengingat-ingat ajnabi yang dicintai’.

Bahkan KH Idris Marzuki (w. 2014) secara lebih tegas lagi dawuh “Jangan pacaran, santri kok pacaran berarti santri gadungan, pernikahan yang berangkat dari pacaran, biasanya tidak bahagia, karena saat pacaran yang diperlihatkan kebaikannya saja, dan yang jelas pacaran itu dilarang menurut agama islam,” begitulah, dengan tegas perkataan Kiai karismatik pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo. Mengecam santrinya untuk tidak pacaran.

Walaupun pada hakikatnya ‘cinta’ merupakan sifat hakiki pada manusia, namun kenyataannya menjalin  cinta ketika masih dalam masa belajar banyak madharatnya, terlebih kepada siswa yang lagi merajut cita-cita. Coba bayangkan, ketika siswa sedang pusing dengan pelajarannya, tak kunjung memahami materi pelajaran, ataupun terbebani dengan jadwal yang padat, dan timbul rasa bosan pada dirinya, kemudian berdalih mengingat-ingat pujaannya dengan alibi sebagai penyemangat, lihat saja lambat laun bukan semangat yang diperoleh bukan pula maslahat, namun madharat dan kerugian yang diterima.

Baca Juga:  Korona, Video Call dengan Ajnabi, Bagaimana Hukumnya?

Perlahan cita seorang siswa akan sirna apabila meneruskan jalan cintanya. Satu langkah siswa dalam cinta sama saja mundur seribu langkah dalam cita. Jangan sampai ghirah dalam belajar goyah hanya demi gairah kepada wanita. Jangan pula himmah kita menjadi lemah hanya karena terlena pada wanita.

Alangkah baiknya waktu yang digunakan sibuk memikirkan wanita, dimanfaatkan untuk mendalami pelajaran, rubah kebiasaan chatingan, nge-date, dengan muthalaah kitab maupun buku secara lebih mendalam.

Apalagi dimasa sekarang dengan kecanggihan teknologinya, sebagian pemuda menganggap pacaran seolah menjadi tradisi yang trendi, mereka yang berpacaran seolah memiliki rasa gengsi yang unggul, dan bagi mereka yang tidak berpacaran atau sering kita kenal dengan jomblo, malah merasa malu dan kurang gaul. Pemahaman yang salah seperti ini sudah menjamur pada generasi penerus. Kita tidak perlu ikut-ikutan pergaulan seperti ini abaikan saja.

Meskipun sebagai manusia yang normal sah-sah saja memiliki rasa cinta kepada lawan jenis, akan tetapi suatu masa yang akan datang akan tiba waktunya bagi kita untuk serius terhadap wanita, hingga ketahap puncak, yaitu mengarungi bahtera rumah tangga bersama. Level kita sebagai pelajar hanya sebatas mencintai belum sampai pada taraf memiliki, boleh memiliki jika nanti segala urusan akademik telah tuntas.

Tengok ulama pendahulu kita, dimana masa belajarnya tidak silau terhadap wanita. Imam Syibawaih ulama Nuhat (Ahli Nahwu) saking cintanya pada ilmu, wanita yang baru dihalalkannya terlupakan begitu saja, pada malam pertama Imam Syibawaih lebih memilih bermesraan dengan kitab-kitabnya, dari pada bercumbu dengan sang istri, tak ayal istrinya cemburu sampai istrinya membakar  seluruh kitabnya. Tak lama berselang sang istri mendapat talak dari Imam Syibawaih.

Baca Juga:  Pacaran Dinilai sebagai Jalan Mendekati Zina, Bolehkan Berpacaran dalam Islam?

Imam Nawawi sang ulama fuqaha’ kondang, yang karyanya hampir setiap hari kita pelajari, sampai akhir hayatnya, belum sempat meminang wanita. Mbah Manab pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, saking betah-nya mondok dan cintanya kepada ilmu, baru di usia setengah abad baru melanggengkan pernikahan, itupun diperintahkan oleh sang guru, bukan atas kemauan sendiri.  Boro-boro pacaran yang mana wong kenal wanita saja ulama kita dahulu sudah ogah-ogahan.

Hal ini sejalan dengan sebuah maqalah dalam kitab Hikam wa Amtsal yang berbunyi:

 تَجَنَّبْ حُبَّ الْمَرْأَةِ

Artinya:Berusahalah untuk tidak jatuh cinta pada perempuan,”

Karena ketika pelajar sudah berada dikubangan asmara akan susah untuk keluar darinya, dan membuat tersibukkan dengan perkara yang tidak ada hubungannya dengan cita-cita, bukankah kita sudah diajari bahwasanya:

المقصد عن  إعرض مقصود يغيرب الأستغال

Artinya: “Tersibukkan dengan perkara yang tiada hubungannya dengan tujuan sama saja keluar dari tujuan”.”

Cukuplah kita mencintai, tak harus memiliki, layaknya burung yang berkicau bebas di alam, kita kagumi saja suara kicaunya, tidak perlu menangkap burungnya hal itu dapat merusak bagi si burung dan ekosistem alam sekitar. Begitu juga ketika kita berpacaran tidak hanya merusak cita-cita kita, namun juga merusak cita-cita dan masa depan lawan jenis yang kita cintai,  pikirannya akan kotor, tidak fokus pada ilmu, dan ujungnya keluar dari jalur cita-cita. Tunda sebentar kisah cinta kita, perjuangkan cita-cita yang telah tertanam. Wallahu A‘lam. [HW]

Ahmad Nahrowi
Santri Asal Sragen, Alumni Ponpes Lirboyo HM Al-Mahrusiyah, menyelesaiakan S1 di UIT Kediri, sekarang sedang melanjutkan Magister Hukum Bisnis di Universitas Nasional Jakarta Sembari Khidmah di Pesantren Aksara Pinggir Kota Bekasi, Redaktur Pers Elmahrusy, Author Almahrusiyahlirboyo.sch.id

    Rekomendasi

    1 Comment

    1. […] pilih jomblo atau pacaran? Pilih pacaran atau tunangan? Apapun itu, jika merasa sudah kebelet, yang terbaik adalah ikatan […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini