Hidup Bersama Al-Qur'an, Hadis, Islam dan Nasionalisme

Nasionalisme berasal dari kata nation (B. Inggris) yang berarti bangsa. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata bangsa memiliki beberapa arti: (1) kesatuan orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta berpemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai asal usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan, dan (3) kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan biasanya menempati wilayah tertentu di muka bumi

Tanah air adalah sebutan bagi tempat kelahiran seorang seperti orang yang berkembang di indonesia maka indonesia akan menjadikan airnya. cinta tanah adalah suatu perasaan yang dimiliki setiap manusia tanah kelahirannya. Nasionalisme atau cinta tanah air merupakan perasaan bangga dan ikut memiliki sebuah wilayah tertentu .. Rasa kecintaan inilah yang nantinya akan membuat seorang warga negara rela berkorban, menjaga dan berjuang demi memajukan bangsanya. Itulah mengapa nasionalisme penting. Cinta tanah air memiliki hubungan yang harmonis dengan agama dan keimanan, ekspresi ungkapan “Hubbul Wathan Minal Iman” cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Nasionalisme tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama. Hal ini bukan hanya tertera dalam beberapa ayat di dalam Alquran akan tetapi juga tertuang dalam hadis nabi Muhammad SAW. Dalam potret Sirah Nabawiyah dikisahkan bahwa pernah suatu ketika beliau sangat merindukan Makkah sehingga turun sebuah ayat yang berkaitan dengan perihal tersebut, yang selanjutnya ditafsirkan oleh sebagian ulama bahwa ayat tersebut memberikan isyarat bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman.

Konsep nasionalisme dalam Islam juga ditemukan dalam hadis maupun ayat Al-Qur’an. Nabi Ibrahim AS pernah berdoa seperti berikut.

Baca Juga:  Bagaimana Al-Qur’an Menyikapi Ilmu Matematika?

وَاِذۡ قَالَ اِبۡرٰهٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارۡزُقۡ اَهۡلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡهُمۡ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ‌ؕ قَالَ وَمَنۡ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّهٗۤ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ‌ؕ وَبِئۡسَ الۡمَصِيۡرُ‏

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa..” (Al Baqarah: 126).

Mencintai tanah air adalah hal yang sifatnya alami pada diri manusia. Karena sifatnya yang alamiah melekat pada diri manusia, maka hal tersebut tidak dilarang oleh agama Islam, sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran/nilai-nilai Islam. Meskipun cinta tanah air bersifat alamiah, bukan berarti Islam tidak mengaturnya. Islam sebagai agama yang sempurna bagi kehidupan manusia mengatur fitrah manusia dalam mencintai tanah airnya, agar menjadi manusia yang dapat berperan secara maksimal dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, serta memiliki keseimbangan hidup di dunia dan akhirat.

Salah satu ayat Al-Qur’an yang menjadi dalil cinta tanah air menurut penuturan para ahli tafsir adalah Qur’an surat Al-Qashash ayat 85:

إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ

Artinya: “Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.” (QS. Al Qashash: 85)

Para mufassir dalam menafsirkan kata “معاد” terbagi menjadi beberapa pendapat. Ada yang menafsirkan kata “معاد” dengan Makkah, akhirat, kematian, dan hari kiamat. Namun menurut Imam Fakhr Al-Din Al-Razi dalam tafsirnya Mafatih Al-Ghaib, mengatakan bahwa pendapat yang lebih mendekati yaitu pendapat yang menafsirkan dengan Makkah.   Syekh Ismail Haqqi Al-Hanafi Al-Khalwathi (wafat 1127 H) dalam tafsirnya Ruhul Bayan mengatakan:

وفي تَفسيرِ الآيةِ إشَارَةٌ إلَى أنَّ حُبَّ الوَطَنِ مِنَ الإيمانِ، وكَانَ رَسُولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ كَثِيرًا: اَلْوَطَنَ الوَطَنَ، فَحَقَّقَ اللهُ سبحانه سُؤْلَهُ ……. قَالَ عُمَرُ رضى الله عنه لَوْلاَ حُبُّ الوَطَنِ لَخَرُبَ بَلَدُ السُّوءِ فَبِحُبِّ الأَوْطَانِ عُمِّرَتْ البُلْدَانُ.

Baca Juga:  Seandainya Nabi Bersikap Keras, Tentu Mereka akan Menjauh

Artinya: “Di dalam tafsirnya ayat (QS. Al-Qashash:85) terdapat suatu petunjuk atau isyarat bahwa “cinta tanah air sebagian dari iman”. Rasulullah SAW (dalam perjalanan hijrahnya menuju Madinah) banyak sekali menyebut kata; “tanah air, tanah air”, kemudian Allah SWT mewujudkan permohonannya (dengan kembali ke Makkah)….. Sahabat Umar RA berkata; “Jika bukan karena cinta tanah air, niscaya akan rusak negeri yang jelek (gersang), maka sebab cinta tanah air lah, dibangunlah negeri-negeri”. (Ismail Haqqi al-Hanafi, Ruhul Bayan, Beirut, Dar Al-Fikr, Juz 6, hal. 441-442)

Nasionalisme adalah bagian dari  Al-Qur’an sejak beberapa tahun yang lalu Rasulullah sendiri sudah mencontohkan pentingnya bagaimana nasionalisme itu menjadi kekuatan besar untuk kebangkitan Islam.

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa hidup bersama Al-Qur’an hadis dan menunjukkan cinta tanah air memilih sumber dari Al-Qur’an dan hadis. []

Bram Azmi Amrullah
Mahasantri Ma'had Aly Maslakul Huda fi Ushu al-Fiqh Kajen Margoyoso Pati Jawa Tengah

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini