Dalam kehidupan, akan selalu mendapati kebahagiaan dan juga kesedihan. Keduanya menjadi cobaan manusia, sebab adakalnya Allah Swt. menguji manusia menjadi hamba Allah Swt. melalui kebahagiaan, dan adakalanya melalui fase kesedihan. Akan tetap tidak semua orang yang memahami bahwa kesedihan yang menimpa manusia adalah sebagai bentuk ujian Allah Swt. kepada hambanya.
Al-Qur’an telah menegaskan bahwa manusia akan selalu mengalami ujian dan cobaan yang menjadikannya merasa sedih dan sulit. Akan tetapi Allah Swt. sudah memberi peringatan supaya hambanya untuk senantiasa bersabar ketika sedang ditimpa kesulitan yang membuatnya sedih. Allah Swt. berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: “Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Muhammad Saw.) kabar gembira kepada orang-orang sabar”. (QS. al-Baqarah (2): 155)
Ayat di atas menegaskan bahwa salah satu solusi ketika sedang diuji dan merasakan kesedihan adalah bersabar. Ternyata ada hikmah yang besar dibalik kesedihan yang menimpa kita. Salah satunya adalah menaikkan derajat hamba yang sedang ditimpa kesedihan. Hal ini sebagaimana kisah yang ada di dalam kitab al-usfuriyyah yang menerangkan hikmah dibalik kesedihan.
Baca juga: Sabar dan Syukur adalah Cara Terbaik dalam Menghadapi Problematika Hidup
Kesedihan Ali dan Salman
Pada suatu hari, Ali bin Abi Tholib keluar dari rumahnya. Kemudian ia bertemu dengan Salman al-Farisi r.a. “Bagaimana kabarmu pagi hari ini wahai Salman?” tanya Ali kepada Salman. “Wahai Amirul Mukminin! aku sedang merasakan 4 (empat) kesedihan,” jawab Salman. “4 (empat) kesedihan apa itu?” tanya Ali. “1). Kesedihan memikirkan keluarga yang memerlukan makanan; 2). Kesedihan dari Allah yang memerintahkanku bertaat; 3). Kesedihan dari setan yang merayu melakukan kemaksiatan; dan 4). Kesedihan dari malaikat maut yang menuntut nyawaku,” ujar Salman.
Ali berkata, “Bahagialah wahai Salman! Karena masing masing kesedihan itu memiliki derajat bagimu. Karena pada suatu hari aku pernah menemui Rasulullah Saw. dan beliau bertanya kepadaku; “Hai Ali, Bagaimana kabarmu pagi ini?” Kemudian aku menjawab; “Wahai Rasulullah! Aku sedang merasakan 4 (empat) kesedihan, yaitu 1). Kesedihan karena di rumah tidak ada makanan kecuali hanya air dan aku mengkhawatirkan keluargaku; 2). Kesedihan tentang ketaatan kepada Allah; 3). kesedihan tentang bagaimana nanti akhir hidupku (membawa keimanan atau tidak); dan 4). Kesedihan tentang malaikat maut.
Baca juga: Mengapa Harus Bersabar?
Kemudian Rasulullah Saw. bersabda:
يا علي فإن غم العيال ستر من النار وغم طاعة الخالق أمانمن العذاب وغم العاقبة جهاد وهو أفضل من عبادة ستين سنة وغم ملك الموت كفارة الذنوب كلها
“Bahagialah wahai Ali! Karena sedih memikirkan keluarga adalah pelindung dari api neraka. Kesedihan tentang ketaatan kepada Allah adalah kesejahteraan dari siksa. Kesedihan tentang akhir kehidupan adalah jihad dan lebih utama daripada ibadah selama 60 tahun, dan kesedihan tentang malaikat maut adalah pelebur seluruh dosa”.
Rasulullah melanjutkan dawuhnya:
إعلم يا علي أن أرزاق العباد على االلهتعالى مع أن غمك لا يضر ولا ينفع غير أنك تؤجر عليه كن شاكرا مطيعا وكولا تكن من أصدقاء االله تعالى
“Ketahuilah! Hai Ali! Sesungguhnya rezeki-rezeki hamba adalah tanggungan Allah Swt. sedangkan kesedihanmu itu tidak akan memberikan mara bahaya atau manfaat bagimu tetapi kamu diberi pahala karenanya. Oleh karena itu, jadilah orang yang bersyukur, yang taat, yang bertawakkal maka kamu akan menjadi salah satu dari golongan kekasih-Nya”. Wallahu a'lam