(sumber : pixabay.com)

Momentum Syawal dimanfaatkan oleh muslim Indonesia untuk mengadakan Halal Bi Halal, namun karena Covid19 maka Halal Bi Halal dilakukan secara daring.

“Meneguhkan Madrasah Salafiyah Berbasis Sains Spirit Al-Qur’an Songsong Satu Abad TBS Kudus” adalah tema yang kita angkat, karena TBS adalah salah satu madrasah yang mempunyai prinsip merawat tradisi dan selalu melakukan inovasi.

Tema ini terinspirasi di TBS yang selain mengajarkan ilmu-Ilmu salafiyah juga mengajarkan ilmu kholafiyah sesuai dengan prinsip

المحافظة على القديم الصالح # والأخذ بالجديد الأصلح

Merawat tradisi, mengembangkan inovasi.

Maka dari itu Alumni Madrasah TBS menguasai berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun sains dan sudah menyebar di berbagai negara baik di barat seperti Amerika, Eropa, Australia, Jepang, Cina dll. maupun di dunia timur seperti Saudi Arabia, Mesir, Yaman, Maroko, Libanon, Syiria, Sudan dll.

Catatan saya tadi malam sebagai Moderator acara, Prof. Nadirsyah Hosen menjelaskan ada tiga golongan respon orang Islam terhadap sains: Pertama, Sains adalah konspirasi barat jangan dipelajari kalau perlu dijauhi seperti orang-orang bumi datar yang tidak percaya jika bumi itu bulat. kedua Islamisasi Sains, mencocokkan penelitian-penelitian barat sudah sesuai dengan al-Qur’an (cocokologi), padahal sains itu dinamis sedangkan al-Qur’an itu paten. Ketiga, Spirit al-Qur’an dan Hadis sebagai isyarat untuk penelitian-penelitian lebih lanjut. Ayat-ayat al-Qur’an menginspirasi untuk melakukan penelitian bukan mengkonfirmasi.

Selanjutnya, Prof. Ahmad Rofiq menjelaskan tentang ada tindak lanjut oleh tim khusus terkait tema ini menjadi sebuah kurikulum. Kedua, memanfaatkan Teknologi untuk Madrasah untuk menyebarkan nilai-nilai agama seperti tadi malam memanfaatkan zoom meeting untuk Halal Bi Halal Virtual.

Ketiga, sesuai dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tentang satu abad beliau berharap ada lompatan-lompatan yang baik untuk madrasah tercinta.

Baca Juga:  Post Tradisionalisme Islam: Suatu Diskursus Kaum Intelektual Muda NU

Saya mengutip perkataan ayah Gus Dur, putera Hadrotusyeikh Hasyim Asy’ari “Membaca sejarah itu penting, tapi membuat sejarah jauh lebih penting” (KH. Wahid Hasyim). Semoga bermanfaat! [HW]

Abdulloh Hamid
Co-Founder Pesantren.id, founder Dunia Santri Community, dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di pengurus pusat asosiasi pesantren NU (RMI PBNU)

Rekomendasi

Opini

Tentang Haflah

Malam ini adalah malam haflah akhirrus sanah pondok Kwagean, malam penutup dari serangkaian ...

Tinggalkan Komentar

More in Opini